Manhajuna – Bulan rajab baru saja datang, dan berlalu tanpa terasa. Setelahnya adalah sya’ban, kemudian bulan mulia RAMADHAN.
Duhai jiwa yang (pura-pura) merindukannya. Sejauh mana kita berdoa, serta sejauh mana kita telah mempersiapkan diri untuk menyambutnya.
Setidaknya ada tiga hal yang perlu kita persiapkan, jika kita betul-betul serius merindukannya, dan tak ingin melewatkannya begitu saja.
- Persiapan Jasmani.
Kita akan melalui hari-hari yang berat. Siang yang panjang. Tanpa makan dan minum. Dipenuhi aktivitas harian. Serta malam yang pendek, karena terisi oleh sholat-sholat malam, serta persiapan sahur sebelum fajar. Akan sangat dibutuhkan fisik yang kuat. Stamina yang bagus, takaran gizi yang mencukupi.
Maka tidak ada salahnya dari sekarang perbaiki pola makan. Mulai lakukan puasa sunnah agar terbiasa. Lakukan chek up kesehatan. Minum vitamin agar kita tetap sehat dan bugar. Lakukan olahraga-olahraga ringan. Karena kita tidak ingin bukan, ibadah kita tersendat, lantas ada penyakit yang melekat. Kita tidak ingin bukan, sholat-sholat malam kita terpaksa terhenti, lantas ada penyakit yang menggerogoti.
- Persiapan Fikri.
Tubuh yang sehat saja ternyata tidak cukup untuk menyambut ramadhan. Beribadah ternyata perlu ilmu. Karena ibadahnya orang berilmu berlipat jauh lebih baik dari orang yang beribadah hanya karena rasa (rasanya ini pahalanya gede), apalagi yang hanya ikut-ikutan.
Kita harus tahu mana yang fadhilah (keutamaan) dan mana yang afdhol (lebih utama). Kita harus tahu amalan-amalan apa yang paling bagus dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Ketika mau berbuka, bukan sunnahnya untuk baca quran, tapi yang dianjurkan adalah berdoa. Jangan karena rasa, kita mengulur waktu berbuka, karena dikira semakin panjang, pahalanya semakin besar. Malah sebaliknya, kita disunnahkan untuk segera berbuka, walau hanya sebutir kurma atau seteguk air.
Oleh karena itu, perlu mungkin untuk mengundang seorang ustad untuk mengadakan tarhib ramadhan (persiapan menyambut ramadhan), yang membahas tentang fiqh-fiqh ramadhan. Atau jika tidak bisa, beli buku yang berkaitan dengan fiqh-fiqh ramadhan.
Karena kita tidak ingin bukan, tergolong orang-orang yang disebutkan dalam hadis “kam min sha-imin laysa lahu min shiyaamihi illal ju’ wal ‘athasy” (betapa banyak orang yang berpuasa, tapi dia tidak mendapatkan dari puasanya selain haus dan lapar).
Ibadah kita sia-sia, karena ternyata betapa banyak hal-hal yang tidak kita sadari, dia merusak pahala puasa kita, hingga tak bersisa sama sekali.
- Persiapan Ruhiyah.
Ini tak kalah pentingnya. Tubuh yang sehat, ilmu yang mapan, saatnya adalah aksi dan pelaksanaan. Paham teori ternyata juga tidak cukup. Layaknya seorang yang akan ikut lomba lari, maka ia dari sekarang membiasakan diri untuk lari setiap hari. Agar ia tidak kaget, dan cedera sehingga gugur di tengah jalan.
Mustahil, jika orang yang tidak mempersiapkan dirinya dengan ketha’atan dari sekarang, tiba-tiba bisa istiqomah dalam ketha’atan di bulan ramadhan.
Maka dari itu, dari sekarang biasakan puasa. Dari sekarang mulai qiyamullail. Perbanyak dari sekarang baca quran. Alhamdulillah yang bisa ikut ODOJ, bisa murajaah sejuz sehari, dan mungkin dari sekarang dibiasakan lebih banyak, biar bisa menamatkan alquran beberapa kali di bulan ramadhan. Dan dari sekarang biasakan untuk berinfak, biar tidak merasa berat jika nanti berinfak di bulan ramadhan.
Semoga kita betul-betul siap menyambut ramadhan, dan kita disampaikan ke bulan itu. Serta semoga kita menjadi hamba Rabbaniy (yang beribadah karena Allah), bukan Ramadhaniy (yang beribadah karena bulan ramadhan).
(Manhajuna/GAA)