Kisah Teladan Nan Indah: Jalan Pintas Menuju Sukses
Telah dikisahkan sebuah teladan yang menghangatkan hati, tentang seorang pria lanjut usia (lansia) yang menemui Rasulullah ﷺ. Dengan penuh harap dan curahan hati, ia memohon, “Ya Rasulullah, ajarlah aku Al-Qur’an!”
Rasulullah ﷺ lantas memberikan pilihan. Pertama, beliau bersabda, “Bacalah tiga surah yang diawali dengan (الر) (Alif Lam Ra).”
Pria tua itu menjawab, “Usia saya telah lanjut, hati saya telah mengeras, dan lisan saya terasa berat.”
Rasulullah ﷺ memberikan pilihan kedua, “Bacalah tiga surah yang mengandung (حم) (Ha Mim).”
Kembali ia menyampaikan alasannya, “Usia saya telah lanjut, hati saya telah mengeras, bahkan lisan saya terasa berat.”
Rasulullah ﷺ pun menawarkan pilihan ketiga, “Bacalah tiga surah yang mengandung tasbih atau musabbihat.”
Jawaban pria itu tetap sama, “Usia saya telah lanjut, hati saya telah mengeras, dan lisan saya terasa berat.”
Selanjutnya, pria tua itu mengajukan sebuah usulan yang ringkas, “Ajarkanlah kepadaku satu surah yang pendek, lengkap, dan menyeluruh!”
Maka, Rasulullah ﷺ mengajarkan kepada pria itu Surah az-Zalzalah (سورة الزلزلة).
Ketika Rasulullah ﷺ selesai membacakan Surah az-Zalzalah, pria tersebut bertekad bulat, berazam, bahkan bersumpah:
وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَا أَزِيدُ عَلَيْهَا أَبَدًا
“Demi keagungan Allah yang mengutusmu dengan benar, aku hanya akan membaca surah ini saja (tidak akan menambah lagi).”
Sejurus kemudian, pria itu pun pergi. Lalu, Baginda Rasulullah ﷺ menegaskan dan memuji keberhasilannya dengan bersabda, “Sukses orang ini, Sukses orang ini.” (HR Abu Daud).
Inilah betapa mudahnya rahasia dan kunci kesuksesan pria tua itu yang digapainya hanya dengan Surah az-Zalzalah.
Catatan: Pengelompokan Surah
- Surah yang diawali الر (Alif Lam Ra): يُونُسُ، وهُودٌ، ويُوسُفُ، وإبراهيمُ
- Surah yang diawali حم (Ha Mim): غافِرٌ، وفُصِّلَتْ، والشُّورى، والزُّخرُفُ، والدُّخانُ، والجاثيةُ، والأحقافُ
- Surah yang diawali musabbihat atau tasbih (yang mengandung kata “bertasbih”): الحَديدُ، والحَشْرُ، والصَّفُّ، والجُمُعةُ، والتَّغابُنُ، والأعْلى
Pelajaran Utama: Hadis ini mengajarkan bahwa dalam mengajak seseorang melakukan ibadah, hendaklah disesuaikan dengan kapasitas dan kemampuan dirinya. Tidak ada paksaan, dan perlu memberikan pilihan yang sesuai agar tidak memberatkan.
Intisari Surah az-Zalzalah
Surah az-Zalzalah menghadirkan gambaran utuh tentang Hari Pembalasan, yang begitu ringkas dan padat.
إِذَا زُلۡزِلَتِ ٱلۡأَرۡضُ زِلۡزَالَهَا (1) وَأَخۡرَجَتِ ٱلۡأَرۡضُ أَثۡقَالَهَا (2) وَقَالَ ٱلۡإِنسَٰنُ مَا لَهَا (3) يَوۡمَئِذٖ تُحَدِّثُ أَخۡبَارَهَا (4) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوۡحَىٰ لَهَا (5) يَوۡمَئِذٖ يَصۡدُرُ ٱلنَّاسُ أَشۡتَاتٗا لِّيُرَوۡاْ أَعۡمَٰلَهُمۡ (6) فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ (7) وَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ ذَرَّةٖ شَرّٗا يَرهُۥ (8)
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat [1]. Sehingga terkeluarlah dari bumi segala isi kandungannya [2]. Bahkan manusia bertanya ketakutan, ‘Apakah gerangan yang berlaku?’ [3]. Pada hari itu bumi menceritakan segala kabar beritanya [4]. Sebab, Allah menyuruh bumi berbuat demikian [5]. Pada hari itu manusia keluar dari kubur dalam berbagai keadaan; untuk diperlihatkan kepadanya balasan amal perbuatannya sendiri [6]. Maka sesiapa melakukan kebajikan seberat atom (zarah) pun, pasti disaksikannya kelak [7]. Dan sesiapa melakukan kejahatan walau seberat atom (zarah), pasti disaksikannya juga [8].”
Pelajaran Berharga dari Surah az-Zalzalah:
-
Fenomena Dahsyat: Awal surah ini menjelaskan fenomena alam dahsyat saat ditiupnya sangkakala kedua yang mengawali hari pembalasan.
-
Keterkejutan Manusia: Bumi akan mengeluarkan segala isinya, membuat manusia kaget dan ketakutan.
-
Kesaksian Bumi: Bumi akan melaporkan segala peristiwa baik dan buruk yang pernah terjadi di atas permukaannya, karena Allah ﷻ yang menyuruhnya berbuat demikian.
-
Balasan yang Nyata: Manusia akan menyaksikan dan dibalas atas segala perbuatan mereka.
-
Keadilan Mutlak: Kebaikan sekecil atom pun akan terlihat jelas, dan kejahatan sekecil atom pun tidak akan luput dari perhitungan.
Enam Gagasan Cemerlang Ibnu Juzai
Dalam uraiannya mengenai Surah az-Zalzalah, mufasir ternama Ibnu Juzai (W. 741 H/1340 M) merumuskan beberapa cara agar seorang hamba kelak tidak dibalas atas perbuatan jahatnya yang terlanjur dilakukan di dunia.
Beliau menjelaskan, Orang beriman tidak akan dibalas atas dosa dan kejahatannya dengan enam syarat:
-
Kategori Dosa: Bahwa dosanya tidak termasuk dosa besar.
-
Taubat Nasuha: Hendaklah bertaubat sebelum meninggal dunia.
-
Keseimbangan Amal: Orang mukmin memiliki nilai amal saleh yang beratnya melebihi kejahatannya.
-
Hak Syafaat: Orang mukmin tergolong orang yang diberi syafaat, atau termasuk ahli syafaat.
-
Ampunan Eksklusif: Memperoleh ampunan (maghfirah) secara eksklusif, seperti para pejuang Badar (Ahli Badar).
-
Kemaafan Allah: Allah memberinya kemaafan (العفو). Atau, orang mukmin pendosa terserah kepada Allah, (إن شاء عذّبه وإن شاء غفر له) (Mungkin Dia akan mengazabnya, atau Dia akan mengampuninya).
Diharapkan dengan mengemukakan kisah pria lanjut usia terdahulu dan gagasan Ibnu Juzai, kita dapat mencapai sasaran positif dalam meningkatkan kualitas ibadah kita.
Sejenak Bersama Ahli Hikmah
Mengingat dan menyebut orang-orang saleh (solihin) akan mengundang rahmat, dan mendatangkan manfaat yang sangat besar terhadap hati dan jiwa. Tutur kata mereka dan mendekati mereka akan melenyapkan keraguan, mengubah hamba dari lalai menjadi insan yang selalu ingat kepada Allah, dan menghidupkan hati yang mati.
Mencintai ahli kebaikan (ahli khair) akan menjadikan Anda meraih keberkahan mereka.
-
Ahli hikmah mengatakan: Saat disebut para solihin, rahmat Allah akan turun.
-
“Cukuplah bagimu bahwa terdapat dalam kalangan mereka yang telah mati namun hati akan hidup dengan menyebut nama mereka.”
-
“Sebaliknya, terdapat dalam kalangan mereka yang masih hidup, tetapi hati akan menjadi keras dengan menatap wajah mereka.”
Terdapat enam kemanfaatan dan perubahan mendasar dengan mendekati para solih (orang saleh):
-
Keyakinan: Menjadikan dirimu memiliki keyakinan setelah dililit keraguan.
-
Ikhlas: Anda akan menjadi lebih ikhlas setelah dipengaruhi sifat riya.
-
Ingat Allah: Anda akan menjadi lebih ingat kepada Allah setelah dipengaruhi kelengahan dan kelalaian.
-
Prioritas Akhirat: Dari penggemar dunia menjadi pencinta akhirat.
-
Tawadu: Menjadi lebih tawadu setelah sombong (takabur).
-
Pikiran Jernih: Menjadi lebih prihatin dari sebelumnya yang memiliki pikiran buruk.
Bukankah kisah anjing Ashabul Kahfi menggapai derajat tinggi berkat kebersamaannya dengan para solihin dan para awliya, hingga makhluk ini diabadikan dalam Kitabullah? Lalu, bagaimana pula dengan mukmin ahli tauhid yang mendekati bahkan mencintai para awliya dan solihin?
Imam Abu Hanifah berkata, “Berinteraksi dengan hikayat para solihin jauh lebih utama bagiku dibandingkan dengan banyak berbicara mengenai fikih.”
Marilah kita bermunajat:
رَبِّ… فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَنْتَ وَلِيِّي فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ
“Ya Rabbi, Maha Pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindung diriku di dunia dan akhirat. Wafatkanlah diriku sebagai muslim, dan gabungkanlah diriku bersama para solihin.” (QS, Yusuf; 101).
Risalah Ma’had Darul Ikhlas (MDI), Bersama Buya (Dr.) Ahmad Asri Lubis Lc, MA.
07 Jumadil Akhir 1447 / 28 November 2025
(MRS)
Manhajuna Ilmu dan Inspirasi Islam