Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Kolom / Catatan Ramadan: Buka Puasa…
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Catatan Ramadan: Buka Puasa…

Buka puasa adalah saat-saat yang dinantikan oleh mereka yang berpuasa. Kenikmatannya bukan sebatas pada makanan yang disantap, tapi suasana ruhani dan relijius tampak lebih terasa pengaruhnya. Inilah bonus langsung yang Allah berikan bagi orang yang berbuka puasa:

لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ

Bagi orang yang shaum akan mendapatkan dua kegembiraan yang dia akan bergembira dengan keduanya, yaitu apabila berbuka dia bergembira dan apabila berjumpa dengan Rabbnya dia bergembira disebabkan ‘ibadah shaum itu“. (Muttafaq alaih)

Ada beberapa hal perlu diperhatikan saat berbuka:

1. Perhatikan adab makan; Baca basmalah, makan dengan tangan kanan dan ambil makanan yang terdekat. Jangan lupa berdoa saat berbuka, karena itu termasuk waktu yang mustajabah.

2. Awali buka puasa dengan ruthab (kurma setengah masak) jika tidak, maka dengan kurma yang sudah masak dan jika tidak ada juga minumlah beberapa teguk air putih.

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ

Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berbuka dengan beberapa ruthab (kurma yang belum masak) sebelum melakukan shalat, jika tidak dengan air maka dengan beberapa kurma, dan apabila tidak ada kurma maka beliau minum air putih beberapa teguk.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmizi)

Setelah itu baru menyantap makanan lainnya.

3. Dari riwayat di atas juga diisyaratkan bahwa Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam berbuka ringan saja untuk kemudian segera shalat (Maghrib). Ini lebih baik ketimbang langsung makan makanan berat. Dari sisi ibadah tidak menyebabkan terlambat shalat dari sisi kesehatan pun lebih baik bagi lambung agar tidak kaget dengan makanan yang banyak sekaligus setelah kosong seharian.

4. Usahakan sedapat mungkin buka bersama keluarga inti. Kesempatan terbaik untuk membangun kehangatan keluarga dalam bingkai iman dan takwa.

5. Mengendalikan diri ternyata tidak hanya dibutuhkan saat berpuasa, tapi juga tetap dibutuhkan ketika berbuka. Makanlah secukupnya jangan terlalu kenyang.

Penting menyederhanakan jenis makanan yang dihidangkan agar tidak terjebak pada sikap berlebih-lebihan yang terlarang atau tabzir dengan membuang makanan.

Selamat menantikan berbuka semoga Allah ridhai.

(Manhajuna/IAN)

Ust. Abdullah Haidir, Lc.

Pembina at Manhajuna.com
Alumni Syariah LIPIA ini adalah pengasuh utama manhajuna.com. Setelah 15 tahun menjadi Penerjemah dan Penyuluh Agama (Da'i) di Kantor Jaliyat Sulay, Riyadh, beliau memutuskan pulang mengabdikan diri di tanah air. Kini selain tetap aktif menulis dan ceramah di berbagai kesempatan, ustadz humoris asal Depok ini juga tergabung dalam mengelola Sharia Cunsulting Center.
(Visited 245 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Hukum dan Adab I’tikaf

Oleh: Ust. Abdullah Haidir, Lc. Definisi: I’tikaf (الاعتكاف) dari segi bahasa berasal dari kata (العكوف). …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *