Oleh Ust. Abdullah Haidir, Lc.
Imam Ghazali, rahimahullah, berkata,
الْخُطْوَةُ اْلأُولَى فِي الْبَاطِلِ إِنْ لَمْ تَدْفَعْ أَوْرَثَتْ الرَّغْبَةَ ، وَالرَّغْبَةُ تُورِثُ الْهَمَّ ، وَالْهَمُّ يُورِثُ الْقَصْدَ ، وَالْقَصْدُ يُورِثُ الْفِعْلَ ، وَالْفِعْلُ يُورِثُ البَوَارَ وَالْمَقْتَ ، فَيَنْبَغِي حَسْمَ مَادَّةِ الشَّرِّ مِنْ مَنْبَعِهِ اْلأَوَّلِ وَهُوَ الْخَاطِرُ ، فَإِنَّ جَمِيعَ مَا وَرَاءَهُ يَتْبَعُهُ
إحياء علوم الدين، 4/401
“Langkah pertama kebatilan, jika tidak engkau cegah, akan menjadi keinginan. Keinginan akan melahirkan kemauan, kemauan akan melahirkan tujuan, tujuan akan melahirkan perbuatan. Pebuatan (batil) akan melahirkan kesengsaraan dan kemurkaan. Hendaknya potensi keburukan sudah dituntaskan sejak sumber pertama, yaitu lintasan pikiran, karena seluruh langkah berikutnya hanyalah kelanjutannya.” (Ihya Ulumuddin, 4/401)
Ibnu Qayim, rahimahullah, berkata,
دَافِعْ الْخَطْرَةَ ، فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ صَارَتْ فِكْرَةً ، فَدَافِعْ الْفِكْرَةَ ، فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ صَارَتْ شَهْوَةً ، فَحَارِبْهَا، فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ صَارَتْ عَزِيْمَةً وَهِمَّةً ، فَإِنْ لَمْ تُدَافِعْهَا صَارَتْ فِعْلاً ، فَإِنْ لَمْ تَتَدَارَكْهُ بِضِدِّهِ صَارَ عَادَةً فَيَصْعُبُ عَلَيْكَ الاِنْتِقَالُ عَنْهَا
الفوائد، ص 31
“Usirlah lintasan pikiran (maksiat), sebab jika tidak engkau cegah, dia berubah menjadi pemikiran. Cegahlah pemikiran (maksiat), jika tidak engkau halau, dia akan berubah menjadi syahwat. Perangilah (syahwat maksiat), sebab jika hal itu tidak engkau lakukan, dia akan berubah menjadi tekad kuat (azimah) dan keinginan besar (himmah). Jika tidak juga engkau cegah, maka dia akan berubah menjadi sebuah perbuatan. Lalu jika engkau tidak lakukan langkah penangkalnya, dia akan menjadi kebiasaan. Dan ketika itu, sulit bagimu meninggalkannya.” (Al-Fawaid: 31)
(AFS/Manhajuna)