Manhajuna – Dalam Ash-Shohihain diriwayatkan hadist dari Ummu Salamah dari Abu Hurairah R.A, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Hendaklah kalian mengkonsumsi Habbatus Sauda’ , karena didalamnya terdapat kesembuhan dari setiap penyakit, kecuali saam. Sedangkan saam artinya kematian.”
Habbatus Sauda’ atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Jintan hitam merupakan biji yang di hasilkan dari tumbuhan yang bernama Nigella Sativa. Tumbuhan yang berbunga setahun sekali ini dapat ditemui di daerah Afrika Utara hingga ke Etopia dan Asia Barat. Jintan hitam memiliki aroma yang khas dan rasa agak pedas.
Jintan hitam sejak zaman dahulu telah umum digunakan untuk penyembuhan penyakit oleh jutaan orang di Asia, Timur tengah, Eropa timur dan Afrika. Penggunaannya dapat dalam bentuk biji dan juga dalam bentuk minyaknya. Minyak jintan hitam telah banyak digunakan untuk mengembalikan keseimbangan organ tubuh dan meningkatkan imunitas. Catatan paling awal budidaya dan penggunaan dari biji ini berasal dari Mesir kuno. Minyak jintan hitam juga telah ditemukan pada makam Firaun Mesir Tutankhamun pada sekitar 3.300 tahun yang lalu.
Di Arab Saudi jintan hitam banyak ditemui di toko-toko yang menjual biji-bijian, baik dalam bentuk biji ataupun minyak. Di Indonesia pun jintan hitam cukup popular sehingga telah dapat ditemui dalam bentuk kapsul baik yang berisi serbuk ataupun minyak dan juga dapat ditemui yang telah dicampur dengan madu.
Manfaat Jintan Hitam
Manfaat dari jintan hitam bukan hanya dikenal dalam pengobatan tradisional. Namun manfaat kesehatan jintan hitam telah benar-benar diteliti dan ditulis dalam literatur biomedis. Bahkan, sejak tahun 60-an, lebih dari 600 makalah ilmiah yang mempelajari mengenai jintan hitam telah diterbitkan.
Jintan hitam telah diteliti secara ilmiah untuk kondisi kesehatan yang sangat spesifik. Beberapa aplikasi yang sangat menarik diantaranya:
Diabetes Tipe 2 : Dua gram biji hitam sehari menghasilkan berkurangnya glukosa puasa, penurunan resistensi insulin, peningkatan fungsi sel-beta, dan mengurangi hemoglobin glikosilasi (HbA1c) pada subyek manusia.
Infeksi bakteri Helicobacter Pylori : jintan hitam secara klinis berguna sebagai anti-H. pylori, sebanding dengan tiga kali terapi eradikasi.
Epilepsi: Jintan hitam secara tradisional dikenal memiliki sifat anticonvulsive. Sebuah studi pada tahun 2007 terhadap anak-anak yang terjangkit epilepsi, yang kondisinya sangat resisten terhadap pengobatan konvensional, menemukan bahwa ekstrak air secara signifikan mengurangi aktivitas kejang.
Tekanan darah tinggi: Penggunaan secara rutin setiap sebanyak 100 dan 200 mg ekstrak jintan hitam, dua kali sehari, selama 2 bulan, ditemukan memiliki efek penurun tekanan darah pada pasien dengan hipertensi ringan.
Asma: Thymoquinone, salah satu unsur aktif utama dalam jintan hitam, unggul dibanding dengan fluticasone, obat hewan untuk penyakit asma. Studi lain pada subyek manusia, ditemukan bahwa ekstrak air rebusan jintan hitam memiliki efek anti-asma pada penderita asma.
Tonsillopharyngitis akut: Ditandai dengan peradangan tonsil atau faring (yaitu radang tenggorokan), yang sebagian besar berasal dari virus, kapsul jintan hitam (di kombinasi dengan Phyllanthus niruri) telah terbukti secara signifikan mengurangi rasa sakit tenggorokan dan mengurangi kebutuhan akan obat penghilang rasa nyeri pada manusia.
Keracunan Senjata Kimia: Studi secara acak terhadap pasien yang keracuan senjata kimia (menemukan bahwa ekstrak air rebusan jintan hitam mengurangi gejala pernapasan, mengi dada, dan meningkatkan fungsi paru, serta mengurangi kebutuhan pengobatan.
Kanker usus: Studi pada sel telah menemukan bahwa ekstrak jintan hitam lebih baik dibandingkan dengan chemoagent 5-fluoruracil dalam penindasan pertumbuhan kanker usus, namun dengan tingkat keamanan yang jauh lebih tinggi. Penelitian pada hewan telah menemukan bahwa minyak jintan hitam memiliki efek penghambatan yang signifikan dalam melawan kanker usus pada tikus tanpa efek samping.
MRSA (Methicillin-resistant Staphylococcus aureus) : Jintan hitam memiliki aktivitas anti-bakteri terhadap isolat klinis bakteri Staphylococcus aureus yang resisten terhadap antibiotik (methicillin).
Ketergantungan Narkoba: Sebuah studi pada 35 pecandu heroin menemukan bahwa jintan hitam dapat digunakan sebagai terapi yang efektif dalam pengobatan jangka panjang terhadap orang yang memililki ketergantungan terhadap heroin.
Jika kita memahami sifat sebenarnya dari jintan hitam ini , berapa banyak manfaatnya yang terkandung di dalamnya bagi kehidupan (masa lalu, sekarang dan masa depan), tidak terlalu mengada-ada bahwa Rasulullah SAW menyebutkan jintan hitam sebagai obat dari setiap penyakit kecuali kematian. Karena jintan hitam telah terbukti mampu menaklukkan bakteri resisten antibiotik, menyembuhkan tubuh dari keracunan senjata kimia , atau merangsang regenerasi sel beta penghasil insulin pada penderita diabetes. Apa yang disebutkan diatas pun hanya sebagian kecil dari manfaat jintan hitam yang telah terbukti secara ilmiah.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam shahihnya, dari shahabat Abu Hurairah bahwasanya Nabi bersabda,
مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شَفَاءً
“Tidaklah Allah turunkan penyakit kecuali Allah turunkan pula obatnya”
Dari riwayat Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah dia berkata bahwa Nabi bersabda,
لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أَصَابَ الدَّوَاءُ الدَّاءَ، بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)
Diriwayatkan pula dari musnad Imam Ahmad dari shahabat Usamah bin Suraik , bahwasanya Nabi bersabda,
كُنْتُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَجَاءَتِ اْلأَعْرَابُ، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَنَتَدَاوَى؟ فَقَالَ: نَعَمْ يَا عِبَادَ اللهِ، تَدَاوَوْا، فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلاَّ وَضَعَ لَهُ شِفَاءً غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ. قَالُوا: مَا هُوَ؟ قَالَ: الْهَرَمُ
“Aku pernah berada di samping Rasulullah. Lalu datanglah serombongan Arab dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?” Beliau menjawab: “Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah I tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i menshahihkan hadits ini dalam kitabnya Al-Jami’ Ash-Shahih mimma Laisa fish Shahihain, 4/486)
(Diterjemah dan disadur dengan penyesuaian dari www.greenmedinfo.com)
(Manhajuna/HJL)