Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Kolom / Memahami Latar Belakang Tragedi Mina (2015)
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Memahami Latar Belakang Tragedi Mina (2015)

Oleh Ustadz Abdullah Haidir, Lc.

Tampaknya pelaksanaan haji tahun sangat menyedihkan, musibah besar terjadi berulang kali, sangat layak di evaluasi.

Setelah jatuhnya crane raksasa di masjidilharam, terbakarnya hotel jamaah haji Indonesia, hari ini terjadi musibah Mina, 150 wafat…

Belum ada info detail tragedi Mina kali ini, tapi tanggl 10 dan 12 Zulhijjah memang saat yang krusial bagi jamaah haji…Sering terjadi musibah…

Mengapa tanggal 10 dan 12 sangat krusial bagi jamaah haji? Ini terkait dengan pengaturan, mentalitas serta pemahaman jamaah haji itu sendiri…

Pada hari ke 10 Zulhijjah , ada 4 manasik penting dalam haji, melontar jumrah aqabah, menyembelih dam, menggundul dan tawaf sai…

Nah yang krusial adalah masalah melontar. Ketentuannya dilakukan setelah shubuh, sunah pd waktu Dhuha… tapi bisa dilakukan sore atau malam.

Masalahnya, saat itu kondisi fisik jamaah sudah melemah setelah perjalanan melelahkan sejak tgl 8 dari Mina ke Arafah, lalu dari Arafah ke Muzdalifah

Semua dilakukan di tengah lautan manusia, lebih dari 2 juta, udara sangat panas dan dalam titik tertentu, sangat padat dan berdesak-desakan…

Yang sering terjadi, sebagian dari jamaah haji, dan itu jumlahnya bisa ratusan ribu, bahkan lebih dari 1 jt, memaksakan jalan dr Muzdalifah ke Mina

Biasaanya yang seperti ini dari bangsa Afrika dan dataran India, serta mereka yang tidak memiliki tenda resmi. Perkiraan saya, korban dari jamaah RI sedikit

Meskipun tidak tertutup kemungkinan ada juga jamaah RI yang jadi korban, tapi sekali lagi insya Allah sedikit dibanding jamaah dari negara lain.

Ada 2 type jamaah haji yang pagi-pagi berjalan kaki dari Muzdalifah ke Mina. Pertama mereka yang ingin laksanakan sunah haji secara strik, kurnag fleksibel

Sunahnya memang melontar pd hari ke 10 ini pada waktu Dhuha. Nah, banyak yang kejar sunah ini. Biasanya mrk dari daratan Afrika dan India…

Type ke 2 mereka yang tidak punya tenda resmi di Mina, biasa disebut haji koboy. Tidak ada pilihan, mereka jalan langsung ke Mina, kadang bawa tas besar

Adapun yg punya tenda, biasanya dari Muzdalifah, dapat singgah dulu sambil lihat-lihat suasana, setidaknya mereka bisa istirahat dan kumpulkan stamina.

Nah, kedua type ini yang cukup dominan adalah orang-orang dari dataran Afrika dan India; Pakistan, India dan Bangladesh, afwan bukan rasial.

Ada juga sih dari negara-negara lain, termasuk dari Indonesia. Saya juga pernah sekali haji ngoboy… ga punya tenda… 🙂

Adapun jamaah haji yang resmi, umumnya mereka akan diangkut oleh bis khusus atau kereta ke tenda2 mereka terlebih dahulu…

Kembali ke pejalan kaki ini, yang khas juga dari sebagian mereka, adalah fisiknya tinggi besar, cenderung tempramental dan egonya lumayan..

Masalahnya lagi, jalan dari Muzalifah yang asalnya lebar dan banyak, mendekati Mina menjadi menyempit, semacam bottle neck gitu lah…

Menyempit disini bukan berarti sempit banget kaya jalan2 di kita, jalannya sudah lebar, tapi utk menampung jumlah besar, jadi terasa sempit..

Nah, disinilah yang sangat krusial. Jumlah ratusan ribu2 tiba2 datang seperti air bah, jalan menyempit, lalu terjadilah desak-desakan, ada yg panik, dll

Tempramen keras dan tidak mau mengalah memperparah keadaan, ada kondisi fisik melemah, haus… akhirnya terjadi kepanikan, korban pun jatuh

Kadang kejadiannya sulit diperkirakan… jamaah bisa begitu saja datang dalam jumlah besar, sedangkan di waktu lain, normal2 saja.

Jadi, musibah kali ini bukan di jamarat, tapi di jalan menuju jamarat. Ini yg mungkin kurang di antisipasi dg maksimal…

Sebab yang fokus diperhatikan selama ini adalah jamarat. Karena sekian tahun yg sering terjadi musibah adalah di jamarat….

Saat itu jamarat masih dua lantai…. tdk cukup menampung beban jamaah yg sangat besar.. mudah terjadi desak2an, khususnya tgl 10 dan 12 tsb

Namun sejak beberapa thn lalu, masalah jamarat relatif teratasi dg sangat baik setelah diperluas dn dibangun menjadi 5 lantai…

Sehingga beberapa tahun terakhir ini, tdk kita dengar berita musibah dari jamarat. Info dr beberapa teman, tadipun jamarat normal.

Nah rupanya jalan menuju jamarat yg kini menjadi titik krusial. Sebenarnya banyak petugas yg mngarahkan atau mengatur.

Cuma itulah, kadang ada sebagian jamaah haji yg sulit diatur. Beberapa tahun lalu, beberapa petugas meninggal  krn membendung arus jamaah..

Maksudnya untuk mengurangi kepadatan di jamarat… Namun apa daya, bendungannya tak kuat menahan arus jamaah yg menjebolnya. Tumbanglah mrk.

Memang berat, kalau sudah berada di pusaran kepadatan, kita tidak dapat berbuat apa2… minimal kita bertahan agar jangan jatuh. Kalau jatuh bahaya

Jadi kesimpulannya, musibah ini terjadi di jalan menuju jamarat, karena desak2an dg kondisi spt yg saya sebutkan tadi.

Jadi akumulasi kepadatang luar biasa, keletihan, suhu sangat panas, penyempitan jalan,dan  sebagian krn memaksakan dn tdk taat aturan…

Betapapun ini adalah musibah, kita terima dgn ridha, tapi masalah evaluasi harus dilakukan, jk terbukt ada kelalaian harus dijathi hukuman.

(Manhajuna/AFS)

(Visited 806 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Rajab, Sya’ban dan Ramadhan

Manhajuna – Bulan rajab baru saja datang, dan berlalu tanpa terasa. Setelahnya adalah sya’ban, kemudian bulan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *