Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Hikmah / Pemimpin Berjiwa dan Berhati Rakyat
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Pemimpin Berjiwa dan Berhati Rakyat

Manhajuna.com – Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh umat manusia sangat memperhatikan cara mengatasi atau menangani berbagai permasalahan yang terjadi. Dalam mencegah kejahatan, Islam memberikan solusi terbaik, yaitu dengan mencegahnya melalui cara yang lebih baik. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an:

وَيَدۡرَءُونَ بِٱلۡحَسَنَةِ ٱلسَّيِّئَةَ أُوْلَٰئِكَ لَهُمۡ عُقۡبَى ٱلدَّارِ

“Mereka mencegah kejahatan dengan kebaikan. Bagi mereka tersedia balasan surga.” (QS. Ar-Ra’d: 22)

Ayat ini merupakan bagian dari sembilan sifat ahlul jannah (penghuni surga) dan sifat ulil albab (orang-orang yang berakal). Bahkan, sifat ini adalah sifat kesembilan yang menunjukkan bahwa para ahli Al-Qur’an selalu mengutamakan pendekatan terbaik dalam mencari solusi atas suatu permasalahan. Hal ini tercermin dalam kebijakan Rasulullah ﷺ dan generasi awal Islam, seperti yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab dalam menghadapi seseorang yang terjerumus dalam kemabukan. Dengan pendekatan yang bijaksana, akhirnya orang tersebut dapat kembali ke jalan yang benar.

Sangat penting bagi umat Islam untuk mempelajari kembali sejarah gemilang generasi salafus shalih. Terutama di era globalisasi saat ini, di mana banyak orang tersesat dalam kebingungan dan ketidakjelasan akibat arus perubahan yang tidak sehat. Padahal, sejarah Islam kaya akan pedoman dan teladan yang dapat dijadikan panutan dalam menjalani kehidupan dan mengelola berbagai masalah, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam kehidupan bernegara.

Pendekatan yang dilakukan oleh Khalifah Umar dalam menangani permasalahan umat bagaikan menarik rambut dari tepung—rambut tidak putus dan tepung tidak berantakan.

Kekhawatiran Khalifah Umar (رضي الله عنه)

Dalam mengelola urusan negara, Khalifah Umar bin Khattab bukan hanya memikirkan kesejahteraan umat manusia secara umum, tetapi lebih jauh lagi ia memiliki kepekaan yang luar biasa. Pernah suatu kali beliau berkata:

لَوْ مَاتَتْ شَاةٌ عَلَى شَطِّ الْفُرَاتِ ضَائِعَةً لَظَنَنْتُ أَنَّ اللَّهَ تَعَالَى سَائِلِي عَنْهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Sekiranya ada seekor kambing mati terlantar di tepi Sungai Efrat (Euphrates) di wilayah Irak, aku sungguh yakin bahwa Allah akan menanyakanku tentang kematiannya pada Hari Kiamat.”

Kisah ini diriwayatkan melalui berbagai jalur yang saling menguatkan hingga mencapai derajat hasan.

Di sisi lain, dalam hal menjaga salat berjamaah, Khalifah Umar bin Khattab juga pernah memberikan nasihat emas:

تَعَاهَدُوا الرِّجَالَ فِي الصَّلَاةِ فَإِنْ كَانُوا مَرْضَى فَعُودُوهُمْ وَإِنْ كَانُوا غَيْرَ ذَلِكَ فَعَاتِبُوهُمْ

“Perhatikan dan jagalah sahabat-sahabatmu dalam salat berjamaah di masjid. Jika mereka sedang sakit, jenguklah. Jika mereka tidak sakit, maka tegurlah mereka atas kelalaian itu.”

Kisah Unik Khalifah Umar bin Khattab dan Seorang Pemabuk

Dalam lembaran sejarah gemilangnya, Khalifah Umar bin Khattab (رضي الله عنه) pernah kehilangan seorang lelaki pemberani dari kalangan penduduk Syam. Ketika beliau bertanya, ada yang memberi tahu bahwa lelaki tersebut terjerumus dalam kemabukan akibat minuman keras. Mendengar hal ini, Umar berkata kepada pembantunya, “Tulislah sepucuk surat untuknya!”

Isi surat tersebut:

من عمر بن الخطاب
… إلى فلان
،سلام عليك
وأنا أحمد الله إليك الذي لا إله إلا هو

“Dari Umar bin Khattab,
Kepada si Fulan….
Semoga keselamatan terlimpah kepadamu!
Aku memuji Allah untukmu, Tuhan yang tiada Ilah selain-Nya.”

Kemudian Umar melanjutkan dengan menuliskan ayat berikut:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
حم. تَنْزِيلُ الْكِتابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ . غافر الذنب وقابل التوب شديد العقاب ذي الطول لا إله إلا هو، إِلَيْهِ الْمَصِير

“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Ha Mim. Diturunkan Kitab ini dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dia adalah Tuhan yang mengampuni dosa, menerima tobat, sangat dahsyat hukumannya, dan memiliki karunia yang luas. Tiada Ilah selain Dia, dan hanya kepada-Nya tempat kembali.” (QS. Ghafir: 1-3)

Setelah selesai menulis, Khalifah Umar menutup surat tersebut dengan stempel dan berpesan kepada utusan:

لَا تَدْفَعْهُ إِلَيْهِ حَتَّى تَـجِدَهُ صَاحِيًا

“Jangan serahkan surat ini kepadanya kecuali saat ia dalam keadaan sadar, bukan ketika sedang mabuk.”

Sementara itu, Umar meminta jamaah yang bersamanya untuk mendoakan lelaki tersebut agar Allah menerima tobatnya. Ketika surat itu sampai dan dibacanya dengan penuh perhatian, ia pun merenung:

قَدْ وَعَدَنـِيَ اللَّهُ أَنْ يَغْفِرَ لِـي، وَحَذَّرَنِـي عِقَابَهُ

“Allah telah berjanji akan mengampuni dosaku, tetapi juga telah memperingatkanku akan siksa-Nya.”

Ia mengulang-ulang ayat itu, hingga akhirnya hatinya luluh dan ia menangis tersedu-sedu. Dengan tekad yang kuat, ia pun bertobat dengan sungguh-sungguh, meninggalkan minuman keras, dan beristiqamah di jalan yang benar.

Saat berita tentang perubahan lelaki tersebut sampai kepada Khalifah Umar, beliau berpesan:

هَكَذَا فَاصْنَعُوا إِذَا رَأَيْتُمْ أَحَدَكُمْ قَدْ زَلَّ زَلَّتَهُ؛ فَسَدِّدُوهُ، وَادْعُوا اللَّهَ لَهُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْهِ، وَلَا تَكُونُوا أَعْوَانًا لِلشَّيْطَانِ عَلَيْهِ

“Beginilah seharusnya pendekatan yang kalian lakukan. Jika kalian melihat ada seseorang yang tersesat jalan, berusahalah untuk membimbingnya. Berdoalah agar Allah menerima tobatnya. Janganlah kalian malah menjadi pembantu setan dalam menjerumuskan orang yang telah melakukan kesalahan.” (Tafsir Qurthubi)

Pentingnya Salat Berjamaah

Putra Khalifah Umar, Abdullah bin Umar (رضي الله عنه), juga pernah menekankan pentingnya salat berjamaah. Ia berkata:

“Pada masa para sahabat, jika kami mendapati seseorang tidak hadir dalam salat berjamaah Subuh dan Isya, maka kami menganggap status orang tersebut telah jatuh dalam pandangan kami.”

Rahasia Kemajuan Seorang Mukmin

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (No. 438), Rasulullah ﷺ pernah melihat para sahabat agak lamban dalam mengisi dan merapatkan saf saat salat berjamaah. Maka beliau pun menegur mereka dengan sabdanya:

تَقَدَّمُوا فَائْتَمُّوا بِي وَلْيَأْتَمَّ بِكُمْ مَنْ بَعْدَكُمْ؛ لَا يَزَالُ قَوْمٌ يَتَأَخَّرُونَ حَتَّى يُؤَخِّرَهُمُ اللَّهُ

“Majulah dan rebutlah saf pertama. Hendaklah kalian mengikuti aku sebagai imam, dan orang-orang setelah kalian hendaklah mengikuti kalian. Sesungguhnya, siapa yang gemar menunda-nunda dan terlambat dalam meraih saf, niscaya Allah akan menjadikannya tertinggal dalam segala urusan.”

Menurut Imam Suyuti, hadis ini mengandung makna bahwa siapa saja yang terbiasa terlambat dalam meraih saf-saf terdepan dalam salat berjamaah, maka ia berisiko dijauhkan dari rahmat Allah. Ia juga bisa kehilangan berbagai karunia besar, tertinggal dalam peningkatan status, serta terhambat dalam menuntut ilmu dan memperoleh keberkahan lainnya.

Para ulama melihat bahwa keterlambatan dalam ibadah, terutama dalam salat berjamaah, dapat membawa konsekuensi buruk. Mereka mengkhawatirkan bahwa Allah akan menjadikan orang yang selalu lambat dalam ibadah sebagai pribadi yang tertinggal dalam banyak aspek kehidupan, termasuk dalam kesempatan meraih kebaikan. (والعياذ بالله)

Imam Waki’ (وكيع) bahkan memperingatkan dengan tegas:

مَنْ لَـمْ يُدْرِكْ التَّكْبِيرَةُ الْأُولَى فَلَا تَرْجُو خَيْرَهُ

“Siapa yang tidak sempat bertakbiratul ihram bersama imam, maka jangan terlalu berharap banyak akan kebaikannya.”

Sementara itu, sahabat Nabi, Anas bin Malik (رضي الله عنه), menafsirkan seruan Allah dalam Surah Al-Hadid ayat 21:

سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ

“Bersegeralah meraih ampunan dari Tuhan kalian.”

Menurut Anas, makna ayat ini juga mengandung anjuran untuk bersungguh-sungguh dalam meraih takbiratul ihram dalam salat berjamaah di masjid. Ini menunjukkan betapa pentingnya sikap bersegera dalam beribadah, karena siapa yang malas dan tertinggal dalam ibadah, dikhawatirkan akan kehilangan banyak keberkahan dalam hidupnya.

Mutiara Hikmah dari Kisah Khalifah Umar dan Pemabuk

Kisah Khalifah Umar bin Khattab (رضي الله عنه) dan seorang lelaki yang terjebak dalam kemabukan mengandung banyak pelajaran berharga bagi kehidupan. Berikut adalah mutiara hikmah yang dapat dipetik dari kisah tersebut:

1. Kepekaan dan Wibawa Pemimpin – Seorang pemimpin harus memiliki kepekaan terhadap kondisi rakyatnya serta wibawa dalam kepemimpinannya.
2. Keprihatinan terhadap Umat – Seorang pemimpin yang baik tidak hanya mengatur, tetapi juga peduli terhadap kesejahteraan rohani dan jasmani rakyatnya.
3. Menggunakan Surat sebagai Sarana Nasihat – Surat dapat menjadi cara yang efektif untuk menyampaikan pesan yang menyentuh hati.
4. Menggantungkan Harapan kepada Allah – Setiap usaha dalam perbaikan diri dan orang lain harus diiringi dengan tawakal kepada Allah.
5. Tawadhu’ dalam Berbicara dan Bersurat – Kesederhanaan dan rendah hati dalam berkomunikasi membuat nasihat lebih mudah diterima.
6. Membantu dengan Doa dan Istighfar – Doa memiliki kekuatan luar biasa dalam membantu seseorang kembali ke jalan yang benar.
7. Dampak Luar Biasa dari Doa Jemaah – Doa yang dipanjatkan bersama-sama lebih mudah dikabulkan oleh Allah.
8. Berpandangan Positif dan Tidak Mudah Putus Asa – Jangan pernah menyerah dalam berusaha memperbaiki diri dan orang lain.
9. Menangisi Dosa dan Menghayati Kalamullah – Kesadaran akan dosa dapat membawa seseorang kepada taubat yang tulus.
10. Memilih Ayat Al-Qur’an yang Menyentuh Hati – Kata-kata yang tepat dapat membuka hati yang keras.
11. Memilih Waktu dan Situasi yang Tepat – Penyampaian nasihat harus mempertimbangkan kondisi dan suasana hati penerima.
12. Menindaklanjuti Upaya Perbaikan – Tidak cukup hanya menasihati, tetapi juga harus ada tindak lanjut dalam proses perbaikan.
13. Mengulang Kalamullah dalam Renungan – Berulang kali merenungkan ayat suci dapat memperkuat iman dan kesadaran.
14. Al-Qur’an sebagai Obat dan Solusi – Firman Allah adalah penawar bagi hati yang gelisah dan jiwa yang tersesat.
15. Hati yang Keras Dapat Dilunakkan dengan Al-Qur’an dan Zikir – Zikir dan membaca Al-Qur’an dapat mengubah hati yang membatu menjadi lembut.
16. Dampak Dahsyat dari Asmaul Husna – Menyebut dan memahami nama-nama Allah dapat membawa ketenangan dan perubahan hati.
17. Merebut Kesempatan Doa yang Diaminkan Malaikat – Doa yang diaminkan oleh malaikat memiliki keistimewaan tersendiri.
18. Jangan Menjadi Pembantu Musuh dan Setan – Jangan menyulitkan orang yang ingin bertaubat, tetapi bantulah mereka kembali ke jalan yang benar.
19. Jangan Menyebarkan Aib Orang Lain – Menutupi keburukan saudara seiman lebih utama daripada menyebarkannya.
20. Jadilah Insan yang Suka Menolong – Kebaikan kepada sesama akan membawa keberkahan dalam hidup.
21. Hiduplah Seperti Aur dengan Tebing – Saling mendukung dalam kebaikan adalah kunci keharmonisan dalam masyarakat.
22. Pentingnya Sebuah Pertolongan – Bantuan kecil pun bisa berdampak besar bagi seseorang yang sedang dalam kesulitan.
23. Islam adalah Agama Rahmat bagi Seluruh Alam – Islam mengajarkan kasih sayang, bukan hanya kepada sesama Muslim tetapi juga kepada seluruh makhluk.
24. Maksimalkan Peran Anda di Dunia – Manfaatkan setiap kesempatan untuk berbuat baik dan menjadi pribadi yang bermanfaat.
25. Menanam Benih Kerahmatan – Bersikap baik dan penuh kasih sayang akan membawa keberkahan dalam hidup.
26. Tolonglah Diri Sendiri dan Orang yang Anda Sayangi – Perbaikan diri harus sejalan dengan usaha membantu orang lain.
27. Bukalah Mata dan Pikiran untuk Melihat Hakikat Kehidupan – Merenungi kehidupan akan membawa kesadaran dan kebijaksanaan.
28. Jadilah Insan yang Peka terhadap Kerohanian – Jangan hanya fokus pada aspek duniawi, tetapi juga perhatikan kesehatan spiritual.
29. Doa dan Istighfar adalah Aset Berharga – Keduanya adalah senjata utama bagi seorang Muslim dalam menghadapi kehidupan.
30. Rebutlah Doa yang Diaminkan Malaikat – Berusaha untuk selalu berada dalam keadaan yang memungkinkan doa-doa kita diaminkan oleh malaikat.
31. Rajin Menelaah Kisah Orang Saleh – Kisah para pendahulu yang saleh adalah sumber inspirasi dan pelajaran berharga.
32. Kisah Generasi Awal Penuh Makna dan Pengajaran – Meneladani kehidupan sahabat Nabi dapat membantu kita dalam menjalani kehidupan dengan lebih baik.
33. Bersama-sama Menjaga Imej Islam – Setiap Muslim memiliki tanggung jawab untuk menjaga citra Islam dengan akhlak yang baik dan perbuatan yang terpuji.

Mutiara hikmah ini mengajarkan bahwa dalam setiap kesalahan, selalu ada jalan kembali. Seorang pemimpin sejati tidak hanya menghakimi, tetapi juga membimbing dengan kasih sayang dan doa. Islam adalah agama yang penuh dengan solusi dan rahmat bagi seluruh umat manusia.

Etika dan Akhlak dalam Berteman

Rasulullah ﷺ bersabda:

انصر أخاك ظالماً أو مظلوماً  قالوا: يا رسول الله! هذا ننصره مظلوماً، فكيف ننصره ظالماً؟ قال:  تأخذ على يديه

وفي رواية: قال: تحجزه عن الظلم؛ فإن ذلك نصره

وعند مسلم من حديث جابر:إن كان ظالماً فلينهه؛ فإنه له نصره

“Belalah saudaramu, baik yang menzalimi maupun yang dizalimi.”

Para sahabat bertanya,”Wahai Rasulullah! Kami mengerti bagaimana menolong orang yang dizalimi, tetapi bagaimana cara menolong orang yang zalim?”

Rasulullah ﷺ menjawab, “Kalian cegah dia dari kezaliman yang dilakukannya, itulah cara menolongnya.”

Dalam riwayat lain disebutkan: “Kalian tahan tangannya dari berbuat zalim, karena itu adalah bentuk pertolongan untuknya.”

Dalam riwayat Imam Muslim dari Jabir r.a., Rasulullah ﷺ bersabda:

“Jika saudaramu berbuat zalim, maka cegahlah dia, karena itu adalah bentuk pertolongan baginya.” (HR Bukhari & Muslim)

 

(Catatan asli) Ditulis di Auto 2000, Bukittinggi, Sumatera Barat, pada 09 Sya’ban 1446 / 08 Februari 2025
Risalah MDI, Bersama Buya (Dr.) H. Ahmad Asri Lubis Lc, MA.
(Semoga Allah mengampuni beliau, orang-orang yang beliau cintai, serta seluruh kaum Muslimin).

 

(MRS)

(Visited 16 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Durus Ramadaniyah 1446 H – Hari Keenam Belas

Manhajuna.com – Kita tidak akan benar-benar hadir di bulan Ramadan hingga hati tersadar bahwa kita …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *