Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Muslimah / Tips Jitu Mengatur Keuangan Keluarga
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Tips Jitu Mengatur Keuangan Keluarga

Oleh: Ummu Aafiya

“Adeuuuhh koq belum gajian juga yaaa? Ini persediaan bahan baku di kulkas sudah hampir habis. Belum lagi bayar ini dan itu. Anak di sekolah juga minta beli buku. Belum lagi biaya ke klinik karena kemarin anak yang bungsu sempat sakit. Jadi terpaksa harus pinjam uang ke tetangga. Untungnya tetangga sesama orang Indonesia. Eh baru ingat ternyata cicilan mobil juga belum dibayar dan sudah dapat SMS peringatan. Aahh puyeeeeeeng!!!”

gaji

Adakah di antara kita yang mengalaminya terutama di akhir bulan atau di saat belum gajian?
Katanya, mengatur keuangan keluarga sama sulitnya dengan mencari uang ya? Dan biasanya kalau sudah begini emak-emak puyeng mengelola keuangan yang benar-benar simpang siur ini. Hehe..

Setiap bulan–apalagi sebelum gajian–sering terasa sangat seret. Kebutuhan terasa lebih besar dari pemasukan. Besar pasak dari pada tiang nih ceritanya. Harus gimana doong?

Pada ginjal ada pembuluh aferens dan eferens yang mengatur pemasukan dan pengeluaran cairan dalam ginjal kita yang nanti ada yang dibuang ada yang di re-uptake kembali. Jika pembuluh eferens lebih banyak mengeluarkan cairan sementara yang lewat menuju ginjal lewat pembuluh aferens sedikit, tentu saja ginjal akan bekerja dua kali lipat lebih berat untuk meng-kompensasinya. Karena pada prinsipnya tubuh berusaha untuk membuat segala sesuatu menjadi stabil dan berjalan normal. Bahasa ‘gaulnya’ mekanisme umpan balik. Tubuh memang ma syaa Allah luar biasa dan memang sebaik-baik bentuk penciptaan dari-Nya. Akan tetapi, tubuh memiliki ambang batas. Ketika tubuh terus meng-kompensasi ketidakseimbangan itu, maka ada titik di mana dia tak sanggup lagi. Di sinilah terjadi kerusakan-kerusakan. Maka inilah yang kita sebut sebagai sebuah penyakit. Tidak hanya di ginjal, ini berlaku untuk seluruh sistem yang ada di tubuh kita dari seukuran sel hingga level organ.

Sungguh maha besar Allah yang menciptakan manusia dengan sebaik-baik penciptaan. Jikalah tugas-tugas tubuh itu diserahkan kepada manusia untuk mengaturnya (misal pernafasan yang tidak diatur oleh tubuh melainkan atas perintah otak kita secara sadar), mungkin tidak ada manusia yang dapat hidup lebih dari hitungan detik. Ma syaa Allah. Maka, tugas kita adalah menjaga agar tubuh yang Allah amanahkan itu terlaksana fungsinya dengan baik. Ini nasihat untuk saya terutama 🙂

Waah dari keuangan malah bicara ginjal dan kroni-kroninyanya ya? Hehe… Mari kita belajar dari ginjal dan bagaimana ginjal mengatur aliran cairan di tubuh kita.

Sebagaimana pembuluh aferens dan eferens yang jika tidak ter-manage dengan baik harus dikompensasi yang pada satu titik justru membuat kolaps ginjal, begitu pula dengan keuangan kita. Pada awalnya, mungkin kita bisa mengkompensasi dengan cara minjam ke tetangga misalnya, atau jual barang yang bisa dijual untuk membuat pembuluh keuangan kita berjalan normal. Tapi jika kondisi ini berlangsung terus menerus, tiap bulan selalu saja lebih besar eferens alias outcome keuangan kita dibanding aferens atau income, pada satu titik akan membuat keuangan menjadi kolaps. Hutang kian menumpuk atau semua barang habis terjual. Jika begini pastilah keuangan kita sudah tergolong kolaps. Jadi bagaimana sih caranya agar keuangan kita sehat?

YUK DIAGNOSIS PEMBULUH KEUANGAN KITA, SEHATKAH?

Bukan hanya penyakit tubuh kita saja yang butuh didiagnosis, keuangan kita juga butuh check-up dan butuh didiagnosis juga loh penyakitnya. Bagaimana caranya? Jika ingin njelimet, maka butuh analisis yang sedikit lebih mendalam (dan kadang butuh bantuan ahli). Secara garis besar, diagnostik kesehatan dilakukan untuk jangka 1 tahun. Hitungan kasarnya adalah dengan men-total seluruh income selama setahun termasuk investasi jika kita memilikinya dan kemudian dihitung pula berapa outcome selama setahun termasuk kebutuhan tahunan semisal asuransi, biaya mobil, dan lain sebagainya yang tidak dikeluarkan setiap bulan. Jika selisih antara income dan outcome bernilai minus, berarti keuangan kita lagi sakit dan butuh dievaluasi lagi di manakah yang salah, apakah lifestyle yang terlalu tinggi atau sedekah yang kurang 🙂

koin-penyok

TRIK MENGELOLA KEUANGAN

Jika kita sudah men-diagnostik di manakah letak ‘penyakit’ yang membuat outcome kita lebih besar daripada income, maka saatnya kita beraksi untuk ‘mengencangkan ikat pinggang’ ehh maksudnya mengelola dan belajar untuk memenej keuangan kita agar tidak besar pasak dari pada tiang.

  1. Kaji berapa kebutuhan bulanan kita,
    misal untuk kebutuhan logistik alias dapur (setidaknya setiap bulan ada jumlah rata-rata yang kita habiskan untuk kebutuhan ini. Dapat dihitung dengan merata-ratakan pengeluaran bulanan minimal 3 bulan terakhir), kebutuhan pribadi suami dan istri, lalu kebutuhan kesehatan, pendidikan, kendaraan, perumahan, kesehatan, vacation, dan lain sebagainya (ini mah semuanya yaa hehe). Jangan lupa,keluarkan dulu zakatnya atau ziswafnya. Kita juga bisa menghitungnya dalam bentuk persentase.
  2. Berlakukan sistem jadul tapi ampuh yaitu sistem amplop
    Ya, setiap alokasi atau pos-pos pengeluaran kita bikin amplop-amplopnya. Misal amplop logistik, amplop insurance, amplop vacation dll. Jika memang dibutuhkan, ambil seperlunya saja dari amplopnya dan kembalikan lagi ke tempatnya jika memang ada kelebihan atau sisa. Jangan dijadiin uang jajan atau beli tas yang lagi diskon. Itu mah korupsi. Hehe.. Meskipun korupsi pada diri sendiri, tapi sering kali yang begini yang menjadi penyebab outcome kita jadi lebih besar dari income.
  3. Catat Barang belanja kebutuhan dan jangan keluar dari ‘jalur’.
    Seringkali ketika belanja kebutuhan dapur di supermarket misalnya, kita mudah tergiur dengan barang-barang atau bahan-bahan yang belum tentu kita butuhkan. Hanya sebatas ingin atau sesuatu yang seolah terlihat perlu. Sedihnya, kadang justru jadi penghias kulkas yang lama kelamaan masuk tempat sampah karena tidak sempat dimasak. Jadi mubazir dan menghamburkan uang. Sebelum berangkat ke market, perlu di-list dulu apa yang masih available dan apa yang benar-benar dibutuhkan. Kita mesti belajar untuk tidak keluar dari ‘jalur’ yang kita butuhkan saja. Seberapa besar pun godaan diskonnya, jika memang tidak butuh… harus segera ditinggalkan. Fokus. Disiplin!
  4. Berusaha untuk mengurangi makan di luar.
    Percayalah, makanan bikinan sendiri tetap lebih enak koq (terutama saat lapar, hihi). Bukan berarti tidak boleh makan di luar. Sesekali, mungkin kita juga perlu untuk me-refresh atau berganti suasana dengan makan di restoran favorit (tak perlu yang mahal tentunya karena momennya yang terpenting). Jangan lupa, anggarkan budgetnya (misal 1-2 kali dalam sebulan) dan jangan melebihi dari budget tersebut. Jika kita ingin sesekali makan di restoran yang lebih mahal dari biasanya, mungkin bisa disiasati dengan mengurangi frekuensinya (yang biasanya 2x sebulan menjadi 1x sebulan misalnya). Dan tetap harus dalam koridor budget yang kita tetapkan.
  5. Jika kita adalah seorang expatriate, siapkan dana untuk mudik dari jauh-jauh hari.
    Atau jika kita tinggal di negeri sendiri, siapkan dana untuk vacation. Menyicil persiapan mudik setiap bulan terasa lebih ringan dari pada mengeluarkan biaya sekaligus untuk mudik atau vacation. Meski hanya sedikit perbulannya, jika dalam dua tahun bakalan membukit juga in syaa Allah. Jadi, vacation bisa lebih enjoy tanpa harus mikir berlipat-lipat, abis selama di jalan “entar pas saya balik lagi, duitnya ada kaga yaa?”
  6. Selain ada pos untuk dana tak terduga, kita mesti punya dana cadangan untuk emergency case.
    Jika kita memiliki income di luar pendapatan rutin (misal dapat fee mengisi kajian, dll) maka sebaiknya disimpan sebagai dana cadangan. Tidak dipake untuk beli baju yang sedang diskon. Hehe…
  7. Jika kita memiliki hutang, misal berhutang pada diri sendiri (maksudnya ke pos keuangan kita yang lain, misal overbudget belanja bulanan dan terpaksa harus minjam ke alokasi dana asuransi), maka harus diprioritaskan untuk dibayar dibulan berikutnya agar stabilitas keungan kita terjaga. Jadi, sebagai konsekuensinya, di bulan berikutnya kita harus membayar kelebihan budget bulan sebelumnya. Gunakan dana cadangan hanya untuk hal-hal yang benar-benar sangat emergency. Jika kita memiliki hutang bulanan (misal cicilan rumah atau kendaraan), maka harus diprioritaskan untuk dibayarkan terlebih dahulu.
  8. Belilah barang-barang yang kita inginkan (bukan kebutuhan primer) hanya dari sisa belanja bulanan atau sisa belanja pribadi kita.

540900_281262708662625_776490553_n

Semoga Allah karuniakan kita rizki yang cukup dan barokah. Cukup bukan berarti harus bergaji besar. Tapi merasa cukup dengan apa yang Allah karuniakan. Di sanalah letak barokahnya. Meskipun income nya terlihat sedikit secara kasat mata, tapi selalu merasa cukup, maka di sanalah rizki yang sesungguhnya. Intangible value yang tak ternilai dengan sebesar apapun mata uangnya. Semoga Allah menjadikan kita bagian dari orang-orang yang qanaah. Aamiin.

(Visited 570 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Jangan Ikut Campur Dalam Segala Urusan

Ketika Umar bin Khattab gusar mendengar sikap Hafshah yang mengundang kemarahan Rasulullah shallallahu alaihi wa …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *