Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Kolom / Tiada Henti Belajar Membaca Al-Qur’an
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Tiada Henti Belajar Membaca Al-Qur’an

Tak boleh ada kata akhir dalam belajar. Tak boleh ada kata puas dalam menuntut ilmu. Ia harus terus bergulir semenjak kita di timangan, hingga nanti terbaring di kuburan. Apalagi belajar Al-Quran, dengan segala sisi dan tahapannya.

Dulu sepanjang empat tahun kuliah, selama delapan kali berganti dosen Al-Qur’an, tak pernah ada yang menyalahkan Tajwid atau Makhorijul Khuruf saya saat tasmi’ hafalan. Mulus tanpa hambatan.

Lalu saat ikut Halaqoh Tahfidz di Masjid Nabawi, sang Musyrif mengatakan bacaan saya sudah bagus. Bahkan kemudian saya diminta menjadi asisten beliau untuk menyimak hafalan murid yang lain.

Pun begitu saat tasmi’ untuk mengambil sanad dari seorang Syeikh senior asal Bukhara, yang punya halaqoh di samping Raudhah. Beliau hanya mengingatkan untuk lebih disiplin dalam Mad Wajib Muttashil. Tak ada cara baca yang disalahkan.

Dalam kitab Hilyah Tholibil ‘Ilmi, Syekh Bakr Abu Zaid mengingatkan, “Dikatakan bahwa sesungguhnya ilmu itu terdiri dari tiga jengkal. Jika seseorang telah menapaki jengkal yang pertama, maka dia akan menjadi tinggi hati (takabbur)”.

Beliau melanjutkan, “Kemudian, apabila dia telah menapaki jengkal yang kedua, maka dia pun menjadi rendah hati (tawadhu’). Dan bilamana dia telah menapaki jengkal yang ketiga, barulah dia tahu bahwa ternyata dia tidak tahu apa-apa”.

Bahkan saat ujian Al-Quran untuk masuk S3 (hafalan 10 juz), sang penguji sampai bertanya, “Masya Alloh, apakah Antum lulusan fakultas Al-Qur’an?”. Ketika itu saya cuma diminta membaca satu halaman, lalu ujian pun dicukupkan dan dipersilakan keluar ruangan.

Hingga ketika kemarin pagi di Masjid Nabawi, seusai ikut kajian kitab Ma’arijul Qabul, saya tertarik bergabung duduk di sebuah halaqoh Al-Quran. Sambil menunggu istri selesai Tahfidz, saya pikir tak ada salahnya kembali menguji bacaan.

Tak dinyana, baru mulai membaca awal Ta’awudz saja, saya langsung disalahkan. Bahkan baru membaca setengah Al-Fatihah, saya sudah melakukan delapan belas kesalahan. Terutama dalam Makhorijul Khuruf.

Beberapa hal yang selama ini saya anggap benar ternyata salah. Seolah saya seperti anak TK yang baru belajar membaca. Sampai-sampai sang Syekh menyuruh saya untuk belajar lagi huruf Hijaiyah dari awal.

Beliau adalah Syekh Abdul Aziz Abu ‘Ishom, seorang pengajar Al-Qur’an spesialis Makhorijul Khuruf di Masjid Nabawi. Pria keturunan Urdu ini, ternyata adalah pengarang kitab At-Thoriq As-Shohih Li Makhorijil Khuruf.

Abu ‘Ishom mengingatkan, Al-Qur’an itu harus dibaca sebagaimana dulu diturunkan. Termasuk dalam pengucapan huruf-hurufnya. Kata beliau, tidak sedikit dari kalangan Ulama, Imam, Huffadz, bahkan pemegang sanad Al-Qur’an, yang bacaannya masih perlu perbaikan.

Beliau memang terkesan agak galak. Semua murid yang kurang pas dalam membaca akan “disemprot” habis-habisan. Sampai ada beberapa murid yang mundur teratur. Namun karena merasa banyak istifadah, saya telah bertekad untuk rutin hadir di halaqohnya tiap pagi.

Dalam kitab Hilyah Tholibil ‘Ilmi, Syekh Bakr Abu Zaid mengingatkan, “Dikatakan bahwa sesungguhnya ilmu itu terdiri dari tiga jengkal. Jika seseorang telah menapaki jengkal yang pertama, maka dia akan menjadi tinggi hati (takabbur)”.

Beliau melanjutkan, “Kemudian, apabila dia telah menapaki jengkal yang kedua, maka dia pun menjadi rendah hati (tawadhu’). Dan bilamana dia telah menapaki jengkal yang ketiga, barulah dia tahu bahwa ternyata dia tidak tahu apa-apa”.

(Manhajuna/IAN)

Ust. Hakimuddin Salim, Lc. MA.

Mahasiswa Doktoral at Universitas Islam Madinah
Ustadz asal Klaten yang sehari-hari akrab dipanggil ustadz Hakim ini, sekarang sedang menyelesaikan studi doktoral di Universitas Islam Madinah. Selain aktif di Yayasan Islamic Center Ibnu Abbas, beliau juga aktif menjadi penceramah dan penulis di beberapa media.
Ust. Hakimuddin Salim, Lc. MA.

Latest posts by Ust. Hakimuddin Salim, Lc. MA. (see all)

    (Visited 871 times, 1 visits today)

    Beri Komentar (via FB)

    http://bursanurulfikri.com/

    Lihat Juga:

    Raih Summa Cumlaude, Ustadz Muda Ini Menjadi Doktor Tarbiyah Pertama dari Asia Tenggara

    Pada 18 Desember 2019, Hakimuddin Salim berhasil mempertahankan disertasinya di hadapan para penguji di Universitas …

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *