Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Hikmah / Hikmah Kamera Lalu Lintas
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Hikmah Kamera Lalu Lintas

Segala puji bagi ALLAH yang telah menjadikan musibah sebagai teguran bagi orang beriman, dan menjadikan nikmat sebagai penambah rasa syukur kita kepada ALLAH.

Saudaraku, pada hari sabtu tanggal 8 bulan 5 tahun 2011, ketika sedang santai di kamar sambil browsing internet, Hapeku berbunyi dan mendapat mendapat sms dari majikanku, isi smsnya memberitahukan bahwa saya terkena mukhalafah murur atau pelanggaran lalu lintas dengan melanggar batas kecepatan sehingga mobil saya terkena kamera. Mukhalafahnya sebesar 300 riyal, yang jika tidak di bayar sampai pada wktu tertentu akan menjadi 500 riyal. Dan dendanya akan dipotong dari gaji bulananku.

Denda mukhalafah itu membuat saya tersentak kaget. Dan merasa sangat sedih dan juga emosi. Bagaimana mungkin, 300 riyal itu saya dapatkan dgn susah payah, 300 riyal bagi saya yang pekerja sopir itu sama dengan 7 hari mencuci 4 mobil dan 7 hari menahan kantuk dan lelah dalam perjalanan.300 riyal itu sama juga dengan makan selama sebulan, tapi hanya dalam waktu sekali jepretan  kamera, ternyata 300 riyal langsung hilang begitu saja. Hal ini membuat saya lemah semangat, gelisah dan juga marah. Namun, orangtuaku menghiburku dan mengatakan bahwa selalu ada hikmah di balik musibah.

Saya yakin, diantara kalian (Tki) di saudi pasti ada yang pernah mengalami kejadian seperti yang saya alami, sudahkah kita mencari hikmah atas musibah tersebut ?

Demi menghibur hati yang penuh lara, dan menambah semangat dalam jiwa. Maka saya mencoba untuk mencari hikmah di balik musibah tersebut, dan ternyata saya temukan banyak hikmah. Salah satu hikmah terbesar dari musibah tersebut adalah bahwa Denda pelanggaran lalu lintas yang menimpa saya itu hanya merupakan perumpamaan kecil dari kehidupan dunia ini. Hal yang besar adalah bahwasanya kehidupan kita ibaratnya perjalanan mengendarai mobil. Yang tidak bisa seenaknya dan semaunya di jalan raya. Akan ada peraturan yang harus kita taati. Pengendara mobil tidak boleh seenaknya dan semaunya mengendarai mobil.

Begitu pula seorang manusia tidak bisa seenaknya menjalani kehidupan, akan selalu ada peraturan di dunia ini, yang jika kita taati maka akan berbuah maslahah atau kebaikan. Dan jika kita langgar maka akan mendapatkan keburukan atau gharamah/denda. Peraturan itu telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Allah berfirman (yang artinya):

“Hai orang-orang yg beriman, taatilah Allah & taatilah Rasul-Nya…” (An-Nisaa’: 59)

“Dan taatlah kepada Rasul supaya kamu diberi rahmat.” (An-Nuur: 56)

“Maka hendaklah orang-orang yg melanggar perintah Rasul takut akan ditimpa fitnah (cobaan) / ditimpa adzab yg pedih.” (An-Nuur: 63)

Allah memerintahkan kita mentaatiNya.. mentaati RasulNya sama dengan mentaati Allah.. siapa yang mentaati Allah dan Rasulnya maka akan dirahmati Allah dan siapa yang melanggarnya maka akan di Adzab oleh Allah.

Lalu setelah Allah menetapkan peraturan peraturan tersebut. Allah sertakan juga pada diri setiap manusia 2 malaikat yang senantiasa merekam dan mengawasi segala tingkah laku manusia selama 24 jam. Jika manusia mentaati allah , maka malaikat pencatat kebaikan akan segera menulisnya dalam catatan kebaikan dan begitu pula jika melanggar maka
akan ditulis dalam catatan keburukan..

Yang perlu kita cermati adalah, bahwa saat kita melakukan pelanggaran lalu lintas. Pihak kepolisian akan mengirimkan info dalam waktu sekurang-kurangnya 3 hari, bahwa kita telah melakukan pelanggaran dijalan ini dan pada waktu ini dengan disertai foto sebagai bukti. Akan tetapi. Berbeda dengan kehidupan dunia, jika kita melanggar peraturan Allah. Maka tidak selamanya kita akan mendapatkan pemberitahuan secara langsung dari Allah. hanya orang orang yang dicintai Allah sajalah yang di beri pemberitahuan atas mukhalafahnya. pemberitahuan itu bisa berbentuk musibah, yang dimana musibah tersebut mengingatkan orang beriman bahwasanya mereka telah melakukan pelanggaran. Bukankah setiap musibah terjadi karena di sebabkan perbuatan maksiat manusia sendiri.

Allah berfirman (yang artinya), “Apa saja musibah yang menimpa kamu maka disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS asy Syura: 30)

Ali Radiyallahu Anhu berkata, “Tidaklah turun suatu bencana kecuali karena dosa, dan tidaklah dicegah suatu bencana kecuali dengan taubat.”

Pemberitahuan pelanggaran yang berupa musibah, baik itu dengan rasa sakit, kehilangan sesuatu yang berharga, atau musibah bencana alam, membuat orang beriman mampu membayar setiap pelanggarannya dengan kesabaran dan bertaubat serta memperbanyak amal kebaikan agar supaya nanti mereka tidak di balas saat setelah kematian nanti.

Saudaraku, berbeda halnya dengan orang yang tidak dicintai Allah. Mereka tidak akan mendapatkan pemberitahuan atas pelanggaran mereka. Malah mereka akan didukung oleh Allah untuk melakukan Kemaksiatan. Mereka diberi harta dan kesehatan serta kesempatan agar semakin jauh dari Allah. Lalu bayangkan. apa kata mereka saat di tampakkan segala mukhalafah mereka selama di dunia.  Mereka baru menyesali segala perbuatan mereka.

Allah berfirman (yang artinya), “Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang juapun”. (QS. Al kahfi :49)

Saudaraku, kenikmatan dunia terkadang membuat kita lupa bahwa selalu ada kamera di setiap perjalanan hidup ini, kamera yang mngawasi selama 24 jam setiap langkah kita dan menjepret setiap pelanggaran kita. Hal yang paling merugikan bagi seorang manusia adalah saat meninggal dunia dan merasa membawa begitu banyak amalan tapi saat dia berada di hadapan Rabbnya. ternyata dia telah melakukan begitu banyak pelanggaran pelanggaran sehingga amalan-amalannya habis hanya untuk membayar denda atas pelanggarannya. Mereka inilah orang yang bangkrut sebagaimana yang dikatakan Rasulullah dalam hadistnya : orang yang bangkrut dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakatnya, namun dia datang dan (dahulu di dunianya) dia telah mencela si ini, menuduh (berzina) si itu, memakan harta si ini, menumpahkan darah si itu dan telah memukul orang lain ( dengan tidak hak), maka si ini diberikan kepadanya kebaikan orang yang membawa banyak pahala ini, dan si itu diberikan sedemikian juga, maka apabila kebaikannya sudah habis sebelum dia melunasi segala dosanya ( kepada orang lain ), maka kesalahan orang yang didzalimi di dunia itu dibebankan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke api neraka. (HR. Muslim)

Kawan, kita sering lalai dari adanya pengawasan sehingga kita melanggar batas-batas yang telah ditetapkan Allah. Kita selalu ingin cepat dan terburu buru dalam mengejar kehidupan dunia ini, sehingga kita sering melanggar batasan Allah. Karena bosan dengan kemiskinan, kita terburu-buru untuk mau jadi kaya, maka didatangilah dukun atau mengadu nasib melalui judi. Kita sudah bosan untuk gelisah, maka kita terburu-buru mencari kebahagiaan yang sementara, sehingga kita berbuat maksiat kepada Allah.

Cobalah kita mengendorkan pijakan kaki kita pada gas. Cobalah berhenti sejenak dan perhatikan diri kita. Apa yang salah dari diri kita. Jangan sampai Allah telah menegur kita atas pelanggaran kita tapi ternyata kita tidak menggubris teguran Allah. keledai saja tidak ingin terperosok 2 kali dalam lubang yang sama. Lalu mengapa kita manusia masih sering terperosok pada satu maksiat yang sama. 300 riyal bukanlah hal yang besar bagi diri kita. Tapi coba bayangkan jika denda/gharamahnya bukanlah harta atau uang. Bukanlah amalan atau perbuatan. Tapi denda/gharamahnya berupa siksaan dari Allah kelak nanti di neraka. Mendengarkan musik misalnya, dendanya adalah telinga dilelehi dengan timah panas. Mengghibah dendanya adalah mencakari muka dan dada sendiri dengan kuku dari tembaga. Berzina dendanya adalah dimasukkan dalam tungku yang apinya sangat panas dan mereka disengat dengan ular yang sakitnya dirasakan selama 1000 thun. Yang meminum khamar akan di minumkan sungai nanah.. dan banyak lagi denda dari pelanggaran kita.. Apa kita sanggup membayar denda tersebut?

Saudaraku, saat kita melanggar batasan Allah, terkadang kita tidak sadar bahwasanya pelanggaran yang kita lakukan itu ternyata berakibat sangat besar,  kemarin ketika saya terkena pelanggaran lalu-lintas, sungguh saya tidak pernah merasa bahwa saya telah melakukan pelanggaran, dan lagi pula saya menganggap bahwa kecepatan saya sudah pas, dan saya terkena mukhalafah hanya karena kecepatan saya lebih dari 10 km dari batas yang telah ditentukan , namun hal yang sangat sepele ternyata mengakibatkan saya mengalami kerugian sangat besar, begitu pula kehidupan dunia, terkadang kita menganggap bahwa hal yang kita lakukan hanyalah sepele saja. Yang perlu kita tahu, bahwasanya denda itu bukan kita yang menentukan dan tidak bisa dikira-kira oleh akal kita. Mungkin saja sesuatu yang kita anggap ringan dendanya ternyata berat di sisi Allah, dan mungkin saja yang kita anggap berat ternyata ringan disisi Allah. Maka itu saudaraku, jangan pernah meremehkan dosa sekecil apapun. Bukankah ada pepatah mengatakan bahwa “dosa kecil bisa menjadi besar karena di remehkan”

Rasulullah bersabda “Berhati-hatilah kalian dari dosa-dosa kecil. Karena perumpamaan dosa kecil seperti suatu kaum yang singgah pada suatu lembah lalu datang seorang dengan membawa satu dahan (kayu bakar) dan yang lain (juga)
membawa satu dahan hingga mereka telah mengumpulkan sesuatu yang bisa menjadikan roti mereka matang. Dan sesungguhnya dosa-dosa kecil, ketika pelakunya diadzab dengannya maka akan membinasakannya.” (HR. Ahmad,
Ath-Thabarani, dan lain-lain dari jalan Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Jami’ no. 2686)

Saudaraku, marilah kita memohon kepada Allah perlindungan dari segala keburukan baik itu di dunia maupun di akhirat dan memohon pengampunan dari segala pelanggaran/mukhalafah yang telah kita lakukan.

(Materi ini saya bawakan pada perlombaan ceramah yang diadakan Formatra pada tahun lalu dan alhamdulillah mendapat juara 1)

Akram ibnu Umar

03/25/2012

(Visited 611 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Realitas Peristiwa Hari Kiamat yang Pasti

Oleh: Prof. Dr. Syeikh Muhammad Ratib Nablusi (أكرمه الله وأسعده) Alih bahasa: Ahmad Asri Lubis …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *