Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Kajian / Tips Merawat Empati Bagi Anggota Dewan
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Tips Merawat Empati Bagi Anggota Dewan

Anggota dewan baru saja dilantik. Mereka mutlak harus menghadirkan dan merawat kepercayaan yang telah diberikan masyarakat kepadanya. Salah satu faktor yang sangat penting adalah merawat empati terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Karena empati yang diberikan dengan tulus dapat menjadi ikatan yang kuat untuk menjaga kepercayaan tersebut.

Empati yang dimaksud disini adalah sikap dimana seseorang mampu merasakan apa yang orang lain rasakan dan dia mampu berada dalam posisi orang lain. Sikap empati dalam psikologi merupakan sikap yang lebih mendalam dari sekedar simpati. Seseorang akan lebih merasakan kesedihan orang lain dan tahu apa yang orang lain rasakan ketika berada dalam situasi tersebut. Saat sikap ini muncul, dia biasanya juga akan lebih berusaha bekerja sama untuk mencari penyelesaian masalah bersama.

Tentu saja, sikap ini pada dasarnya merupakan tuntutan bagi setiap muslim, banyak sekali ayat-ayat dan hadits yang menganjurkan hal ini. Namun sebagai aleg, sikap ini lebih ditekankan karena posisinya yang tak lain sebagai pengemban aspirasi masyarakat.

Bagaimanakah merawat empati di tengah masyarakat?

1. Menghadirkan kesadaran akan besarnya tanggung jawab yang dimiliki

Sudah sering kita diingatkan bahwa jabatan bagi seorang muslim adalah taklif (beban tanggungjawab), bukan tasyrif (lambang kemuliaan). Kesadaran ini harus selalu dihidupakan setiap saat. Karena tanggungjawab kita bukan hanya kepada masyarakat atau pemerintah, tapi langsung kepada Allah.

Ingatkan diri dengan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
.

وَإِنَّهَا أَمَانَةُ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ إِلَّا مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيهَا
.

“Sesungguhnya (jabatan) adalah amanah dan dia di hari kiamat menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali siapa yang mengambilnya dengan hak dan menunaikan kewajiban di dalamnya.” (HR. Muslim)
.

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللهُ رَعِيَّةً، يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ، إِلَّا حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
.

“Tidaklah ada seorang hamba yang Allah berikan tanggung jawab memimpin rakyatnya, lalu dia mati dalam keadaan menipu rakyatnya kecuali Allah haramkan baginya surga.” (HR. Muslim)

2. Empati diawali dari masalah hati. Maka hati yang bersih dan sehat merupakan keharusan dalam hal ini

Penting bagi setiap aleg merawat hatinya sebagaimana diajarkan dalam ajaran Islam. Tilawah Al-Quran, zikrullah, qiyamullail dan ibadah puasa adalah bagian yang hendaknya mendapatkan perhatian khusus bagi seorang aleg untuk merawat kesehatan hati. Tentu saja setelah melaksanakan perkara-perkara wajib.

Dalam Al-Quran Allah jelaskan bahwa membaca tilawah Al-Quran dapat melembutkan hati (QS. Az-Zumar: 23) dan zikrullah dapat menenangkannyanya (QS. Ar-Ra’d: 28). Qiyamullail merupakan bekal untuk menguatkan jiwa dalam menanggung berbagai beban tanggung jawab (QS. Al-Muzammil: 1-5). Sedangkan puasa sebagaimana kita ketahui akan mengasah kekuatan sensitifas batin yang menjadi modal dasar dalam membangun sikap empati.

Empati yang lahir dari hati yang sehat, akan berbuah ketulusan, kejujuran, apa adanya dan tentu saja akan bertahan lama. Berbeda dengan empati yang dibuat-buat, sangat terkesan sebagai pencitraan, tidak natural dan sifatnya temporer.

3. Persiapkan keluarga agar siap menghadapi ritme kehidupan sebagai wakil rakyat yang harus amanah, siaga menampung aspirasi dan akan menjadi sorotan di tengah masyarakat

Mesikipun tidak berkaitan langsung, namun kondisi keluarga memberikan pengaruh bagi tingkat empati kita. Banyak kasus yang menimpa para pejabat disebabkan karena keluarganya. Karenanya para aleg harus menyampaikan kepada keluarganya agar mendukung tugas-tugasnya, setidaknya dalam sikap prilaku mereka agar tidak merusak citranya di mata masyarakat. Minimal sekali keluarga tidak menampilkan gaya hidup glamour, syukur-syukur jika ikut membantu sang aleg dalam mengemban tugasnya.

Sikap keluarga yang tidak terkondisi dan tidak terkontrol, dapat menggerus sikap empati seorang aleg, karena lama kelamaan yang dia pedulikan adalah sekedar kesenangan dan keuntungan materi bagi keluarganya lalu mengabaikan berbagai problematika yang dialami masyarakat.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ (سورة التغابن: 14)
.

“Wahai orang-orang beriman, sesungguhannya sebagian dari isteri-isteri kalian dan anak-anak kalian adalah musuh bagi kalian, berhati-hatilah terhadap mereka.” (QS. At-Taghabun: 14)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

(إِنَّ الْوَلَدَ مَبْخَلَةٌ مَجْبَنَةٌ (رواه ابن ماجه

“Sesungguhnya anak dapat menyebabkan kikir dan pengecut.” (HR. Ibnu Majah)

4. Buka pintu komunikasi selebar-lebarnya bagi masyarakat di dapil masing-masing

Jangan sampai ada informasi atau aspirasi yang tersumbat, baik karena aleg yang menutup pintu dari hal tersebut atau karena masyarakat tidak paham bagaimana dan kemana mereka menyalurkan aspirasinya. Bahkan, semestinya jangan hanya mengandalkan laporan-laporan rutin atau formal, sesekali boleh jadi aleg terjun langsung ke masyarakat tanpa protokoler dan formalitas agar dapat langsung melihat dan menyaksikan fakta langsung di tengah masyarakat. Khalifah Umar bin Khattab banyak memiliki kisah soal ini.

Semakin aleg mendapatkan informasi yang akurat dan melihat dengan mata kepala langsung terhadap berbagai permasalahan dan keluhan di tengah masyarakat, empati akan semakin mudah terbangun dan terpelihara, tentu saja jika diiringi kondisi hati yang sehat.

Penting juga bagi aleg membangun komunikasi yang baik dengan simpul-simpul masyakarat dari berbagai kalangan, khususnya dengan simpul terdekat yang sebelumnya besar jasanya dalam mengantarkan dirinya ke bangku parlemen. Misalnya dengan membuka hotline khusus terhadap mereka atau melakukan pertemuan rutin dengan mereka. Sebab biasanya mereka akan menjadi tempat keluhan dan laporan dari masyarakat yang berada di sekitarnya.

Di sisi lain siapkan mental dan hati yang lapang untuk menerima berbagai masukan atau bahkan kritikan, sekeras apapun. Jadikan hal tersebut sebagai pelecut jiwa untuk bekerja lebih semangat mencari solusi dan memperbaiki hal-hal yang perlu diperbaiki.

5. Batasi pergaulan dengan kalangan berada kecuali jika memang ada kebutuhan dan maslahat yang jelas dan buka peluang sebesar-besarnya untuk bergaul dengan kalangan bawah.

Menjadi aleg akan membuka kesempatan hubungan lebih luas dengan kalangan berada. Tanpa kontrol yang kuat akan sangat terbuka kemungkinan seorang aleg larut dalam pergaulan dengan kalangan atas dengan segala pernak perniknya. Hal tersebut akan mengurangi ketajaman empatinya terhadap kalangan bawah. Kebalikannya jika pergaulannya lebih banyak dengan kalangan bawah, maka ketajaman empatinya akan terus terasah dan terpelihara.
Harusnya disadari, jabatan yang disandangnya tak lepas dari jasa orang-orang kecil. Karenanya, menyadari hal ini Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam minta dicarikan untuknya orang-orng lemah.

ابغُوني الضعفاءَ، فإنما تُرزَقُون وتُنْصَرون بضعفائِكم

“Carikan untukku orang-orang lemah, sungguh kalian diberi rizki dan kemenangan tak lain karena adanya orang-orang lemah di antara kalian.” (HR. Abu Daud)

Bahkan orang-orang lemah itu harus dianggap sebagai orang-orang besar dalam arti bagaimana seorang pejabat berusaha untuk memenuhi segala urusannya. Sedangkan orang besar dianggap sebagai orang kecil, dari arti tidak berat bagi para pejabat untuk mengambil hak-hak dari orang besar tersebut.

Inilah sikap yang dinyatakan oleh Abu Bakar Ash-Shidiq dalam pidato pertamanya saat menjadi khalifah.
.

والضَّعيف فيكم قَوِيٌّ عندي حتى أرجِّع عَلَيْهِ حقَّه إِنْ شَاءَ اللَّهُ، وَالْقَوِيُّ فِيكُمْ ضعيف عندي حَتَّى آخُذَ الْحَقَّ مِنْهُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
.

“Orang lemah di antara kalian adalah orang kuat di hadapanku hingga aku kembalikan hak-haknya insyaAllah. Orang kuat di antara kalian adalah orang lemah di hadapanku agar aku dapat mengambil hak darinya insyaAllah.”

(Manhajuna/IAN)

(Visited 308 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Kepemimpinan Juga Merupakan Tugas Kenabian

Hari-hari ini kita sering mendengar tema tentang tentang keteladanan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Di …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *