Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Muslimah / Menantu dan Mertua: Bagaimana Menjalin Hubungan yang Harmonis ? (Bag.3-Selesai)
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Menantu dan Mertua: Bagaimana Menjalin Hubungan yang Harmonis ? (Bag.3-Selesai)

Oleh: Kiki Barkiah*

menantuBag. 2 “……proses pembuktian yang dilakukan tidak boleh membiarkan mertua dalam keburukan, namun harus diupayakan adanya perbaikan semua pihak.” 

Manhajuna – Sebagian menantu mungkin memilih untuk diam dan tidak membangun komunikasi dalam menghadapi perbedaan pendapat dengan mertuanya. Namun, sikap diam yang sesungguhnya dipilih lebih karena ingin mencari aman akan menyebabkan mertua tidak pernah mengerti tentang pendapat menantunya. Dengan membangun dialog diharapkan mertua dapat mengerti posisi menantu yang tengah membutuhkan sebuah proses dalam melakukan perbaikan. Jika dialog ini tidak dibangun, akan menimbulkan kemungkinan para mertua menganggap bahwa menantunya keras kepala atau mengeyel.

Komunikasi yang baik akan terjalin bila minimal salah satu pihak memiliki itikad baik. Pada sisi menantu, untuk menumbuhkan itikad baik tersebut harus melakukan beberapa upaya berikut:

  1. berusaha untuk menerima, mencintai dan menghormati mereka sebagai orang tua.
  2. Berusaha memahami perasaan dari sisi mertua.
  3. Berusaha untuk menyadari bahwa mertua adalah bagian dari hidup menantu di dunia dan akhirat yang akan menjadi unsur pembaik atau pemburuk kehidupannya di dunia dan akhirat.

Maka proses penyesuaian menjadi kunci kesuksesan dalam hubungan mertua dan menantu. Konflik biasanya lebih sering muncul jika salah satu pihak meminta dipahami apalagi mengharapkan untuk dapat berbalik arah secara seketika untuk sependapat dengan salah satu pihak. Namun, jika ditinjau dari fitrah manusia yang akan kembali melemah di hari tua, biasanya mertua cenderung lebih sensitif bahkan kembali berperilaku seperti anak-anak. Oleh karena itu, proses penyesuaian tersebut perlu diawali dari pihak menantu. Walaupun tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan terlebih dahulu oleh pihak mertua jika mertua memiliki itikad baik.

Permasalahan antara menantu mertua dapat juga muncul apabila salah satu pihak tidak mampu mengkomunikasikan ketidaknyamanannya kepada pihak lain. Bisa jadi sikap yang selama ini dianggap salah oleh pihak lain tidak disadari sebagai sebuah kesalahan sikap pada dirinya. Sehingga sikap itu terulang dan semakin menumpuk rasa ketidaknyamanan pihak lainnya. Oleh karena itu, komunikasi kembali memegang peranan penting dalam keharmonisan hubungan menantu dan mertua. Apabila pihak lain telah mengetahui bahwa sifat atau sikapnya memberikan ketidaknyamanan bagi pihak lain, akan memberikan kesempatan munculnya perbaikan. Namun jika komunikasi itu tidak pernah dibangun, maka wajar jika perbaikanpun tidak pernah terlihat diupayakan. Hal ini menjadi catatan penting dalam membangun sebuah pernikahan. Calon pasangan tidak hanya membutuhkan proses untuk saling mengenal diantara kedua pasangan. Namun proses penngenalan perlu dilakukan terhadap kondisi keluarga besar khususnya calon mertua. Sehingga jauh sebelum pernikahan berlangsung, secara garis besar calon anggota keluarga baru telah cukup mengenal kondisi keluarga yang akan ia masuki.

Dalam konteks amar ma’ruf nahi mungkar proses komunikasi dalam perbedaan pendapat yang sangat fundamental dalam kehidupan wajib dibangun. Terlebih bagi mereka yang ingin menjaga seluruh keluarganya agar terbebas dari siksa api neraka. Beberapa hal yang perlu dimiliki oleh salah satu pihak dalam beramar ma’ruf nahi mungkar kepada pihak lain adalah sebagai berikut:

  1. Percaya Diri.
  2. Memiliki keyakinan bahwa yang akan disampaikan adalah sebuah kebenaran baik dalam tinjauan agama maupun etika social.
  3. Siap menerima respon negatif dengan cara yang positif.

Untuk menumbuhkan sikap percaya diri dalam membangun komunikasi, kedua belah pihak harus memposisikan diri sebagai sesama manusia dewasa. Memiliki hak yang setara sebagai sesama manusia dewasa, tanpa melihat perbedaan pengalaman dan pendidikan. Sehingga kedua belah pihak mampu bersikap selayaknya manusia dewasa dan saling bersikap dengan penuh rasa hormat. Dengan pola hubungan yang setara ini, maka akan memberikan peluang untuk saling menyampaikan kebenaran, saling mencegah kemungkaran, bertanya tentang keinginan pihak lain, serta meminta saran dan kritik. Namun disidi lain, seorang menantu hendaknya bersikap selayaknya anak terhadap orang tua yang ingin disayang, ingin bermanja-manja. Menyentuh sisi keibuan mertua akan menciptakan hubungan yang harmonis.

Tidak selamanya kebenaran dan kebaikan yang ingin disampaikan kepada pihak lain dapat direspon secara positif. Saat pendapat kita diterima secara negatif hendaklah kita dapat menyikapinya secara positif. Apabila respon negatif membuat kita merasa “terjatuh”, maka hal ini dapat memunculkan stress. Apabila kita merasa trauma dalam menyampaikan pendapat, maka akan memunculkan perasaan rendah atau merasa kerdil dihadapan mertua. Keberanian dalam menyampaikan pendapat juga berarti tidak merasa takut disalahkan dan tidak merasa malu mengakui kebenaran yang disampaikan pihak lain, walaupun pendidikan kita lebih tinggi. Respon negatif dari mertua juga harus diterima secara positif sehingga tidak menimbulkan perasaan marah yang mendorong seorang menantu berkeinginan untuk pulang ke rumah orang tuanya, apalagi sampai meminta untuk bercerai. Sikap positif juga berarti tidak merasa takut dianggap bodoh, meskipun pendidikan kita lebih tinggi, karena pada dasarnya, kedua belah pihak sedang belajar memainkan peran barunya. Sikap positif juga berarti berani menanyakan hal yang menjadi harapan pihak lain sehingga tidak melakukan kesalahan yang sama berkali-kali.

Semua menantu pasti memiliki harapan untuk memiliki kedudukan dalam hati mertua. Mungkin sebagian memaknainya dengan selalu memenuhi keinginan mertuanya. Namun pada hakikatnya, mengambil hati mertua itu bukan hanya dengan “berhasil” memenuhi keinginanannya, namun dengan keberhasilan menantu dalam menggiring opini-opini mertua untuk selaras dengan opini mereka sehingga tidak menimbulkan pertentangan yang serius. Itulah keberhasilan yang seharusnya.

Sikap yang sama juga perlu dilakukan oleh mertua kepada menantunya, diantaranya:

  1. Menerima kebaikan dan kekurangan menantu.

2 .Dapat memahami posisi dan perasaan menantu.

  1. Dapat menghargai keberadaannya.
  2. Menjadikan menantu sebagai sarana perbaikan kehidupan dunia akhirat.
  3. Bangun rasa percaya diri dalam menjalin komunikasi serta tidak berlindung dibalik gengsi.
  4. Dapat menyampaikan isi hati, saran kritik dan solusi dengan jelas dengan didasari sikap saling menghormati dan menghargai.
  5. Dapat menerima perbedaan, bahkan respon negatif dengan sikap positif agar dapat meraih tujuan yg ingin di capai.

Itikad baik dari kedua belah pihak hanya akan muncul jika diawali oleh salah satu pihak, yang Insya Allah akan memperbaiki hubungan diantara kedua belah pihak. Awali dengan pikiran positif, prasangka positif, sehingga memunculkan aura positif dalam diri untuk selalu bersikap positif. Sebaliknya, pikiran dan prasangka negatif hanya akan melahirkan aura negatif yang menuntun kita untuk bersikap negatif pula. Meskipun begitu, hanya ikhtiar yang dapat dilakukan manusia, sementara hasilnya adalah kekuasaan Allah. Baik menantu ataupun mertua keduanya adalah makhluk Allah, maka hati mereka ada dalam genggaman Allah. Ketika Allah merahmati keduanya untuk menjadi lebih baik, insya Allah perbaikan demi perbaikan akan dicapai. Lakukan segala upaya dengan niat ikhlas karena Allah, demi kebaikan dunia dan akhirat. Jika ikhtiar telah dilakukan, maka bersabar menjadi pilihan sikap apabila perbaikan belum juga terwujud. Bersabar dan memperkuat kesabaran. Libatkan pasangan kita dalam menjembatani perbaikan hubungan mertua dan menantu. Karena pada hakikatnya baik dan buruknya mertua, bagaimanapun adalah orang tua pasangan kita. Dan sampai kapanpun akan tetap menjadi orang tuanya.

Selesai.

( Manhajuna/FM/AA**)

*Kiki Barkiah, alumni teknik Elektro ITB yang memutuskan menjadi ibu rumah tangga. Ibu yang menjadi homeschooler bagi kelima anaknya ini saat ini berdomisili di San Jose, California, USA. Kiki aktif diradiopengajian.com sebagai presenter dalam program “Ibu Indonesia Berbagi”. Beliau juga adalah ketua Yayasan Rumah Tahfidz Al-Kindi Mahardika & Komunitas Homeschooling Al-Kindi

(Visited 1.500 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Rajab, Sya’ban dan Ramadhan

Manhajuna – Bulan rajab baru saja datang, dan berlalu tanpa terasa. Setelahnya adalah sya’ban, kemudian bulan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *