Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Hikmah / Sapaan Pagi
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Sapaan Pagi

Oleh Ust. Fir’adi Nasruddin, Lc.

Saudaraku,
Pagi ini suasana begitu bersahabat. Tenang dan damai. Sinar matahari menyapa desa ini dengan indahnya. Terlihat petani sedang memanen padi di depan rumah dengan riangnya. Angin sepoi-sepoi menyempurnakan serinya pagi ini.

Ku lihat tetangga yang belum lama pulang dari luar negeri berpenampilan sedikit berbeda. Rapi dengan stelan kemeja yang pas untuk ukuran tubuhnya yang lumayan tinggi. Setinggi pohon jagung dan singkong. Biasanya ia memakai baju koko dan penampilan yang sangat bersahaja. Biasa tampak mengenakan sandal jepit atau sejenisnya. Tapi pagi ini ia memakai sepatu yang tampaknya tidak terlalu murah.
Wajahnya terlihat sumringah dan matanya memancarkan binar kebahagiaan yang membuncah. Tampak sekali kalau ia sedang bersuka cita. Menatap hari depan.

Ketika ia melintas di depan rumah dengan motor pribadinya Supra X 125 model dua tahunan yang lalu, ku sapa ia dengan sapaan ukhuwah.

‘Seperti pagi ini wajah abang sangat cerah, padahal langit sedikit mendung.’

Ia menjawab, ‘Begitulah Dek, aku berusaha menatap hari-hari dengan seriang mungkin.’

‘Penampilan hari ini lain dari biasanya bang?.’ Seperti seorang karyawan yang baru dapat bonus dan THR aja.’ Kataku.

Dengan tersenyum ia menjawab, ‘Bukan begitu, justru sekarang aku mau ke BRI.’

‘Wah, dapat THR dari luar negeri ya? Sehingga harus ke BRI segala?.’

“He..he..bisa aja sampean ini. Ke BRI justru untuk sedikit menguras tabunganku yang memang sudah hampir sampai dasarnya.” Katanya.

‘Apa artinya bang?, kok aku malah bingung?.’

Saudaraku,

Lalu tetanggaku menjelaskan.
“Begini, ceritanya kemaren aku mengikuti test S2 di STAIN Jurai Siwo Metro. Rencana mau melanjutkan studi.”

Aku bertanya, ‘Untuk apa bang kuliah lagi, kayaknya usia tak lagi muda?.’

Ia menjawab, “S2 dan S3 sekarang ini tuntutan zaman dek. Artinya kalau kita ingin lebih bisa berkiprah di masyarakat, jalur ini memang harus kita tempuh.’

Lalu ia malah balik bertanya, ‘Kalau sampean kapan melanjutkan S2?.’
Ditembak mendadak, aku nggeragap juga. Akhirnya dengan spontan ku jawab, ‘Belum kepikiran bang, sebab para seniorku di Riyadh juga belum pada S2 dan S3.’

Ia tertawa lebar seraya berkata, “Tuk masalah ilmu pengetahuan, sampean harus lebih baik dari orang lain. Termasuk para seniormu dulu. Sebab kita hidup di negeri yang berbeda. Tuntutannya juga nggak sama. Lampung dengan Depok dan Sulawesi kan berbeda sikonnya. Terlebih tampaknya masyarakat sangat memberikan tumpuan harapan terhadapmu.’

Akhirnya aku hanya bisa manggut-manggut antara nyambung dan tidak.

Saudaraku,
Mari kita kejar ilmu pengetahuan setinggi mungkin.
Dan jangan lupa kita do’akan agar mereka yang sedang menempuh di jalur ilmu, diberi kemudahan oleh Allah Ta’ala. Agar cita-cita yang ingin digapai dapat terwujud di alam realita kehidupan mereka. Amien.

(AFS/Manhajuna)

(Visited 520 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Tahun Baru = Jatah Usia Kita Semakin Berkurang

Oleh: Ustadz Fir’adi Nasruddin, Lc » يا مُحَمَّدُ، عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ ، وَأَحْبِبْ مَنْ أَحْبَبْتَ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *