Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Kajian / Ilmu Menuntut Pengamalan
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Ilmu Menuntut Pengamalan

Ilmu yang tidak diamalkan dicela oleh Allah, Rasul-Nya dan kaum mukminin. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.” (QS. Ash-Shaf: 2-3)

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata, “Perumpamaan ilmu yang tidak diamalkan seperti harta yang tidak dinafkahkan di jalan Allah.” Al Fudhail rahimahullah berkata, “Seorang alim masih dianggap bodoh atas apa yang ia ketahui, sehingga ia mengamalkannya.” Malik bin Dinar rahimahullah berkata, “Anda jumpai seseorang yang tidak pernah keliru sedikitpun dalam bicara, namun seluruh perbuatannya tidak lepas dari kekeliruan.”

Sungguh, para sahabat Nabi salallahu ‘alayhi wa sallam mempelajari Al-Qur’an dari Rasulullah sepuluh ayat, maka mereka tidak menambah lagi sepuluh ayat lain sehingga mereka mengetahui tentang ilmu dan amal yang terkandung di dalamnya. Mereka mengatakan, “Maka kami mengetahui ilmu dan pengamalannya.” Sebagaimana hal itu dianjurkan oleh syariat. Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma dalam menafsirkan firman Allah: “Mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya.” (QS. Al-Baqarah: 121), ia berkata: yakni mengikutinya dengan sebenar-benarnya.

Al Fudhail rahimahullah berkata, “Sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan hanyalah untuk diamalkan, maka orang-orang menjadikan bacaannya sebagai pengamalan.”

Sungguh para shalihin dari umat ini, mereka tidak mempelajari sesuatu kecuali berlomba-lomba untuk menerapkan dan mendakwahkannya, sebagai bentuk pelaksanaan sabda Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam, “Jika aku perintahkan kepadamu tentang sesuatu maka lakukanlah sesuai dengan kemampuanmu, dan apa yang aku larang kepadamu maka tinggalkanlah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dan karena takut kepada siksa Allah yang pedih, sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Maka hendaklah  orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An-Nur: 63)

Diantara contoh tentang hal ini

Ummul mukminin Ummu Habibah radhiallahu ‘anha meriwayatkan hadits: “Siapa saja shalat dua belas rakaat dalam sehari semalam, maka akan dibangunkan untuknya dengan shalat-shalat itu rumah di surga.” (HR. Muslim) Ummu Habibah berkata, “Aku pun tidak pernah meninggalkannya, semenjak aku mendengarnya dari Rasulullah salallahu ‘alahi wa sallam.”

Ibnu Umar radhiallahu ‘anhu meriwayatkan hadits: “Tidaklah hak bagi seorang muslim mempunyai sesuatu yang dapat diwasiatkan menginap selama tiga malam kecuali wasiatnya tertulis di sisinya.” (HR. Muslim) Kemudian Ibnu Umar berkata, “Tidaklah lewat bagiku satu malam semenjak aku mendengar Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam mengatakan hal itu, melainkan wasiatku ada di sisiku.”

Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Aku tidak menulis suatu hadits kecuali aku telah mengamalkannya, sehingga pernah aku mendapati hadits bahwa Nabi berbekam dan memberikan kepada Abu Thaibah uang satu dinar, maka aku pun memberikan kepada tukang bekam uang satu dinar ketika aku berbekam.”

Imam Al-Bukhari rahimahullah berkata, “Aku tidak pernah melakukan ghibah terhadap seorangpun setelah aku mendengar bahwa ghibah itu haram. Sungguh, aku berharap berjumpa dengan Allah dan Dia tidak menghisabku bahwa aku telah melakukan ghibah terhadap seseorang.”

Dinyatakan dalam Hadits: “Siapa membaca ayat kursi setiap usai shalat, tidak ada yang mencegahnya masuk ke surga kecuali ia mati. ” (HR. As-Sunan Al-Kubra) Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, “Telah sampai kepadaku bahwa Syaikhul Islam berkata, “Aku tidak pernah meninggalkannya setiap usai shalat kecuali karena lupa atau sebab lainnya.”

Setelah ilmu dan amal, maka harus dakwah kepada nikmat yang telah Allah karuniakan kepada Anda, dan janganlah Anda menahan diri dari ganjaran dan orang lain dari kebaikan. Nabi salallahu ‘alayhi wa sallam bersabda: “Siapa saja menunjukkan pada kebaikan, maka baginya seperti pahala orang yang melakukan kebaikan itu.” (HR. Muslim) Sabda Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Muslim) Dan sabda Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam juga, “Sampaikan dariku walau hanya satu ayat.”

Semakin banyak Anda menebarkan kebaikan, maka semakin banyak dan besar pula pahala Anda, dan kebaikan itu akan terus mengalir pahalanya bagi Anda ketika masih hidup dan sesudah mati. Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Jika manusia mati maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak yang shalih yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

Kita membaca surat Al-Fatihah lebih dari tujuh belas kali dalam sehari semalam. Dalam bacaan itu kita memohon perlindungan dari, “jalan orang-orang yang dimurkai (Yahudi)” dan “jalan mereka yang sesat (Nasrani).” Kemudian kita meniru dan menyerupai mereka dalam perbuatan mereka. Kita meninggalkan belajar untuk beramal atas dasar kebodohan, maka kita serupa dengan orang-orang Nasrani yang sesat. Atau kita belajar dan tidak mengamalkannya, maka kita serupa dengan orang-orang Yahudi yang dimurkai.

Kami memohon kepada Allah, semoga menganugerahi kepada kami dan Anda ilmu yang bermanfaat dan amal shalih.

Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan dan kekasih kita Muhammad salallahu ‘alayhi wa sallam beserta keluarga dan para sahabatnya.

Sumber: Tafsir Al-‘Usyr Al-Akhir dari Al-Qur’an Al Karim juz (28,29,30) disertai Hukum-hukum penting bagi seorang muslim. www.tafseer.info

(Manhajuna/IAN)

(Visited 797 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Tiada Henti Belajar Membaca Al-Qur’an

Tak boleh ada kata akhir dalam belajar. Tak boleh ada kata puas dalam menuntut ilmu. …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *