Manhajuna – Jiwa itu seperti jasad. Bisa sehat dan sakit. Sehatnya terlihat dari akhlak dan amal yang meningkat. Dan bisa juga dirasa oleh si empunya jiwa. Sama persis seperti badan. Kalau sakit ada treatmentnya. Perlu obat, nutrisi, dan istirahat. Perlu juga olah raga rutin biar badan tetap sehat.
Kalo badan sakit… makan jadi gak enak. Terus apa kita tidak makan karena rasa yang enggak enak? Tentu tidak! Bisa tambah parah nanti sakitnya. Harus kita paksa diri ini untuk makan agar ada asupan untuk badan. Obat juga seringkali pahit alias enggak enak. Sama… harus dipaksa untuk menelan obat. Kalo enggak, bisa-bisa tambah sakit. Dan kita dituntut untuk konsisten melakukan itu sampai semua kembali nikmat.
Persis… sama persis…
Jiwa yang sakit biasanya ngaji enggak enak, sholat hambar rasanya, berbuat amal-amal kebajikan yang lain juga sama malesnya. Lalu, apa kita kemudian tidak mengaji karena rasa gak enak? Tidak sholat dan enggak menjalankan amal-amal kebajikan yang lain? Ya enggaklah! Nanti malah mati jiwanya dan malah neraka ujungnya.
Persis…. sama persis…
Kuncinya hanya satu kata…. PAKSA. Paksa diri untuk tidak malas tilawah, menyegerakan ke masjid saat adzan memanggil, selalu berzikir, dll. Terasa berat memang. Paksa… karena itu semua adalah obat dan gizi untuk jiwa yang sedang sakit.
Terus paksa…. sampai kenikmatan itu kembali datang… kembali terasa. Itulah tanda jiwa telah sehat kembali. Dan, tentunya kita harus istiqomah untuk tetap menjaga kesehatan jiwa kita.
Hadaanallaah wa iyyaakum ajma’iin.
(Manhajuna/ED)