Pekerjaan publik Nabi Sulaiman ‘alayhi sallam sebagian besar dilakukan oleh jin. Ini adalah hukuman atas dosa-dosa mereka membuat orang percaya bahwa mereka kuat dalam segala hal, tahu yang gaib, dan bisa meramalkan masa depan. Sebagai seorang nabi, itu adalah tugas Nabi Sulaiman ‘alayhi sallam untuk menghapus keyakinan syirik tersebut dari para pengikutnya.
Nabi Sulaiman ‘alayhi sallam hidup di tengah-tengah kemuliaan, dan semua makhluk patuh kepadanya. Kemudian Allah Ta’ala menentukan kematian baginya. Kehidupan dan kematiannya yang penuh keajaiban dan mukjizat; dengan demikian, kematiannya diselaraskan dengan kehidupan dan kemuliaannya. Kematiannya, seperti hidupnya, unik. Orang-orang harus belajar bahwa masa depan tidak diketahui baik oleh jin, maupun oleh para nabi, tetapi hanya Allah saja yang mengetahuinya. Upaya Nabi Sulaiman ‘alayhi sallam dalam arah ini tidak berhenti dengan berakhirnya hidupnya, bahkan kematiannya Allah jadikan contoh. Dia duduk memegang tongkatnya, mengawasi jin bekerja di tambang. Dia meninggal duduk di posisi ini. Untuk waktu yang lama tidak ada yang menyadari kematiannya, karena ia terlihat duduk tegak. Jin melanjutkan pekerjaannya dengan jerih payah, berpikir bahwa Nabi Sulaiman ‘alayhi sallam mengawasi mereka.
Beberapa lama setelahnya, rayap mulai menggigit tongkat Nabi Sulaiman ‘alayhi sallam. Ini terus dilakukannya, memakan bagian bawah tongkat, sampai jatuh dari tangan Nabi Sulaiman ‘alayhi sallam, dan tubuhnya yang besar jatuh ke tanah. Orang bergegas melihatnya, menyadari bahwa ia telah meninggal lama dan sekaligus menunjukkan bahwa jin tidak bisa mendeteksi hal yang gaib. Jika jin mengetahui yang gaib, mereka tidak akan terus bekerja, berpikir bahwa Nabi Sulaiman ‘alayhi sallam masih hidup.
Allah Ta’ala mengungkapkan dalam Al-Qur’an [QS. Saba'(34): 12-14 Quran]:
(12.) “…dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebagian dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.
(13.) Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang dikehendakinya di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.
(14.) Maka ketika Kami telah menetapkan kematian atasnya (Sulaiman), tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya iu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka ketika dia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentu mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan.”
Semoga kita dapat mengambil ibrah atau pelajaran dari kisah Nabi Sulaiman ‘alayhi sallam. Sebesar apapun nikmat yang kita peroleh, jangan sampai melalaikan kita dari ingat kepada Allah. Sekiranya dosa diperbuat, pintu taubat selalu terbuka sepanjang nyawa masih di badan.
Nabi Sulaiman ‘alayhi sallam juga mencontohkan, dengan begitu besarnya kekuasaan sekaligus mukjizat yang Allah karuniakan, tidak membuat beliau berlaku semena-mena bahkan sama makhluk kecil sekalipun seperti semut. Namun, di sisi lain beliau juga akan bertindak tegas jika terdapat pelanggaran-pelanggaran. Nabi Sulaiman ‘alayhi sallam kokoh pada misinya untuk menegakkan kalimat tauhid di muka bumi, tidak berpaling dari tujuan mulia sekalipun ada godaan dunia menghadang.
Sebesar-besar kekuasaan manusia, Allah lah yang membuat itu mungkin. Allah yang Maha Berkehendak, mengaruniakan kekuasaan, kekuatan kepada siapa yang dikehendakinya, Dan mencabut kekuasaan dan kekuatan tersebut sesuai kehendak-Nya pula. Tak terkecuali Nabi Sulayman ‘alayhi sallam, yang pada akhirnya menemui ajalnya.
Jangan tertipu daya pada setan dan sekutunya. Lihatlah dari kisah Nabi Sulayman ‘alayhi sallam, jin sekalipun tidak menyadari akan kematian beliau sampai Allah tunjukkan melalui rayap yang memakan tongkat beliau, sehingga lama-lama kelamaan beliau tersungkur. Sesungguhnya hanya Allah lah yang Maha Mengetahui sebenar-benarnya perkara Ghaib dan segalanya.
Baca Juga:
Kisah Nabi Sulaiman (Bag.I): Raja dengan Kerajaan Terbesar Sepanjang Masa Bertaubat pada Allah
Kisah Nabi Sulaiman (Bag.II): Semut dan Hud-Hud
Kisah Nabi Sulaiman (Bag.III): Ratu Negeri Saba’ Menjadi Beriman pada Allah
Referensi: islamawareness.net
Al-Qur’an dan Terjemahan Departemen Agama RI
(Manhajuna/IAN)