Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Kajian / Mengejar Pahala Umroh di Bulan Ramadhan dan Sepuluh Malam Terakhir
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Mengejar Pahala Umroh di Bulan Ramadhan dan Sepuluh Malam Terakhir

Oleh : Abu Kautsar

Diantara reward pahala yang di janjikan Allah SWT pada bulan Ramadhan adalah pahala ibadah umrah seakan tidak bertepi bagai lautan, tidak berujung bagai daratan, tidak berbatas bagai langit. Umrah pada bulan Ramadhan memiliki keutamaan dan kedudukan tersendiri karena orang yang melakukan umrah berada pada tempat yang utama dan mulia serta dapat menggunakan waktu-waktu yang mustajabah. Seseorang yang umrah selama berada di Masjidil Haram banyak melakukan amalan terbaik seperti tilawah dan shalat dan berapa kali mendirikan shalat serta berapa banyak pahala yang dilipat gandakan, selain ada pahala shalat dan tilawah di sana juga ada air zam-zam, air terbaik di muka bumi kalau bisa meminumnya akan mendapatkan sesuai apa yang di niatkan. Rasulullah SAW memerintahkan umatnya agar umrah di bulan Ramadhan

 فَإِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فَاعْتَمِرِي ، فَإِنَّ عُمْرَةً فِيهِ تَعْدِلُ حَجَّةً وفي رواية لمسلم : ( حجة معي ) .

“Apabila telah datang Ramadhan maka umrahlah, karena sesungguhnya umrah dibulan Ramadhan setara dengan pahala haji” dalam riwayat muslim pahala umrah setara dengan “haji bersamaku”

Sebab keluarnya hadits ini adalah ketika seorang wanita dari kalangan anshar tertinggal untuk menunaikan haji kemudian Rasulullah SAW memerintahkan kepadanya agar umrah pada bulan Ramadhan karena pahalanya setara dengan haji bersama Nabi SAW, akan tetapi perintah ini juga berlaku umum karena kemuliaan dan ada pahala khusus dibulan Ramadhan.

Umrah bukanlah wajib akan tetapi karena waktu dan tempatnya yang mulia serta rasa payah dan lelah dalam menjalankannya sehingga pahalanya dilipat gandakan sebagaimana amalan-amalan baik lainya, Ibnul Zauji mengatakan: “Di antara keutamaan umrah bulan Ramadhan pahalanya adalah setara dengan jihad fi sabilillah sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Aisyah ummul mukminin:

فعن عائشة رضي الله عنها قالت: يا رسول الله! هل على النساء من جهاد؟ فقال لها: “نعم، عليهنّ جهادٌ لا قتال فيه: الحج والعمرة
رواه أحمد وابن ماجه

“Ya Rasulullah apakah atas kaum wanita ada jihad? Rasulullah SAW berkata kepadanya, “Ya atas kalian ada jihad tapi bukan jihad berperang, haji dan Umrah” ( HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Rasulullah SAW memerintahkan umatnya agar melaksanakan umrah dibulan ramadhan karena reward pahalanya tidak didapatkan pada bulan -bulan selainnya. Umrah bulan Ramadhan pahalanya setara dengan pahala haji.

أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: عمرة في رمضان، تعدل حج
رواه أحمد وابن ماجة

“Sesungguhnya Nabi SAW bersabda “Umrah pada bulan Ramadhan (Pahala) setara dengan haji
(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)

Keutamaan Umrah berikutnya mendapat kafarah atas dosa-dosa dalam rentang waktu dari umrah ke umrah berikutnya.

العمرة إلى العمرة كفارةٌ لما بينهما) رواه البخاري ومسلم)
، فقد بيَّن الحديث فضيل (
العمرة وما تُحْدِثُه من تكفيرٍ للخطايا والذنوب الواقعة بين العمرتين.

Umrah bulan Ramadhan juga memiliki keutamaan untuk mengikis kemiskinan dan dosa.

وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسول الله
تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ، فَإِنَّهُمَا يَنْفِيَانِ الْفَقْرَ وَالذُّنُوبَ، كَمَا يَنْفِي الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ وَالذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ، وَلَيْسَ لِلْحَجَّةِ الْمَبْرُورَةِ ثَوَابٌ إِلَّا الْجَنَّةُ

“Sertai antara haji dan umrah, sesungguhnya keduanya mengikis kemiskinan dan dosa sebagaimana pandai besi mengikis besi, emas dan perak, dan tidaklah bagi haji yang mabrur balasanya surga”

Berusaha Meraih Malam Lailatul Qodar di Tempat yang Mulia

Masjidil haram adalah tempat mulia, mustajabah dan barokah maka barang siapa yang mendirikan shalat di dalamnya maka pahalanya banyak tak terhingga, kalau selain Ramadhan balasan pahalanya seratus ribu dibandingkan shalat di masjid lain dan kalau shalat pada bulan Ramadhan berapa banyak balasannya, Rasulullah SAW bersabda:

صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِصَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ أو مائة صلاة وأقوال العلماء في ذلك

“Shalat di masjidku ini lebih baik dari seribu kali shalat di masjid lainya, kecuali di masjidil haram (Mekah) dan shalat di masjidil haram lebih baik seratus ribu kali shalat di masjid lain” dan pendapat para ulama akan hal tersebut.”

Malam Laitul qodar terjadi pada sepuluh malam terakhir dan semua ulama sepakat bahwa malam lailatul qodar tidak pernah terjadi di luar sepuluh malam terakhir adapun waktunya adalah pada malam-malam ganjil sebagai mana sabda Rasulullah SAW:

” الْتَمِسُوهَا فِي السَّبْعِ وَالتِّسْعِ وَالْخَمْسِ “(رواه البخاري)
قدم السبع على التسع وهو كذا في معظم الروايات إشارة إلى أن رجاءها في السبع أقوى للاهتمام بتقديمه.

“Berharaplah pada malam dua puluh tujuh, dua puluh sembilan dan pada dua puluh lima”

Malam dua puluh tujuh lebih diutamakan atas malam dua sembilan, dalam riwayat ini menunjukan sesungguhnya pada malam dua puluh tujuh lebih diperhatikan dan diutamakan, pendapat ini dikuatkan dengan sabda Nabi SAW :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما : أَنَّ رِجَالاً مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ . فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم : أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ . فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ .

“Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, bahwasannya seorang dari sahabat Nabi SAW telah melihat lailatul qodar dalam mimpi pada malam ke dua puluh tujuh terakhir, kemudian Nabi SAW bersabda “Saya sepakat dengan mimpi kalian malam dua puluh tujuh terakhir, maka barang siapa ingin meraihnya maka raihlah pada malam dua puluh tujuh terakhir” (Muttafaqun Alaih)

Dan beribadah pada malam-malam tersebut sangat agung sebagaimana sabda Nabi SAW:

مَن قام ليلةَ القدر إيمانًا واحتسابًا، غُفر له ما تقدَّم من ذنبه
(متفق عليه)

“Barang siapa mendirikan shalat pada malam lailatul qodar dengan penuh keimanan dan keikhlasan akan diampuni dosanya dimasa lalu” ( muttafaqun alaihi)

Menghabiskan waktu pada sepuluh malam terakhir di masjidilharam adalah salah satu cara untuk meraih malam lailatul qadar.

Para ulama berpendapat bahwa Rasulullah SAW tidak pernah melakukan umrah pada bulan Ramadhan dan selama hidupnya hanya melakukan umrah empat kali, yang pertama beliau melakukan Umrah Hudaibiah pada tahun ke enam Hijriyah. Umrah yang kedua adalah umrah qadha. Umrah yang ketiga adalah Umrah Ja’ranah pada tahun ke delapan, dinamakan dengan ja’ranah karena Nabi SAW masuk Mekah pada malam hari dan menyelesaikan malam itu juga lalu keluar Mekah dan berdiam di Ja’ranah sampai pagi Hari dan ketika matahari terbit menuju Madinah.

Tapi Alhamdulillah umat Islam sekarang ada yang melakukan umrah setiap tahun melebihi banyaknya umrah Nabi SAW, dan sudah banyak meraih pahala keutamaan umrah di bulan Ramadhan in sya Allah.

(Manhajuna/IAN)

Fathurrahman Abu Kautsar

Fathurrahman Abu Kautsar, pekerja yang sedang berdomisili di Riyadh Arab Saudi. Beliau yang dulu sempat menimba ilmu di Lembaga Bahasa Arab dan Ilmu keislaman Ustman bin Affan Jakarta, juga aktif dalam mengelola Forum Majelis Taklim Riyadh (FORMATRA) sebagai Wakil Ketua. Selain itu ditengah kesibukannya, beliau juga menyempatkan diri untuk menimba ilmu dari beberapa ulama negeri Arab Saudi
(Visited 110 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Khutbah Jumat di Masjidil Haram

Oleh: Ustadz Ahmad Musyaddad Bagi segenap kaum muslimin yang berada di Masjidil Haram dan ingin …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *