Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Kajian / Alquran / Adab Dalam Membaca Al-Quran (Bag. II)
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Adab Dalam Membaca Al-Quran (Bag. II)

Oleh: Muhammad Faadil

Kelanjutan dari kajian sebelumnya, berikut tambahan adab-adab dalam membaca Al-Quran:

quran

Membaca basmalah ketika diawal Surat, kecuali diawal surat At-Taubah

Membaca basmalah hanya dianjurkan ketika membaca diawal surat kecuali diawal surat At-Taubah. Jika memulai bacaan Al-Quran dipertengahan surat, maka cukup membaca Ta’awudz saja.

Membacanya dengan tartil

Tartil menurut Ali r.a yaitu menajwidkan huruf-hurufnya dengan mengetahui tempat-tempat berhentinya. Banyak pembaca Al-Quran yang melalaikan tartil dalam bacaannya, padahal ia mampu membacanya dengan tartil, dengan tujuan agar ia dapat membaca Al-Quran dengan cepat dan banyak. Ini tidak benar, karena yang diperintahkan adalah membaca Alquran dengan tartil. Disebutkan dalam Alquran:”Dan bacalah Al-Quran itu dengan tartil (perlahan-lahan)” (QS.AL-Muzammil:4)

Mentadaburi apa yang dibaca

Alangkah baiknya bagi pembaca Al-Quran tidak hanya sekedar membaca huruf perhuruf yang ada di dalam Al-Quran, tetapi juga mempelajari dan memahami maksud dan tujuan yang terkandung dalam tiap ayat yang ia baca.

Meresapi ayat Alquran yang berisi tentang janji dan ancaman

Dengan meresapi ayat Al-Quran yang berisi tentang janji dan ancaman, maka setiap pembaca Al-Quran akan merasa sedih dan takut dengan ancaman yang dijanjikan oleh Allah swt bagi para pendosa, dan akan menghindari pembaca Al-Quran dari perbuatan maksiat ataupun hal-hal lain yang dapat membuatnya berdosa.

Mengindahkan suara ketika membacanya

Bagi para pembaca Al-Quran dianjurkan untuk mengindahkan suaranya ketika sedang membaca Al-Quran. Disebutkan dalam hadits nabi:”Indahkanlah (hiasilah) suara kalian ketika membaca AL-Quran” (HR. Ibnu Hibban)

Membacanya dengan suara yang keras

Membacanya dengan suara yang keras juga merupakan anjuran dalam membaca Al-Quran, karena bagi pembaca Al-Quran ia sekaligus dapat mendengar apa yang ia baca dan dapat langsung mengoreksi bacaan yang salah. Tetapi jika membacanya dengan suara yang keras dikhawatirkan dapat menyebabkan riya atau juga menggangu orang lain seperti menggangu orang yang sedang sholat atau mengganggu orang yang sedang tidur, maka membacanya dengan suara yang pelan lebih diutamakan.

Membacanya dengan mushaf atau tanpa mushaf (dengan hafalan)

Mana yang lebih baik? Ada 3 pendapat:

  1. Membaca dengan mushaf lebih baik, karena melihat mushaf merupakan ibadah, maka ia mendapatkan pahala membaca sekaligus melihatnya
  2. Membacanya tanpa melihat mushaf lebih baik, karena dapat membuat pembacanya bertadabbur kandungan Alquran.
  3. Perbedaan perkara ini disesuaikan dengan kondisi masing masing. Jika membaca tanpa mushaf dapat membuat ia lebih meresapi dan menadabburi Al-Quran, dan membuat hatinya lebih tenang maka ini lebih baik, tetapi jika tidak bisa maka membaca dengan mushaf lebih baik baginya.

Referensi: Kitab Mabaahits Fii Ulumil Quran, Manna’ Alqoththon.

(Manhajuna/IAN)

Muhammad Faadil

Muhammad Faadil, adalah seorang mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di King Saud University, Riyadh Saudi Arabia
(Visited 595 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Adab Dalam Membaca Al-Quran (Bag. I)

Oleh: Muhammad Faadil Manhajuna.com – Membaca Al-Quran hukumnya adalah sunnah, dan bagi seorang muslim yang …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *