Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Hikmah / Mendeteksi Penyakit Futur
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Mendeteksi Penyakit Futur

Oleh: Ustadz Satria Hadi Lubis

Manhajuna.com – Futur, Dalam bahasa arab, kata futur antara lain dapat bermakna :

  1. Terputus dari ketersinambungan atau diam setelah bergerak.
  2. Sikap malas, lamban dan santai setelah sebelumnya giat dan bersungguh-sungguh.

Secara istilah, Futur ialah Suatu penyakit hati (rohani) yang efek minimalnya timbulnya rasa malas, lamban dan sikap santai dalam melakukan suatu ‘amaliyah yang sebelumnya pernah dilakukan dengan penuh semangat dan menggebu-gebu, dan efek maksimalnya terputusnya sama sekali praktek dari suatu ‘amaliyah tersebut.

8 Faktor Penyebab Futur

Biasanya, futur merupakan penyakit sekunder, atau penyakit yang disebabkan oleh adanya penyakit lain. Penyakit jenis ini sulit disembuhkan sebelum penyakit primernya atau yang menjadi penyebabnya disembuhkan lebih dulu. Karena itu, jika kita terlanda futur, segera identifikasi apa penyakit primernya.

Ada beberapa tips untuk mengenali penyebab munculnya futur dan cara mengatasinya :

  1. Israf (terlalu berlebihan) dalam menjalankan agama.

Dizaman dahulu ada seorang pemuda ingin berpuasa setiap hari tanpa henti, tapi dilarang oleh Rasulullah. Dia hanya dibolehkan berpuasa seperti Nabi Daud, sehari berpuasa, sehari berbuka, agar dia tidak merasa bosan berpuasa dan agar badannya tidak terzalimi. Dengan alasan serupa Rasulullah juga melarang umatnya mengkhatamkan bacaan Qur’an kurang dari tiga hari.

Rasulullah bersabda :

“Jauhilah oleh kalian sikap berlebihan dalam agama, karena sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa dikarenakan sikap berlebihan dalam beragama”. (Riwayat Ahmad dan Nasaa’i).

“Lakukanlah amal sesuai dengan kemampuanmu, krn sesungguhnya Allah tidak merasa bosan sehingga kamu sendiri merasa bosan.Sesungguhnya amalan yang paling disukai oleh Allah ialah yang dilakukan secara rutin walaupun sedikit”. (Riwayat Bukhari dan Muslim).

“Sesungguhnya Tuhanmu mempunyai hak atasmu, dirimu mampunyai hak atasmu, keluargamu juga mempunyai hak atasmu. Oleh karena itu, berikan setiap yang mempunyai hak akan haknya”. ( Riwayat Bukhari).

  1. Terlalu longgar dalam beragama.

Disamping ada orang-orang yang berlebihan dalam beragama, ada juga orang yang sebaliknya, terlalu longgar dalam beragama, sehingga merasa enteng saja menabrak hal-hal yang dilarang. Mula-mula yang dilanggar adalah hal-hal yang syubhat, kemudian dosa-dosa kecil, hingga akhirnya berani melanggar dosa-dosa besar.

Ada seseorang yang membolehkan dirinya dan orang muslim lain untuk mengucapkan selamat Natal kepada pemeluk agama Kristen, dengan alasan menjaga hubungan baik. “Lagi pula sampai saat ini toh akidah saya tetap islam, tidak terganggu hanya karena mengucapkan selamat Natal,” katanya berdalih.

Pada kesempatan lain dia menjadi lebih longgar. Dia kemudian bersedia untuk menghadiri acara-acara kebaktian umat Kristen. Lagi-lagi dia berdalih itu sekedar menunjukkan solidaritasnya sebagai sesama umat beragama, tidak mengganggu akidahnya.

Hingga akhirnya dia menyatakan bahwa semua agama saja, hanya berbeda syari’atnya Baik umat islam maupun umat lainnya akan sama-sama masuk surga asalkan berbuat baik kepada sesama manusia.

  1. Kurang variasi dalam beraktivitas.

Sudah jadi tabiat manusia jika menghadapi kegiatan yang monoton maka dia akan merasa cepat bosan, termasuk juga dalam beramal shalih. Misalnya ada orang yang ingin shalat melulu, enggan melakukan aktivitas, maka lama kelamaan dia akan bosan melakukan shalat.

  1. Terjangkit Al Wahn (Cinta dunia dan takut mati).

Orang yang terjangkit penyakit ini akan takut menghadapi ujian-ujian dakwah berupa kesulitan hidup. Mereka lebih memilih duduk-duduk santai dirumah atau berjuang mencari uang sebanyak mungkin daripada berjuang menegakkan yang ma’ruf dan memerangi yang mungkar. Mereka tidak sadar, bahwa dibalik cobaan itu ada balasan yang sangat besar, yakni ampunan Allah dan kenikmatan surga.

Allah juga telah mengingatkan dalam firman-Nya :

“Wahai orang-orang yang beriman ! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni mereka, maka sungguh Allah Maha Pengampun Maha Penyayang” (At Taghabun : 14)

  1. Terhanyut pada Laghwun (hal yang tidak / kurang berguna).

Contoh di era informasi ini adalah terlalu asyik menonton dan mendengarkan acara hiburan di TV dan radio. Juga bermain game dan internet. Bila seseorang larut dalam beraktivitas seperti ini, ia akan merasa ketagihan sehingga banyak waktu yang digunakan untuk terus melakoninya. Akibatnya, waktu untuk beramal shaleh dan berdakwah menjadi tersita. Bahkan akhirnya dia jadi lebih senang duduk berlama-lama di depan TV daripada melakukan amal shalih.

“Sesungguhnya beruntung orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang yang khusyuk dalam shalatnya. Dan orang yang menjauhkan diri dari )perbuatan) yang tidak berguna” (Al Mu’minun : 1-3)

  1. Kurang berlapang dada.

Setiap jamaah ada kelebihan dan kekurangannya. Sehingga, perlu bersikap lapang dada terhadap kekurangan dan berusaha untuk memperbaiki. Cara memperbaiki ada beberapa macam, salah satunya adalah dg memperkuat diri dan berusaha untuk merubah jamaah tersebut ke arah yang lebih baik. Jangan biarkan dirimu tidak berjamaah, segera bergabung dengan kelompok lain ketika merasa kelompok yang lama tidak sesuai dengan tuntunan Allah.

  1. Tidak berorientasi Akhirat.

Jika seseorang hidupnya terlalu berorientasi dunia, maka ia akan cepat merasa frustasi manakala realitas yang didapat tidak sesuai dengan keinginan atau targetnya. Namun, jika seseorang hidupnya berorientasi akhirat, apapun kesulitan didunia tidak menjadi beban berat baginya. Semuanya itu disikapi sebagai peluang yang Allah berikan kepadanya untuk mengumpulkan pahala sebanyak mungkin dari kesabaran dan ketaqwaan kepada Al Khaliq)

  1. Banyak bergaul dengan orang fasiq.

Rasulullah bersabda :

“Seseorang itu tergantung agama temanmu, karena itu hendaklah kamu lihat orang yang kamu jadikan teman” (Riwayat Abu Daud).

Mari kita sama-sama berdo’a mohon perlindungan Allah dari penyakit futur yang bisa melanda siapa saja yang tidak waspada akan penyakit yang satu ini..

Allaahu a’lam bish shawaab. Semoga bermanfaat.

(Manhajuna/GAA)

(Visited 647 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Rajab, Sya’ban dan Ramadhan

Manhajuna – Bulan rajab baru saja datang, dan berlalu tanpa terasa. Setelahnya adalah sya’ban, kemudian bulan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *