Oleh: Fathelvi Mudaris, M.Farm, Apt
Efek samping obat mungkin hal yang sudah biasa kita dengar. Sebenarnya, efek samping obat ada yang relatif bagus juga. Misalkan, meningkatkan nafsu makan (bahayanya cuma buat yang sedang diet). Atau bikin ngantuk, jadi bisa beristirahat (ini juga relatif, karena bisa tidak baik buat mahasiswa yang persiapan ujian). Nah, sedangkan efek yang bikin tubuh merasa tidak nyaman atau efek yang tidak menyenangkan, itu sebenarnya istilah yang lebih tepat adalah adverse drug reaction alias ADR.
Mengapa ada ADR?
Obat bekerja dalam tubuh kita dengan cara berikatan dengan reseptor di tubuh. Ketika suatu obat berikatan dengan reseptor, obat biidznillah dapat memberikan efek terapi. Analognya adalah seperti sebuah gembok dan kuncinya. Ketika sebuah kunci cocok dengam gembok, akhirnya si gembok bisa terbuka kan? Begitu pula obat.
Tapi, reseptor di tubuh kita ini tidak cuma ada di satu tempat. Mereka tersebar di mana-mana. Jadi, jika kunci itu adalah obat, dia akan bertemu banyak gembok yang mirip. Ketika bertemu “gembok” di bagian yang ingin diterapi, dia berefek menyembuhkan in shaa Allah. Tapi, jika bertemu “gembok” bukan di lokasi yang mau diterapi, maka inilah kemudian menjadi sesuatu yang kita kenal dengan efek samping obat atau ADR.
Contoh:
Obat nyeri bekerja di reseptor nyeri. Ketika bertemu dengan reseptornya, dia akan berefek menghilangkan nyeri. Tapi, si reseptor lain yang mirip ternyata juga ada di lambung. Akhirnya, selain meredakan nyeri, tapi juga membuat asam lambung menjadi naik.
Atau obat hipertensi yang namanya propranolol. Jika berikatan dengan reseptor hipertensi, dia akan menurunkan tensi. Tapi karena reseptornya juga ada di saluran nafas, maka bisa saja berefek pada orang yang punya riwayat asma.
Disclaimer: bentuk kerja obat sebenarnya tidak sesederhana kunci dan gembok karena masing-masing obat memiliki mekanisme kerja sendiri, panjang dan melibatkan banyak hal. Ini hanyalah sebagai gambaran umum dan bentuk penyederhanaan saja.
Apa saja bentuk ADR?
Bentuk-bentuk ADR biss bermacam-macam. Bisa gatal-gatal di kulit, kulit kemerahan, mual, muntah, mulut kering, sesak, jantung berdebar-debar, pusing, telinga berdenging, dan lain sebagainya.
Namun, ada juga efek yang tergolong berat. Biasanya berupa reaksi alergi terhadap obat. Reaksi yang membahayakan, bisa sampai mengancam jiwa seperti syok anafilaksis. Ini butuh penanganan medis segera. Atau reaksi yang dikenal dengan steven jhonson syndrome (sjs) yang mengakibatkan sekujur tubuh melepuh. Perlu kita ketahui, reaksi alergi bukan saja disebabkan oleh obat, bisa juga makanan, debu, dan berbagai alergen lainnya. Tapi kasus-kasus berat seperti ini sangat jarang terjadi, alhamdulillah.
Dan yang terpenting efek samping itu TIDAK SELALU MUNCUL pada kita. Sebelum suatu [calon obat] itu menjadi suatu obat yang dipasarkan, kajian keamanan merupakan issu utama agar lolos uji. Jadi, jangan terlalu khawatir. In shaa Allah.
Bagaimana mengetahui bahwa kita mengalami ADR?
Kapan kita mengalami ADR? Bagaimana kita bisa membedakan itu adalah ADR atau memang suatu penyakit yang kebetulan muncul bersamaan dengan waktu kita mengkonsumsi suatu obat? Ingat, kejadian ADR sekali lagi tak selalu muncul alias termanifestasi. Namun, kata kuncinya adalah jika setelah kita mengkonsumsi suatu obat, kita merasakan efek tidak nyaman dan efek tersebut menghilang dengan penghentian obat. Ketika kita mengkonsumsi obat yang sama atau kandungan obat yang sama di lain waktu, dan kita kembali merasakan efek yang sama, itu artinya, kita mengalami efek samping obat atau ADR.
Apa yang harus dilakukan ketika mengalami ADR
Yang harus dilakukan adalah, segera hentikan penggunaan obat. Jika efek dirasa semakin berat, segera minta bantuan medis.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
1- Riwayat alergi
Ingat dan tandai alergi yang kita alami setelah mengkonsumsi suatu obat. Umumnya obat antibiotik golongan penisilin relatif lebih menimbulkan alergi. Perhatikan juga jika kita memiliki alergi makanan. Karena umumnya orang yang memiliki alergi terhadap makanan, lebih berpeluang untuk mengalami alergi obat juga.
2- Penyakit penyerta
Adanya penyakit lain/penyakit penyerta bisa jadi memperparah efek samping suatu obat.
3- Interaksi obat
Bisa jadi efek samping yang kita rasakan, karena adanya interaksi antara suatu obat dengan obat lain yang kita konsumsi secara bersamaan.
4- Waktu pemakaian obat
Ada obat yang seharusnya diminum bersamaan dengan waktu makan. Sehingga, efek samping obat terjadi karena kesalahan cara dan waktu kita minum obat.
5- Ibu hamil dan/atau menyusui
Perhatikan juga jika kita adalah ibu hamil dan/atau ibu menyusui, karena ada aturan khusus bagi bumil dan busui (butuh pembahasan lain).
Selalu diingat, adalah hak pasien untuk mengetahui informasi obat secara lengkap dari farmasis. Informasi obat itu meliputi, cara pemakaian, waktu minum obat, bersama makanan atau dalam keadaan perut kosong, efek sampingnya, jika dalam kondisi hamil atau menyusui apa yang harus diperhatikan, dan lain sebagainya. Jadi, jangan sungkan menanyakan hal ini kepada petugas farmasis yang memberikan obat kepada kita. Jangan lupa juga membaca leaflet yang disertakan pada obat yang kita konsumsi karena di sana juga ada keterangan lengkap.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan kesehatan buat kita semua. Dan bagi yang sakit semoga diberikan kesabaran dan kesembuhan.
Semoga bermanfaat.
(Manhajuna/IAN)