Oleh: Ust. Abu Ja’far Fir’adi, Lc.
Saudaraku…
Kehadiran kaum hawa dalam kehidupan kita adalah penyempurna kebahagiaan kita dalam hidup. Artinya tanpa kehadirannya, maka kebahagiaan yang kita kecap adalah semu, hambar tak bermakna.
Kesuksesan kita di berbagai sisi kehidupan, tak luput dari peran besar mereka. Sukses di bidang keagamaan, medan perjuangan, pentas politik, bisnis, pendidikan, sosial kemasyarakatan, lahan pertanian dan perkebunan, dunia olah raga dan lain sebagainya.
“Di belakang pria hebat, selalu ada wanita tangguh”, demikian kata pepatah yang sering terdengar di telinga kita.
Kita yang barangkali mengamati perkembangan dunia sepak bola akan menemukan kebenaran ungkapan ini dalam diri Robin Van Persie (RVP).
Van Persie tampil cemerlang bersama Arsenal di musim 2011/2012. Dia mencetak 30 gol dalam 38 penampilan di Liga Inggris dan menjadi top skorer, plus dianugerahi penghargaan sebagai pemain terbaik versi jurnalis Inggris.
Dia mengungkapkan, konsistensi penampilannya di atas lapangan adalah berkat koreksi dari ibunya, sang istri Bouchra (wanita Belanda berdarah Maroko), Dina anak perempuannya, serta kedua saudara perempuannya, Kiki dan Lily. (sumber: sport.detik.com).
Saudaraku..
Demikian pula kegagalan kaum pria di beberapa sektor dan lini kehidupan, juga sering disebabkan faktor kaum hawa yang ada di belakangnya.
Kita ambilkan contoh yang mudah, banyak politisi di negeri kita yang sedang naik daun, tiba-tiba namanya hancur berkeping-keping dan harapan jaya pun musnah setelah tersandung kausu skandal seks dengan kaum hawa. Bisa jadi sesama politisi, atau artis dan selebritis. Atau bisa jadi wanita biasa, tapi sanggup menaklukan hatinya. Dan banyak cerita senada yang biasa kita dengar di sekitar kita.
Saudaraku…
Syekh Mustafa Siba’i rahimahullah membagi wanita yang ada di sekitar kita menjadi 4 model:
Sebagai racun, penawar, penyakit dan obat.
Wanita cerdas, yang berakhlak mulia dan halus perasaannya, adalah penawar hati bagi sang suami. Ia dapat menghilangkan kelelahan jiwa dan melenyapkan kelemahan fisik.
Wanita yang tak memiliki kecerdasan dan berpikiran sempit, menjadi racun dalam keluarga. Ia dapat merusak anggota keluarganya dengan virus kecemasan dan bakteri kematian (sekarat).
Wanita sombong lagi terpedaya, menularkan penyakit mematikan terhadap suaminya. Di mana sang suami tak dapat membebaskan diri dari pengaruh buruknya melainkan dengan jalan melepaskan ikatan pernikahan atau mencari madu baginya. Kedua-duanya pahit dirasa dan berat akibatnya.
Wanita shalihah dan istiqamah, merupakan obat bagi suami dan masyarakatnya dari berbagai warna keburukan dan malapetaka.
(DR. Mustafa Siba’i rahimahullah).
Saudaraku..
Model pertama dari wanita di sekitar kita adalah wanita yang tak ubahnya sebagai racun dalam kehidupan kita.
Orang yang terkena racun akan mengalami ganguan pada tubuhnya, seperti mual, sakit kepala, nyeri hebat, muntah, diare, kejang-kejang, lumpuh, tak sadarkan diri dan bahkan berakibat pada kematian.
Demikian halnya, jika kita memiliki istri yang memiliki karakter dan model ini, maka kehidupan kita akan sangat terganggu. Mengalami kelelahan mental, depresi, dan bahkan bisa mengganggu jiwa kita.
Melupakan kebaikan suami. Kufur dengan pemberiannya. Tak pernah puas dengan nafkah yang diberikannya. Tak menerima kekurangan suami. Tak terampil mengurus rumah yang menjadi singgasananya. Pendidikan anak-anak diabaikan. Aib suami disebar luaskan kepada masyarakat. Memandang persoalan keluarga dengan pandangan sempit dan picik. Enggan mendaki puncak ubudiyah dan seterusnya.
Istri model ini, akan mengguncang kehidupan kita. Mengakibatkan kematian mental sebelum kematian jasad.
Saudaraku..
Model istri kedua adalah istri yang berperan sebagai penawar. Ia cerdas, berpendidikan, berbudi pekerti mulia dan halus perasaannya. Dan ini kebalikan dari model wanita yang pertama.
Seperti halnya sebuah penawar, ia bisa mengembalikan keadaan yang gawat dan kritis menjadi pulih kembali seperti sedia kala.
Dengan kecerdasannya, ia bisa membantu memecahkan persoalan yang dihadapi oleh suaminya di tempat kerja ataupun di tengah-tengah masyarakatnya. Mengembalikan kepercayaan diri suaminya saat mengalami kegagalan dalam bisnis, tak bersinar di pentas politik, urung meraih cita-cita dan seterusnya.
Dengan keindahan akhlaknya, ia sanggup membahagiakan suaminya secara zahir dan bathin. Kepenatan dan kelelahan suami sepulangnya dari tempat kerja, menjadi sirna dan hilang seketika saat melihat sang istri menyambut kedatangannya dengan hangat, menghadirkan seulas senyum tulus merekah, dan dengan kehangatan teh Lipton keikhlasan.
Saudaraku..
Model ketiga, adalah istri yang tak ubahnya seperti penyakit. Wanita yang sombong dan angkuh terhadap suaminya.
Bisa jadi keangkuhan dan kesombongannya dilatar belakangi oleh pendidikan yang lebih tinggi dari suaminya. Keturunan ningrat dan terhormat. Berasal dari keluarga TAJIR. Anak pejabat Negara. Kedudukannya lebih terhormat dan seterusnya.
Dengan itu semua, ia mengganggap suaminya rendah dan tak bermartabat. Sehingga ia berkuasa penuh di singgasanya. Ia berbuat dan bertingkah laku semaunya. Datang dan pergi kapan ia mau. Suami tak memiliki hak untuk melarang apatah lagi mengatur urusan pribadinya.
Bila ini terjadi, maka suami lebih menderita daripada terkena serangan stroke, sesak nafas parah, lumpuh, saraf dan seterusnya.
Dalam keadaan seperti ini sang suami benar-benar tersiksa zahir dan bathin. Merana luar dan dalam. Dunia menjadi gelap. Seolah-olah hidup yang dijalani telah berubah menjadi neraka baginya.
Sauadaraku..
Model terakhir, dan tentu menjadi dambaan semua orang. Yakni wanita shalihah dan istiqamah. Cantik secara zahir dan bathin. Sempurna luar dan dalam. Wanita model ini, yang akan membuat suami tersenyum simpul setiap saat. Walaupun usia pernikahan mulai uzur, tapi cinta dan kemesraan serta keharmonisan dalam keluarga tak pernah luntur. Seolah-olah bulan madu tak pernah sirna.
Bisa jadi, ia lahir di keluarga ningrat. Atau anak pejabat Negara dan menteri. Pendidikannya lebih tinggi dari suaminya. Penghasilannya lebih besar dari suami. Tapi hal itu tidak menjadikannya bertingkah angkuh dan congkak di hadapan suaminya. Justru kelebihan yang dimilikinya seperti harta, kedudukan dan yang senada dengan itu, ia manfaatkan untuk mendukung perjuangan dan kesuksesan suami sebagai al qawwam (pemimpin) dalam keluarga.
Karena dengan pemahaman agama yang baik dan benar, ia tahu bahwa suami adalah sosok yang bisa membimbingnya ke surga. Dan ketidak taatannya pada suami menyebabkan ia terlempar ke jurang neraka.
Ia sadar, bahwa suami adalah imam dalam ibadahnya dan nahkoda dalam pelayaran keluarga. Yang harus ditaati dan diikuti secara penuh. Selama sang suami menjadi imam dan nahkoda yang benar.
Ketika arah perjalanan kapal keluarga mulai berubah arah atau ada kekhilafan dan kealpaan saat menjadi imam. Ia dengan bijak dan sabar serta dengan kehalusan bahasa, ia ingatkan dan tegur sang suami. Agar kapal keluarga kembali ke jalur yang benar. Dan agar shalat yang didirikan sah sesuai dengan tuntunan nabi. Walau pun harus dengan melakukan sujud sahwi.
Saudaraku..
Model wanita pertama dan ketiga, merubah warna pelangi pernikahan menjadi awan yang menggelapkan langit keluarga dan asap tebal yang menyesakkan dada suami dan anggota keluarga. ‘Baiti nari’, rumahku adalah neraka menjelma di alam realita.
Wanita kedua model inilah yang akan memenuhi ruangan di neraka. Rasulullah saw bersabda, “Aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita.” Sahabat pun bertanya, “Mengapa (demikian) wahai Rasulullah?.”
Beliau menjawab, “Karena kekufuran mereka.”
Kemudian (sahabat) melanjutkan pertanyaannya, “Apakah mereka kufur kepada Allah?.”
Beliau menjawab, “Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata : ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.” H.R; Bukhari.
Saudaraku..
Adapun model wanita kedua dan keempat; wanita yang berperan sebagai penawar dan obat. Keduanya menjadikan langit keluarga selalu cerah dan berseri. Walaupun terkadang cuaca di luar cukup panas, mendung, berawan dan hujan deras mengguyur bumi.
Ia adalah sebaik-baik perhiasan dunia, sebagaimana sabda Nabi saw, “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita salehah” H.R; Muslim dan Nasa’i.
Wanita kedua model inilah yang akan memenuhi surga yang seluas langit dan bumi. Nabi saw pernah bersabda, “Apabila seorang wanita shalat lima waktu, puasa bulan Ramadhan, menjaga kesucian dirinya, mentaati suaminya, maka akan dikatakan kepadanya, “Masuklah ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau kehendaki.” H.R; Ahmad.
Saudaraku..
Sudahkah kita memiliki istri yang selalu menjadi penawar dan obat dalam hidup kita? Semoga kita telah mendapatkannya. Amien.
Riyadh, 02 Juni 2012 M.
(AFS/Manhajuna)