Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Hikmah / Bagaimana Cara Agar Doa-Doa Kita Dikabulkan?
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Bagaimana Cara Agar Doa-Doa Kita Dikabulkan?

Oleh: Syekh Misyari Al Kharraz
Alih bahasa: Muthahhir Arif

Banyak yang berdoa pada Allah.. contohnya mereka berdoa:

“Ya Allah sungguh Engkau Maha Pangampun dan menyukai ampunan, maka ampunilah kami”

Akan tetapi, apakah semua doa-doa mereka naik ke langit dengan kekuatan yang sama..?
– Tidak

Apakah doa-doa satu orang berbeda pengampunannya dan penerimaannya dari satu doa ke doa lainnya?
-Ya

Jika demikian, bagaimanakah cara agar kita bisa memperkuat doa kita, sehingga dapat terhapus sebanyak mungkin dosa-dosa bahkan seluruhnya?

Penghayatan yang paling minimal ialah: kehadiran hati, yakni tidak buyar

Karena sebagian orang berdoa tetapi hatinya sibuk memikirkan hal yang lain, maka yang seperti ini meskipun mendapatkan pahala atas zikir yang ia ulang-ulangi, tapi doa tersebut tidak dikabulkan

Mengapa demikian?
Karena Nabi SAW bersabda:
Ketahuilah bahwasanya Allah tidak mengabulkan doa yang dipanjatkan dari hati yang lalai dan lengah.” (HR. Tirmidzi)

Maka kekuatan yang paling minimal pada saat berdoa agar fikiran anda tidak ke sana ke mari adalah: menghadirkan keyakinan akan dikabulkannya doa tersebut.

Dan ini termasuk pengharapan, jika anda mengulang-ulangi doa dan anda yakin bahwa doa anda akan dikabulkan; maka doa itu menjadi lebih kuat dibanding orang yang berdoa dan berharap tidak lebih dari sekedar dikabulkan.

Maka tergantung apa yang kita tancapkan di hati kita dari suatu keyakinan maka itulah yang kita akan terima.

Meskipun berupa sesuatu yang besar?
-Ya

Meskipun doa itu memohon Surga firdaus yang tertinggi?
-Ya

Cukuplah kita meminta, dan berupaya sepenuh keyakinan, maka tunggulah jawabannya.

Jika kita:
– Yakin bahwa Dia akan mengampuni separuh dosa kita maka sungguh yang separuh itu saja yang akan diampuni!

– Atau yakin bahwa Dia akan mengampuni sebagian besarnya, maka yang sebagian besar itulah yang akan diampuni

-Atau yakin bahwa Dia akan mengampuni seluruhnya maka Allah akan mengampuni seluruhnya

Ini bukan perkataanku, ini merupakan firman Allah SWT

Allah SWT befirman di dalam hadits qudsi:
Aku tergantung sangkaan hambaku, maka hendaklah ia bersangka padaku yang ia sukai.” (HR. Ibnu Hibban)

Maka berbaik sangkalah pada Yang Maha Pemurah, karena sungguh Ia Maha Pemurah..

Berikut ini, ada 5 perasaan yang jika kita menghayatinya dengan baik dan mendalam pada doa kita; maka itu akan menjadikan doa kita yang layak untuk diterima_ dengan izin Allah_..

1. Perasaan Mengiba

Yaitu puncak perendahan diri dan rasa tak berdaya dihadapan-Nya ketika berdoa.
Maka janganlah memohon dengan perasaan acuh seakan-akan tak butuh, tapi mintalah seakan-akan kita akan tenggelam dan meminta pertolongan

Tidakkah kita melihat, bagaimana orang yang divonis hukuman mati memohon untuk dimaafkan pada keluarga korban yang dibunuh?

Seperti itulah..
dengan perasaan rendah dan tak berdaya.. mintalah dengan perasaan bahwa kita hina dihadapan-Nya.
Dialah Yang Maha Suci mencintai hamba-Nya yang merendahkan diri serta merasa hina.

Allah SWT berfirman:
kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kemelaratan dan kesengsaraan, agar mereka memohon (kepada Allah) dengan kerendahan hati.” (QS. Al-An’am: 42)

2. Perasaan takut akan kebesaran-Nya

Tuhan, yang pada-Nya kita memohon adalah Dzat Yang Agung. Bagi-Nya Kebesaran dan Kemuliaan. Malaikat pun gemetar ketika berbicara dengan-Nya. Berbicara dengan para raja berbeda dengan berbicara pada selainnya, lalu bagaimana jika saat ini kita berbicara pada Raja para raja Yang Maha Suci?.

Tuhan kita Yang Maha Suci senang jika melihat kita merasa takut saat bermunajat pada-Nya, bahkan memintamu untuk melakukannya, sebagaimana Firman-Nya:

“Mengapa kamu tidak takut akan kebesaran Allah?” (QS. Nuh: 13)

3. Perasaan malu

Setiap kali kita merasa malu pada-Nya dan hal itu semakin bertambah ketika kita berdoa, maka Dia akan semakin mendekatkan kita pada-Nya.

Lalu apakah gerangan hal-hal yang dapat membuat hati kita merasa malu pada-Nya?

Ingatlah:

– Berapa banyak maksiat kita yang Dia tutupi, dan senantiasa Dia tutupi?

– Berapa banyak nikmat yang Dia berikan pada kita dan nikmat-nikmat yang masih terus mengalir?

– Berapa banyak dosa yang kita lakukan dan belum Dia beri ‘hukuman’ sedangkan kita masih berada dalam kebaikan-Nya?

– Berapa banyak taubat yang kita batalkan dan Dia tidak menjauhkan kita dari-Nya bahkan kita masih berada di tengah gelimang rahmat-Nya?

Dan diantara yang dapat meningkatkan rasa malu di hati ketika berdoa ialah dengan menghadirkan keyakinan bahwa Allah merasa malu pada kita ketika berdoa pada-Nya, sungguh merupakan sikapnya yang mulia Dia Yang Maha Suci merasa malu ketika kita menurunkan kedua tangan kita selepas berdoa dalam keadaan kosong..!? Bahkan Dia merasa harus meletakkan pada keduanya sesuatu..

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Sungguh tuhanmu Maha Pemalu dan Maha Pemurah, Dia malu pada hamba-Nya jika mengangkat kedua tangannya (berdoa) pada-Nya lalu menurunkannya dalam keadaan kosong.” (HR. Thabarani)

Jika Dia merasa malu pada kita, lalu bagaimana mungkin kita tidak merasa malu pada-Nya?
Perasaan Malu lebih utama dari perasaan takut dan harap, meskipun semuanya baik, tapi rasa malu lebih tinggi kedudukannya.

– apa yang akan kita pilih?
Menggabungkan semuanya, dan meningkatkan perasaan cinta pada-Nya

Sebagaimana Firman-Nya:
Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.” (QS. Al-Baqarah: 165)

Manusia secara umum tidak menyukai seorang pun kecuali salah satu dari tiga sebab:

1. Baik itu kita mencintainya karena keindahannya.

2. Dan boleh jadi ia tidak indah, tapi ia mencintainya karena ia senantiasa memberinya sesuatu.

3. Dan boleh jadi ia tidak memberikan kita sesuatu
Tapi kita mencintainya karena ia bersikap dengan baik pada kita.

Dan Tuhan kita menggabungkan tiga perkara ini bahkan lebih dari itu, tanpa perhitungan dan tanpa batas…

Maka Dialah Dzat Yang paling Indah
Dan memberikan kita segalanya
Dan memperlakukan kita dengan sebaik-baik sikap.

Bagaimana mungkin kita tidak mencintai-Nya?

4. Perasaan bahwa kebaikan-Nya adalah sangat banyak

Dan ini merupakan derajat yang paling tinggi yang mungkin kita dapat capai dalam ibadah.
Ia adalah tingkatan yang berada dalam ibadah, seakan-akan tirai yang mengantarai kita dengan-Nya telah Dia angkat untukmu semata, maka kita dapat melihat wajah-Nya kita engkau beribadah pada-Nya melalui shalatmu dan doa-doamu, pada setiap keadaanmu..

Maka bagaimanakah untaian kata kita ketika berdoa?
Dan bagaimana kondisi hati kita ketika engkau melihat wajah Allah, dan melihat keindahan-Nya serta keagungan-Nya?

Lakukanlah, dan anda akan mengetahuinya.

5. Perasaan Tawakkal

Janganlah hanya mengandalkan Allah untuk memberi kita apa yang kita sukai dari kebutuhan-kebutuhan duniawi kita; baik itu harta, pernikahan, kesehatan, keturunan.. meskipun itu semua baik.

Tapi, kita mesti berserah diri pada-ya ketika berdoa untuk memberimu apa yang Dia sukai dari kebaikan-kabaikan imaniah, seperti; takwa, khusyu’, rasa takut, rasa cinta, rasa malu, dan taubat

Sebagaimana kita bertawakkal pada-Nya untuk mendapatkan apa yang kita sukai. Maka tawakkallah pada-Nya juga untuk mendapatkan apa yang Dia sukai. Dan ini merupakan perasaan yang paling pamungkas dan paling hebat ketika berdoa dan merendahakan diri dihadapannya

Saudara dan saudariku yang mulia ..

Setiap kita mungkin mengucapkan untaian kata yang sama ketika berdoa, tetapi yang jadi rahasianya ialah; perasaan yang ada di hati dan ketulusannya dan kemurniannya.

Setiap kali kita menggunakan perasaan yang kuat dan lebih sering ketika berdoa, maka doa-doa kita akan semakin kuat, hingga ia dapat sampai pada tingkat kuat yang paling tinggi, karena pada suatu waktu dari waktu-waktu yang lain dapat membakar dosa-dosa kita seluruhnya, bahkan mungkin memasukkan kita ke Surga secara langsung berkat rahmat dan kepemurahan-Nya.

Maka ambillah dari perasaan-perasaan dan makna-makna di atas semaksimal kemampuan kita.

(Manhajuna/IAN)

(Visited 108 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Realitas Peristiwa Hari Kiamat yang Pasti

Oleh: Prof. Dr. Syeikh Muhammad Ratib Nablusi (أكرمه الله وأسعده) Alih bahasa: Ahmad Asri Lubis …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *