Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Kolom / Ustadz Haidir / Khutbah Jumat: Islam Harus Mewarnai Seluruh Hidup Kita
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Khutbah Jumat: Islam Harus Mewarnai Seluruh Hidup Kita

Oleh Ustad Abdullah Haidir, Lc.

الحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ ذِكْرَهُ نُورًا لِلسَّالِكِينَ، وَطَمْأَنَةً لِقُلُوبِ المُؤْمِنِينَ، وَرَبْطًا لَهُمْ بِرَبِّهِمْ فِي كُلِّ وَقْتٍ وَحِينٍ، وَنَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ البَرُّ الكَرِيمُ، وَعَدَ عِبَادَهُ الذَّاكِرِينَ بِالخَيْرِ العَمِيمِ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ،   وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَان إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أَمَّا بَعْدُ

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah. Dalam kesempatan shalat Jumat ini, marilah selalu kita nasehati diri kita bersama-bersama, untuk menjaga, memelihara, merawat dan menumbuhkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Taala, sebagai syarat mutlak bagi kita untuk mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ  (سورة النحل: 97

“Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati dan diberkahi Allah Taala.

Kita tentu sepakat, Islam adalah agama  dan keyakinan kita. Hanya saja pertanyaan pentinng yang tidak dapat diabaikan adalah; Sudahkah agama yang kita anut ini mewarnai kehidupan kita, lahir batin, jasmani dan rohani? Sebuah pertanyaan yang jawabannya sangat erat terkait dengan bagaimana kualitas keberagamaan kita, apakah hanya sebatas pengakuan tanpa pembuktian, ataukah hanya sebatas keyakinan tanpa pengamalan.

Allah subahanahu wa taala berfirman

صِبْغَةَ اللهِ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللهِ صِبْغَةً وَنَحْنُ لَهُ عَابِدُونَ (سورة البقرة: 138

Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.(QS. Al-Baqarah: 138)

Mayoritas ulama tafsir menyatakan bahwa yang dimaksud sebagai shibghatullah dalam ayat ini adalah “Agama Allah” yaitu Islam. Mengapa Islam dalam ayat ini disebut sebagai ‘shibghah’ yang berarti celupan pewarna yang biasanya digunakan untuk mewarnai kain?

Mari kita simak penuturan Ibnu Abas yang dikutip oleh Imam Al-Bhagawi dalam kitab tafsirnya ketika menjelaskan tentang ayat ini,

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ : دِينَ اللَّهِ، وَإِنَّمَا سَمَّاهُ صِبْغَةً لِأَنَّهُ يَظْهَرُ أَثَرُ الدِّينِ عَلَى الْمُتَدَيِّنِ، كَمَا يَظْهَرُ أَثَرُ الصَّبْغِ عَلَى الثَّوْبِ ، وَقِيلَ: لِأَنَّ الْمُتَدَيِّنَ يَلْزَمُهُ وَلَا يُفَارِقُهُ كَالصَّبْغِ يَلْزَمُ الثَّوْبَ

Ibnu Abbas berkata, “(Yang dimaksud shibghatullah) adalah agama Allah. Dinamakan shibghah (celupan pewarna) karena pengaruh agama akan tampak pada diri seorang penganutnya, sebagaimana pewarna akan tampak pengaruhnya pada sebuah baju. Ada juga yang mengatakan bahwa orang yang beragama akan selalu berkomitmen dan tidak berpisah darinya, sebagaimana warna dari celupan tersebut akan selalu menempel pada baju yang dicelup di dalamnya.”

Dengan demikian, dapat disimpulkan dari penjelasan tersebut bahwa yang dinginkan dengan memeluk agama Islam, bukan hanya sebatas pengakuan, bukan hanya sebatas simbol, bukan pula sebatas data informasi dalam catatan sipil. Tapi yang diinginkan dengan memeluk agama Islam adalah lahirnya sebuah keimanan yang kuat kepada Allah taala di dalam hati, lalu hal itu tercermin dalam sikap lakunya, tutur katanya, tindak tanduknya, hingga perasaan dan emosi kejiwaannya. Ibarat sehelai kain yang tercelup larutan pewarna, tidak ada satupun bagian dari kain tersebut yang tidak terwarnai oleh larutan pewarna tersebut.

Para hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah.

Kadang muncul ungkapan sinis agar jangan membawa-bawa agama dalam masalah-masalah tertentu, apakah individu, keluarga, sosial,  masalah ekonomi, atau politik, dsb. Maka, kita harus siap dan berani menyatakan bahwa justeru agama harus kita bawa dalam berbagai sektor kehidupan, apakah masalah individu, keluarga, maupun sosial, ekonomi maupun politik dan sebagainya. Karena itulah konsekwensi dari pengakuan kita terhadap Islam sebagai agama kita.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً (سورة البقرة: 208

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan.” (QS. Al-Baqarah: 208)

Boleh jadi ada suatu perkara yang sangat menarik kita, atau menjanjikan keuntungan besar, atau berbagai iming-iming dan tawaran lainnya. Namun sebagai muslim, semua itu harus ditimbang dengan nilai-nilai agama, jika dibenarkan dalam agama, Alhamdulillah. Tapi jika tidak, maka agama harus didahulukan sedangkan berbagai tawaran dan iming-iming yang ada harus dilupakan.

Atau sebaliknya, boleh jadi ada sejumlah pandangan negatif atau opini yang dikesankan buruk terhadap terhadap suatu perkara, namun ketika kita ketahui bahwa agama kita menyatakan hal itu sebagai kebaikan, bahkan sunah yang diajarkan, maka tidak boleh kita membencinya, apalagi memusuhinya, justeru kita harus mencintainya, bahkan sedapat mungkin melaksanakannya atau membelanya.

Sebab kita harus yakin, tidak ada yang Allah perintahkan dan ridhai, kecuali hal itu hakekatnya adalah baik bagi kita, walaupun sepintas kita tidak menyukainya. Sebaliknya, tidak ada perkara yang Allah larang dan benci, kecuali hakekatnya hal itu adalah buruk bagi kita, walau kadang sepintas hal itu kita sukai.

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (سورة البقرة: 216

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Para shahabat radhiallahu anhum ajmain, sebelum diharamkannya khamar, umumnya mereka sangat gemar minum khamar, namun ketika turun pengharaman khamar, serta merta mereka tinggalkan khamar dan mereka tumpahkan khamar di depan-depan rumah mereka, sehingga diriwayatkan, jalan-jalan di kota Madinah ketika itu menjadi becek oleh khamar-khamar yang ditumpahkan pemiliknya.

Adapula contoh lain, bagaimana ketika agama telah mewarnai kehidupan seseorang sehingga mempengaruhi sikap dan pilihannya. Abu Thalhah dikenal sebagai orang yang kaya raya. Suatu saat, sebelum dia masuk Islam, dia melamar seorang sahabiyah bernama Ummu Sulaim binti Milhan, ibu dari Anas bin Malik radhiallahu anhu. Apa jawab Ummu Sulaim?

يـا أبا طلحة ! ما مثلُك يُرد، ولكنك امرؤ كافر، وأنا امرأة مسلمة، لا يصلح لي أن أتزوجك

“Wahai Abu Thalhah! Orang sepertimu tidak pantas ditolak (lamarannya), tetapi karena engkau masih kafir, dan aku adalah seorang wanita muslimah, tidak boleh bagiku menikah denganmu.”

Akhirnya Abu Thalhah masuk Islam dan menikah dengan Ummu Sulaim, dan kemudian beliau menjadi salah seorang tokoh para sahabat.

Bayangkan, jika memilih kepala rumah tangga, acuan agama menjadi patokan, sehingga tidak dibenarkan seorang wanita muslimah mencari calon suami dari kalangan non muslim, betapapun orang tsb  sangat menarik dari berbagai sisi, apalagi jika permasalahannya adalah memilih pemimpin yang cakupan dan pengaruhnya lebih besar dan lebih luas. Sementara ayat-ayat Al-Quran, hadits-hadits Rasulullah saw dan juga pandangan para ulama jelas menunjukkan tidak dibolehkannya kaum muslimin mengangkat orang kafir sebagai pemimpinnya. Maka, tentu lebih tidak dibenarkan lagi bagi seorang muslim untuk memilih dan mengangkat non muslim sebagai pemimpin. Ini kalau agama yang dijadikan sebagai patokan hidupnya.

Demikianlah hadirin jamaah shalat Jumat sekalian, bagaimana seharusnya Islam sebagai agama kita mewarnai dan membersamai setiap tingkah laku kita serta pilihan dan keputusan kita.

أقُولُ قَوْلي هَذَا   وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ   لي وَلَكُمْ،   فَاسْتغْفِرُوهُ   يَغْفِرْ لَكُمْ    إِنهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ،  وَادْعُوهُ يَسْتجِبْ لَكُمْ   إِنهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيْمُ..

________________________________________

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ، يَذكُرُ مَنْ ذَكَرَهُ وَدَعَاهُ، وَيُعطِي المَزِيدَ مَنْ شَكَرَهُ وَرَجَاهُ، وَأشْهَدُ أَن لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، إِمَامُ الذَّاكِرِينَ، وَسَيِّدُ المُستَغْفِرِينَ؛ r وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَعَلَى كُلِّ مَنِ اسْـتَنَّ بِسُنَّتِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

أَمَّا بَعْدُ،

Hadiri jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah….

Islam sebagai shibgathullah bahkan hendaknya membentuk karakter kita, emosi dan suasana jiwa kita. Ada yang mengatakan bahwa kaum muslimin jangan suka marah dan benci tapi harus selalu mencintai. Masalahnya bukan bukan sekedar cinta atau benci. Akan tetapi, jika kita cinta, cinta kita karena apa, dan jika kita benci, benci kita karena apa. Justeru masalah ini dapat menjadi salah satu parameter kualitas iman kita.

Rasulullah saw bersabda,

مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ، وَأَبْغَضَ لِلَّهِ، وَأَعْطَى لِلَّهِ، وَمَنَعَ لِلَّهِ، فَقَدِ اسْتَكْمَلَ الْإِيمَانَ    (رواه أبو داود)

“Siapa yang mencinta karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, mencegah karena Allah, maka telah sempurna keimanannya.” (HR. Abu Daud)

Iman kita menuntut kita untuk mencintai karena Allah apa dan siapa yang Allah cintai. Adapun jika ada kemungkaran, kemaksiatan, penistaan terhadap agama, terhadap ulama, terhadap kitabullah, justeru kita harus membencinya dan seharusnya kita marah karenanya, serta bangkit menyatakan penolakan terhadapnya dan menyatakan pembelaan terhadap agama ini dan syiar-syiarnya. Demikianlah kalau Islam telah mewarnai kehidupan seorang muslim, membentuk karakternya, bahkan mempengaruhi suasana kejiwaannya dan cita rasa serta seleranya.

Semoga Allah kuatkan Iman Islam kita, dan jadikan kita sebagai muslim kafah dan istiqomah. Juga semoga Allah berikan keamanan dan kententraman bagi negeri kita dan negeri Islam lainnya, serta diberikan petunjuk kepada pemimpin ke jalan yang Allah ridhai dan cintai serta dijauhkan dari kejahatan orang-orang yang ingin berbuat kerusakan dan kekacauan. Amiin ya rabbal aalamin.

هَذَا وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى إِمَامِ الْمُرْسَلِينَ، وَقَائِدِ الْغُرِّ الْمُحَجَّلِينَ، فَقَدْ أَمَرَكُمُ اللهُ تَعَالَى بِالصَّلاةِ وَالسَّلامِ عَلَيْهِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ حَيْثُ قَالَ عَزَّ قَائِلاً عَلِيمًا:  إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا .

اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلَّمْتَ عَلَى سَيِّدِنا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيمَ، فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِينَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِينَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ، وَعَنْ المُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ، المُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدُّعَاءِ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُومًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُومًا، وَلا تَدَعْ فِينَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُومًا.

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلامَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ.

اللهم آمنا في أوطاننا وادم نعمة الأمن والاستقرار في بلادنا وبلاد المسلمين

اللهم من أرادنا وبلاد المسلمين بسوء فاشغله بنفسه واجعل كيده في نحره يا حي يا قيوم برحمتك نستغيث

اللهم اعصمنا من الفتن اللهم ثبت قلوبنا على طاعتك اللهم من أرادنا بسوء فاقلب سوءه على نفسه يا ارحم الراحمين يا غياث المستغيثين يا ذا الجلال والإكرام اللهم إنا نجعلك في نحورهم ونعوذ بك من شرورهم يا قوي يا عزيز

اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا فِي ثِمَارِنَا وَزُرُوعِنَا وكُلِّ أَرْزَاقِنَا يَا ذَا الجَلالِ وَالإِكْرَامِ.  رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عباد الله ….

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ….. فاذكر الله يذكركم واشكروا على نعمه يزدكم ولذكر الله أكبر والله يعلم ما تصنعون …..أقم الصلاة

(Manhajuna/AFS)

Ust. Abdullah Haidir, Lc.

Pembina at Manhajuna.com
Alumni Syariah LIPIA ini adalah pengasuh utama manhajuna.com. Setelah 15 tahun menjadi Penerjemah dan Penyuluh Agama (Da'i) di Kantor Jaliyat Sulay, Riyadh, beliau memutuskan pulang mengabdikan diri di tanah air. Kini selain tetap aktif menulis dan ceramah di berbagai kesempatan, ustadz humoris asal Depok ini juga tergabung dalam mengelola Sharia Cunsulting Center.
(Visited 2.015 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Rajab, Sya’ban dan Ramadhan

Manhajuna – Bulan rajab baru saja datang, dan berlalu tanpa terasa. Setelahnya adalah sya’ban, kemudian bulan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *