Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Wawasan / Pengalamanku dalam Menjaga Kesehatan
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Pengalamanku dalam Menjaga Kesehatan

Oleh: Dr. Misy’al bin Abdul Aziz Al-Falahi

Diterjemahkan oleh: Dr. Muzakkir M. Arif

Sangat sering terjadi, bahwa keyakinan keyakinan kita mewujudkan perubahan besar dalam kehidupan kita, dengan mempengaruhi diri kita secara positif atau negatif, kemudian, lambat laun, pengaruh dari keyakinan itulah yang senantiasa menjadi kenyataan.

Saya pernah tidak peduli dengan penjagaan kesehatan diriku. Saya pernah punya keyakinan yang boleh dikata cukup kuat, bahwa perhatian kepada kesehatan itu adalah pekerjaan sia sia, penghabis waktu; tapi keyakinan itu secara bertahap berubah, sedikit demi sedikit, menjadi keyakinan pada pentingnya menjaga kesehatan, akhirnya sampai pada tingkat prioritas utama.

Karena itu, saya melakukan general check up, yang hasilnya ialah bahwa saya mesti sangat memperhatikan beberapa hal dalam penjagaan kesehatanku. Sejak itu, saya paksakan pada diriku sejumlah peraturan baru, antara lain:

– Tidak mengkonsumsi gula, sama sekali.
– Tidak mengkonsumsi semua makanan yang mengandung minyak.
– Tidak makan nasi.
– Tidak makan roti putih.
– Wajib jalan kaki 20 km setiap hari.

Saat ini, saya menulis hasil dari pengalaman PAKSA DIRI ini tepat setelah tiga bulan dari awalnya. Semoga pembaca bisa mengambil manfaat dari pengalaman ini.

PERTAMA:
Ternyata, masalah kita hanyalah masalah tidak PAKSA DIRI.
Ada keraguan yang sangat besar dari keluarga saya khususnya, terhadap tekadku untuk TIDAK MAKAN NASI. Karena saya sangat doyan makan nasi, sampai kalau saya tidak makan nasi pada waktu siang, saya mesti makan nasi pada malam harinya.

Alhamdulillah, saya bisa meninggalkan kebiasaan itu; karena saya bertekad untuk tidak dikalahkan oleh nafsu makan!!.

Demikian juga sikapku terhadap GULA, yang tidak pernah saya bayangkan bahwa saya bisa minum minuman apa saja tanpa gula!!.

KEDUA:
Perubahan besar pada cara berpikir dan pola hidupku. Sekarang, masalah makan, bukan lagi menjadi sesuatu yang sangat penting bagiku.

Kalau sang pujangga menulis bait syair:
“Jika sang pemuda bercita cita untuk mencapai ketinggian yang berkilau.
Maka sejatinya yang paling ringan untuk ia tinggalkan ialah tidur nyenyak”.

Maka bagiku, yang paling penting saya tinggalkan ialah: Banyak makan.

Saya telah menyadari bahwa kehidupan yang baik memang memerlukan pembebasan diri dari belenggu kebiasaan kebiasaan buruk; dan meninggalkan nafsu sesaat yang sering menghalangi jalan kemuliaan.

KETIGA:
Saya benar benar telah yakin bahwa kalau kita ingin membangun kebiasaan yang baik, sebaiknya kita menjadikan kebiasaan itu menyenangkan.
Sebagai contoh:
Saya membiasakan berjalan kaki sambil mengulangi hafalan Al-Qur’anku.

Saya berjalan kaki di masjid setelah Shalat Subuh sampai terbit matahari, sambil mengulangi hafalan Al-Qur’an.
Setelah Shalat Zhuhur, saya berjalan kaki lagi, sampai jam 13:30.
Setelah Ashar, saya berjalan kaki lagi sampai jam 16:30.
Setelah Maghrib, saya berjalan sampai Isya.
Di rumah, saya juga rutinkan berjalan kaki dari jam 23:00 sampai jam 24:00.

Seluruhnya sekitar 5 jam setiap hari, saya berjalan kaki, sambil mengulangi hafalan Al-Qur’an. Alhamdulillah.
Saya merasakan kenikmatan, kegembiraan, keceriaan yang luar biasa sampai huruf huruf tulisan ini tidak sanggup mengungkapkannya.
Betapa lama saya berkeinginan untuk memperkuat pengulangan hafalan Al-Qur’anku, tapi selalu gagal, karena saya lupa ungkapan yang sangat penting, yaitu:
“Apa saja yang engkau tidak berikan kepadanya waktumu, perasaanmu dan kerja kerasmu, maka ia tidak akan memberikan kepadamu keceriaan keceriaannya”.

Sekarang, bisa dikatakan bahwa tahun ini adalah tahun keberuntungan dalam hidupku. Alhamdulillah, dengan karunia Allah dan taufiqNya, saya juga mendapatkan keberkahan dalam usahaku, waktuku, dalam bentuk yang belum pernah saya bayangkan.

KEEMPAT:
Selama fase ini saya telah memperluas wawasanku tentang kesehatan, melalui berbagai tulisan, audio, video, pengalaman.
Saya menemukan ungkapan indah dari Ibnul Qayyim -Rahimahullah- dalam Ath-Thibbun Nabawi:

“Penyakit itu dua macam:
Pertama, penyakit fisik bersumber dari kelebihan zat tertentu di badan, yang secara alami berubah menjadi penyakit yang mengganggu. Demikianlah kebanyakan penyakit. Penyebabnya ialah: Makan setelah makan. Makan melebihi porsi yang dibutuhkan oleh badan. Makan makanan yang kurang bermanfaat, lambat dicerna, banyak makan berbagai makanan yang terlalu banyak campurannya. Jika seseorang memenuhi perutnya dengan makanan yang seperti ini; dan itu menjadi kebiasaannya, maka itulah yang menyebabkan ia sakit dengan berbagai jenis penyakit. Sebagiannya bisa cepat penyembuhannya, sebagiannya lagi lambat penyembuhannya”.

Sejak itu saya bertekad untuk mengamalkan wasiat nabawi tentang makan: “(Hanya) SEPERTIGA (isi perut) UNTUK MAKAN”.
Saya amalkan itu secara disiplin; dan saya tidak sanggup mengungkapkan rasa bahagia yang saya dapatkan dari hasil kedisiplinan mengamalkan wasiat ini.

KELIMA:
Alhamdulillah, saya kembali mengamalkan pengobatan pengobatan syar’iyah seperti:
Surah Al-Fatihah, Madu, Al-Habbatus Sauda’, Air Zam Zam, Minyak Zaitun.
Saya mengamalkan Al-Fatihah selama fase ini dengan membacanya lalu meniupkannya ke makanan, minuman, ke bagian bagian tubuh yang biasanya banyak orang mengeluhkan sakit di situ seperti di persendian kaki, di lutut, dan atau bagian tubuh lainnya. Alhamdulillah, dengan karunia Allah, semua rasa sakit itu hilang dan saya merasa sangat sehat.

KEENAM:
Saya merasakan kekuatan, rasa ringan dan gelora semangat yang sulit diungkapkan oleh tulisan yang singkat ini.
Sebagai contoh, dulu saya seringkali merasa berat untuk shalat witir di akhir malam. Sekarang, saya mengamalkan itu dengan sangat ringan, bahkan walaupun saya tidur setelah larut malam.

KETUJUH:
Saya masih tetap menikmati sarapan pagi dan makan siang pada waktunya, itu tidak berubah, tapi jenis makanannya yang berubah. Saya tidak rutin makan malam. Kalau saya makan malam, itu sebelum Shalat Isya, atau langsung setelah shalat Isya. Sangat sering saya makan malam hanya dengan apel dan yoghurt.

Selama fase ini, berat badan saya turun dari 75 kg menjadi 67 kg. Alhamdulillah.

Terakhir:
Saya ingin menyampaikan bahwa:
TEKAD, itulah yang dapat mengubah segalanya dalam diri kita.
Tentu tidak layak bagi kita kalau kita dikalahkan oleh kebiasaan buruk atau nafsu yang tak terkendali, yang dapat menjerumuskan kita ke jurang kebinasaan, padahal kita tidak memerlukan bantuan apapun, karena dalam diri kita ada kemampuan yang luar biasa, yang cukup bagi kita, tentu setelah bantuan dan karunia dari Allah semata.

Tulisanku telah panjang, tapi pengalaman ini memang tak tersampaikan seutuhnya kalau tidak ditulis semuanya. Besar harapanku bahwa para pembaca dapat mengambil manfaat dari pengalaman ini, memperkaya wawasan, memperkuat pikiran pikiran positif para pembaca dan mengefektifkan pengalaman pengalaman kita semua dalam hidup ini.

(Manhajuna/IAN)

(Visited 541 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

One comment

  1. Mashaa Allah Tabbarrakallah…tulisan yang sangat menginspirasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *