Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Muslimah / Mau Dibawa Kemana Anak Kita? (Bagian 1)
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Mau Dibawa Kemana Anak Kita? (Bagian 1)

Catatan Singkat Seminar “ Kemana Tujuan Pengasuhan Kita Ibu Elly Risman (Psikolog Anak dan Director Yayasan Kita dan Buah Hati)
Orang tua mana yang tidak miris dengan pemberitaan media saat ini mengenai anak-anak. Berita terbaru mengenai Anak SD yang diketahui memperkosa teman SDnya juga beramai-ramai. Belum lagi masalah narkoba dan pornografi yang semakin merajalela.
Elly Risman dalam seminar yang diadakan pada Sabtu, 6 April 2013 kemarin mengemukakan bahwa 87% anak kelas 4 sampai 6 SD pernah mengakses pornografi,77% alasannya karena tidak sengaja, 39% melihat justru di rumah sendiri/saudara. Oleh karena itu, ia menyarankan untuk tidak memberikan gadget pada anak apalagi kepada anak-anak balita. Kerusakan yang diakibatkan oleh akses pornografi justru lebih bahaya bila dibandingkan dengan narkoba dan alcohol karena bersifat permanen dan mempengaruhi system limbic. Anak laki-laki merupakan sasaran tembak bisnis narkoba dan pornografi, Mengapa? Karena laki-laki otaknya lebih ke otak kiri sehingga mudah focus, testosteronnya lebih banyak, mudah dirangsang, dan kemaluannya di luar sehingga lebih sulit dijaga.

Elly Risman menekankan pentingnya pengasuhan orangtua dalam membentuk akhlak anak dan ini dibutuhkan kerjasama kedua orangtua baik ayah maupun ibu. Bayangkan mengasuh anak seperti bermain sepakbola. Bermain bola saja ada gawang yang dituju, bagaimana mungkin mengasuh anak tidak ada tujuan? Demikian beliau memberikan analogi.

Lebih jauh lagi, Elly memberikan pernyataan yang cukup keras. Negeri kita ini ‘blangsak’ (kacau—red) tidak karuan karena tidak punya tujuan pengasuhan anak, sibuk dengan urusan pekerjaan, dst, pendidikan anak tidak jadi prioritas. Hasil penelitian kebiasaan pengasuhan anak, ternyata sebagian besar orangtua:

  • Tidak merumuskan TUJUAN PENGASUHAN
  •  Tidak memiliki KESEPAKATAN BERSAMA bagaimana menjalankan pengasuhan untuk anak-anak mereka

Hal inilah yang kemudian menjadikan pendidikan anak terbengkalai.  Lebih parahnya, anak-anak di negeri kita FATHERLESS, punya ayah tapi tiada. Pergi pagi pulang malam dan tidak menyapa dengan emosi.

 

Dalam seminarnya, Elly menjelaskan setidaknya terdapat tujuh tujuan pendidikan anak di dalam keluarga, yaitu:

  1. Hamba Allah yang taqwa
  2. Calon Suami/Istri yang baik
  3. Calon Ayah/Ibu yang baik
  4. Membantu mereka mempunyai ilmu dan keahlian dalam bidang tertentu sehingga bisa mencari nafkah (sebagai professional)
  5. Pendidik istri dan anak
  6. Pengayom keluarga
  7. Manusia yang bermanfaat untuk orang lain atau pendakwah

Anak perempuan cukup sampai nomor 4, karena kalau ada yang kurang, sisanya adalah tanggung jawab suaminya untuk mendidik dia. Untuk anak laki-laki semuanya harus diajarkan.

1. Hamba Allah yang taqwa

Ajarkan basic iman dan aqidah yang benar, ibadah yang baik dan akhlak yang mulia. Pada anak, yang pertama matang adalah system limbic di belakang kepala, system limbic berkaitan erat dengan PERASAAN, tanamkan padanya rasa mempunyai Allah, rasa beragama, bukan pengetahuan beragama. Anak umur 4 tahun yang penting bagi dia menghafal, mendengar, dan bukan belajar Abatatsa. Juga jangan paksa anak belajar calistung, karena itu bisa merusak perasaannya. Biarkan dia bermain sesuai umurnya. Indonesia Neuroscience Society merekomendasikan, anak di bawah 4 tahun, salah satu ibu atau bapaknya HARUS berada dirumah, mendidik anak.

 

Tanggung jawab mendidik agama berada ditangan ayah, ayah harus ‘alim, dialah penentu GBHK ( Garis Besar Haluan Keluarga), ibu hanya unit pelaksana teknis. Menasehati anak jangan pakai kata jangan, karena anak terpicu justru ingin dan harus. Contoh bila anak memukul, jangan teriak JANGAN, tapi mintalah tangannya baik-baik dan beritahukan padanya: tangan, kamu untuk salaman, tangan kamu untuk membelai, memberi dsb. Ini harus diulang terus menerus sehingga kabel-kabel otak tersambung dan terbungkus myelin dan tertanam dalam pikirannya.

 

2. Calon suami/istri yang baik

Data dirjen bimas islam depag tahun 2007, Indonesia menduduki peringkat NOMOR 1 dalam kasus perceraian se Asia Pasifik dan Negara dunia Islam. Cerai gugat 70%, cerai talaq 30%. Tahun 2008, 10% pasangan nikah bercerai, umumnya pasangan dengan muda dengan jumlah anak 1 atau istri sedang mengandung anak pertama. Tiga factor penyebab terbesar adalah selingkuh, tidak harmonis dan ekonomi. Dengan banyaknya kasus ini, artinya kita tidak siap jadi suami atau istri.

 

Istri, bagaimanapun susahnya, kalau bisa jangan gugat cerai. Begitu juga para laki-laki, kalau ada yang istrinya minta cerai, peluk dia, jangan diabaikan, dengarkan keluh kesahnya. Pertahankan dia. Karena ingatlah, dulu anak perempuan bila sakit terjatuh saat kecil, dia dipeluk ayahnya. Pengajaran menjadi suami dan istri yang baik dimulai dari keluarga. Jangan pernah bertengkar di depan anak dan ajarkan tanggung jawab sebagai suami/istri dengan memberi contoh padanya. (bersambung)

 

 

 

(Visited 851 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Hikmah Istighfar. Mari Semangat Ber-Istighfar!

Bersama: Buya (Dr.) Ahmad Asri Lubis (غفر الله له ولوالديه وللمؤنين) Seorang ‘belia sholeh’ berujar, …

One comment

Tinggalkan Balasan ke dina Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *