Oleh: Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri, MA
Manhajuna – Sebagai konsekuensi bahwa, Allah adalah Dzat Ar-Rahman Ar-Rahim, maka rahmat Allah dalam bergam bentuk yang tak terbatas, adalah ibarat hujan, yang akan selalu turun deras, tercurah lebat dan “nggrojok” hebat, setiap saat tanpa pernah putus sedetikpun, dan tiada kenal henti sekejappun…
Dan curahan serta “grojokan” hujan rahmat-Nya itupun, juga seperti hujan air-Nya, siap “mengguyur” siapapun diantara semua hamba-Nya di muka bumi ciptaan-Nya ini!
Namun pertanyaannya adalah, jika demikian halnya, mengapa kita dan banyak orang lain seringkali merasa terlewati oleh guyuran rahmat-rahmat Allah itu? Apakah hal itu karena Allah Ta’ala sedang “libur” untuk bersifat sebagai Ar-Rahman Ar-Rahim? Tentu saja tidak sama sekali! Sehingga faktor penyebabnya, dengan begitu, pastilah bersumber dari diri kita sebagai hamba-hamba pendosa.
Dan untuk memperjelas jawaban, mari bertanya pula, saat hujan lebat turun, mengapa banyak dan bahkan kebanyakan orang justru tidak terkena curahan air hujan deras tersebut? Dan jawabannya tentu telah jelas sekali bagi siapapun. Yakni, karena mereka semua berada di dalam rumah-rumah, gedung-gedung, kendaraan-kendaraan, di bawah jembatan-jembatan, tenda-tenda, payung-payung, dan lain-lain. Dimana intinya, semua sarana tersebut telah berfungsi sebagai penghalang antara mereka dan curah hujan dari langit Allah. Sehingga siapapun, jika tanpa penghalang-penghalang itu, tentulah derasnya air hujan akan mengguyur dan membasahinya secara langsung!
Itu hanyalah permisalan penjelas untuk sekadar mendekatkan pemahaman dan memantapkan keyakinan saja.
Nah, demikian pulalah sifat hubungan antara kita dan rahmat Allah yang senantiasa tercurah setiap saat, dalam segala kondisi dan situasi, serta tidak pernah “libur” sedetikpun. Dimana jika pada saat-saat tertentu, secara riil ternyata kita benar-benar terlewati oleh curahan rahmat-rahmat yang tak kenal jeda itu, pastilah sebabnya adalah karena banyak dan beragamnya faktor penghalang dari diri yang merintangi sampainya rahmat Dzat Ar-Rhman Ar-Rahim kepada kita. Persis seperti terhalangnya orang-orang yang di dalam gedung, rumah dan lain-lain, dari terkena curah hujan!
Dan umumnya, faktor-faktor penghalang itu, tiada lain, adalah beragam dosa-dosa kita, ke-tidak syukur-an kita, ke-tidak sabar-an kita, seringnya kita ber-suudzan kepada Allah, dan seterusnya dan seterusnya!
Maka, mari masing-masing dari kita selalu sibuk mencari, menemukan dan menyadari faktor-faktor penghalang utama antara rahmat Allah dan dirinya. Lalu diikuti dengan langkah bermujahadah untuk menghilangkannya. Seraya dengan jujur selalu bertobat dan tak henti beristighfar kepada Allah. Juga dengan meyakinkan hati bahwa, seiring dengan hilangnya penghalang berupa dosa-dosa oleh taubatan nashuha dan istighfar sebanyak-banyaknya, niscaya rahmat Allah pun, sesuai kebutuhan menurut ilmu Allah, akan langsung menghampirinya nggak pake lama! Insya Allah tentunya!
(Manhajuna/GAA)