Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Kajian / Perang Mu’tah (Bag. III)
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Perang Mu’tah (Bag. III)

Panji Perang Beralih ke Tangan “Pedang Allah”

Setelah syahidnya ‘Abdullaah ibn Rawaahah, Tsabit bin ‘Arqam bin Tsa‘labah Al-Ansaari ra, mengambil panji putih dan menyarankan kaum Muslimin agar mempercayakan tampuk kepemimpinan pada salah seorang dari mereka. Mereka berpendapat dia bisa melakukannya, akan tetapi dia menolak dan mereka akhirnya sepakat untuk memilih Khalid  bin Walid ra.

Wahyu Ilahi sudah terlebih dahulu menginformasikan Rasulullah sallallaahu ‘alayhi wa sallam, terkait kejadian di medan tempur sebelum orang-orang menerima kabar bahwa mereka (para panglima yang ditunjuk) mati syahid. Anas ra meriwayatkan bahwa Rasulullah sallallaahu ‘alayhi wa sallam mengumumkan bahwa Zayd, Ja‘far dan Ibn Rawaahah ra mati syahid. Dilaporkan bahwa Rasulullah sallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda: “Zayd memegang panji lalu terbunuh. Kemudian Ja’far memangkunya dan ia pun terbunuh. Lalu Ibn Rawaahah mengambilnya sampai ia pun terbunuh.” Rasulullah, sallallaahu ‘alayhi wa sallam, menitikkan begitu banyak air mata dan berkata: “Lalu salah seorang pedang Allah dari pedang-pedang Allah (Saif min Suyufillah) mengambil panji hingga Allah Maha Besar menganugerahkan kemenangan bagi mereka.” [HR. Al-Bukhari]

Setelah diamanahi kepemimpinan, Khalid ra menunjukkan kepiawaian dan kematangannya dalam melepaskan kaum Muslimin dari situasi sulit. Dia melakukan siasat perang untuk mengalirkan rasa takut pada musuh. Dalam pandangannya, solusinya adalah untuk mundur dan memberi kesan pada musuh bahwa bala bantuan baru telah datang bagi Kaum Muslim.

Dia tetap bertahan dalam medan tempur sampai malam datang dan kemudian memanfaatkan gelapnya malam untuk mengubah posisi bala tentara, mengganti bagian sayap kanan dengan kiri dan garda depan dengan barisan belakang. Dia tugaskan pasukan berkuda (kavaleri) untuk membuat awan dari debu dan suara bising. Sehingga Romawi berpikir bahwa Kaum Muslim telah mendapatkan tambahan tentara, membuat mereka (tentara Romawi) ketakutan. Khalid ra, sedikit demi sedikit membawa pasukan mundur sambil menjaga kesatuan dan keutuhan pasukan, yang akhirnya berhasil tanpa pengejaran dari tentara Romawi. Mereka tentara Romawi berpikiran mundurnya pasukan kaum Muslimin adalah jebakan untuk berusaha menggiring mereka ke padang pasir.

Khalid ra menuturkan bahwa,” di hari Mu’tah ada sembilan pedang yang telah patah di tanganku kecuali lempengan (pedang) buatan Yaman.”

Tentara kaum Muslimin berhasil kembali ke Madinah dengan selamat, dan membunuh sangat banyak tentara Romawi yang menghasilkan kemenangan besar bagi Islam dan Kaum Muslim. Dalam satu riwayat, hanya 12 orang kaum muslim yang meninggal dalam pertempuran.

Dampak pertempuran

Peperangan memiliki dampak yang sangat besar bagi reputasi kaum Muslimin, dimana sepuluh bangsa Arab dibuat tercengang dan heran karenanya. Romawi merupakan Negara adidaya pada masa itu. Bangsa Arab mengira bahwa pertempuran yang dilakukan kaum Muslimin itu sama saja dengan aksi bunuh diri dan mencari mati sia-sia.

Kepulangan tentara Kaum Muslimin dengan selamat yang hanya berjumlah 3000 orang menghadapi 200ribu gabungan bala tentara Romawi dan suku-suku Arab merupakan keajaiban zaman. Ini menegaskan pasukan Kaum Muslimin memiliki ciri khas tersendiri, tidak seperti yang sudah biasa dan diketahui bangsa Arab selama ini. Yakni, bahwa mereka dibantu dan ditolong oleh Allah dan bahwa pemimpin mereka (Nabi Muhammad sallallaahu ‘alayhi wa sallam) adalah benar-benar utusan Allah.

Karena itu, setelah peperangan dapat dilihat bangsa-bangsa Arab yang selama ini menjadi musuh bebuyutan dan mengadakan pemberontakan pada Kaum Muslimin bersimpati pada Islam. Kabilah-kabilah: Bani Sulaim, Asyja’, Ghathafan, Dzubyan, Fuzarah dan selainnya menyatakan masuk Islam.

Baca juga:

Perang Mu’tah (Bag. I)

Perang Mu’tah (Bag. II)

Sumber:

1- Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad sallallaahu ‘alayhi wa sallam, Dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir, penulis Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri

2- Islamweb.net

(Manhajuna/IAN)

(Visited 1.183 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Role Model Khalid bin Al Walid

Oleh: Aji Teguh Prihatno Manhajuna.com – Salah satu torehan tinta emas sejarah yang paling gemilang …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *