Abu Hurairah radhiallahu anhu
Pendapat yang paling masyhur tentang nama dia yang sesungguhnya adalah Abdurrahman bin Sakhr, namun kemudian dia lebih dikenal dengan nama kunyahnya tersebut. Hurairah berasal dari akar kata Hirrah, yaitu kucing betina kecil, beliau diberikan kunyah seperti itu karena ada seekor anak kucing betina yang sangat dia perhatikan.
Abu Hurairah masuk Islam pada tahun terjadinya perang Khaibar, yaitu tahun 7 Hijriah. Setelah masuk Islam, beliau langsung tinggal di Masjid Nabawi bersama sejumlah para shahabat lainnya yang kemudian dikenal dengan istilah Ahlussuffah. Disamping itu, Beliau pun selalu berupaya mendampingi Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam dan memenuhi berbagai kebutuhannya serta memiliki perhatian serius dalam menuntut ilmu khususnya menghafal hadits-hadits Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam di saat banyak shahabat lainnya belum memiliki perhatian seserius dia. Hal tersebut semakin dikuatkan dengan doa Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam secara khusus kepada-nya agar tidak mudah lupa.[1] Maka sangat kuat alasan jika kemudian Abu Hurairah –berdasarkan kesepakatan para ulama Hadits- dikenal sebagai sahabat yang paling banyak meri-wayatkan hadits. Ada 5374 hadits yang beliau riwayat-kan dari Nabi salallahu ‘alayhi wa sallam. Abu Hurairah meninggal pada tahun 57 Hijriah. [2]
Abu Najih, Al-‘Irbadh bin Sariyah radhiallahu anhu
Termasuk shahabat Ahlus-Shuffah. Beliau termasuk shahabat yang menangis karena tidak dapat ikut perang Tabuk sebab Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam tidak dapat menyediakan perbekalan untuknya. Al-Irbad termasuk generasi pertama kaum mukminin. Wafat pada tahun 75 H.
Abu Tsa’labah Al-Khusyani, Jurtsum bin Nasyir radhiallahu anhu
Beliau adalah termasuk shahabat yang ikut dalam Bai’at di bawah pohon (Bai’atur-Ridhwan) dalam peristiwa perjanjian Hudaibiyah, setelah perang Khaibar, Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam menetapkan bagian untuknya, lalu mengutusnya untuk berdakwah di kaumnya, akhirnya kaumnya masuk Islam. Wafat tahun 75 H. Beliau meriwayatkan 40 hadits dari Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam.
Anas bin Malik radhiallahu anhu
Dikenal sebagai ‘Pembantu Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam (Khadimu Rasulillah salallahu ‘alayhi wa sallam‘ ) yang telah membantunya sejak dia berusia 10 tahun dan terus bersamanya hingga sepuluh tahun. Termasuk shahabat yang banyak meriwayatkan hadits, ada sekitar 2286 hadits yang dia riwayatkan.
Ibunya adalah Ummu Sulaim ra, ketika Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam tiba di Madinah, Ummu Sulaim menyerahkan Anas untuk menjadi pembantunya. Beliau didoakan Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam,
“Ya Allah perbanyaklah harta dan anaknya, panjangkan umurnya, berkahilah dia dan masukkan dia ke dalam surga.”
Terbukti, Anas menjadi orang yang paling banyak harta dan anaknya. Ketika beliau wafat, anaknya berjumlah 120-an orang, dan dia juga diberi usai panjang hingga berumur 100 tahun lebih, beliau wafat di Bashrah (Irak) pada tahun 93 H. [3]
Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, Ummul Mukminin, Ummu Abdillah radhiallahu anhuma
Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam memberikan kunyah Ummu Abdullah. Abdullah adalah nama anak saudara perempuannya Asma, yaitu Abdullah bin Zubair.
Dinikahi Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam di Mekkah pada usia 6 tahun, namun baru hidup serumah pada usia 9 tahun. Ketika Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam wafat, beliau baru berusia 18 tahun. Setelah itu beliau hidup selama empat puluh tahun. Wafat pada tahun 57H. Jenazahnya dishalatkan dengan imam Abu Hurairah radhiallahu anhu saat itu beliau (Abu Hurairah) adalah penguasa di Madinah pada masa pemerintahan Marwan bin Hakam. Aisyah adalah wanita yang paling luas ilmunya dan paling dalam fiqhnya. Hadits yang diriwayatkan sebanyak 1210.
Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu
Cucu Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam dari perkawinan Ali bin Abi Thalib dan Fathimah. Dilahirkan di Madinah tahun 3 H. Hidup di rumah kenabian, tumbuh cerdas dan santun serta menyukai kebaikan. Setelah ayahnya syahid terbunuh, penduduk Irak berbai’at kepadanya sebagai pemimpin. Namun setelah berlalu 6 bulan, untuk menghentikan pertumpahan darah, dia berdamai dengan Mu’awiyah bin Abu Sufyan ra dan akhirnya dia mengundurkan diri dari posisi khalifah lalu menyerahkannya kepada Mu’awiyah pada tahun 41 H. Pada tahun 50 H, Hasan bin Ali bin Abi Thalib wafat dan dikuburkan di Baqi’ (pekuburan dekat Masjid Nabawi).
Catatan kaki:
-
Lihat shahih Bukhari, hadits. No. 3448, juga diriwayatkan oleh Tirmizi, no.
-
Dikutip dengan ringkas dari Al-Ishabah fi Tamyizi Ash-Shahabah, 7/425-444
-
Al-Ishabah fi Tamyizi as-Shahabah, 1/126
Sumber: Kajian Hadits Arba’in Nawawiyah, Imam An-Nawawi, Penyusun Abdullah Haidir, di Muraja’ah DR. Muinudinillah Basri, MA Fir’adi Nashruddin, Lc. Penerbit Kantor Dakwah Sulay Riyadh
Baca Juga: Biografi Singkat Periwayat Hadits dari Kalangan Sahabat (Bag. I)
(Manhajuna/IAN)