Beberapa potongan bait matan Syathibiyyah, yang ditulis oleh imam besar dunia Islam, yang para ulama tidak berselisih pendapat terhadap kewaliyannya, Abul Qasim bin Firruh Ar-Ru’ainy Al-Andalusy, kita kenal dengan imam Syathibi -Rahimahullahutaala- pada bab khutbatul kitab,
وهٰذا زَمانُ الصَّبْرِ مَن لَّكَ بِالَّتِي كَقبْضٍ على جَمْرٍ فَتَنْجُوْا مِنَ الْبَلاَ
Sejak 850 tahun lalu, beliau seolah bilang ;
“Terus sabar ya, terus istiqomah ya,
meskipun rasanya seperti memegang bara api, tapi dengan sabar kamu bisa selamat.”
Beliau -Rahimahullahutaala- disini mengisyaratkan, bahwa zaman yang berat itu beliau pun merasakan, dimana kemungkaran sudah menjadi hal biasa, dan yang benar menjadi hal sesuatu tabu, aneh, dan tidak biasa.
Tidak ada hal lain bagi kita, kecuali tetap bersabar dalam kebenaran & ketaatan yang kita pegang dan kita jalani, meskipun itu sangat berat, karena hanya dengan sabar, dengan hal tersebut kita bisa selamat.
وَلَوْ أَنَّ عَيْنًا سَاعَدَتْ لَتَوَكَّفَت سَحَائِبُهَا بِالدَّمْعِ دِيمًا وَهُطَّلَا
“Andai mata bisa berbuat semaunya, maka ia akan selalu mengalir deras karena takut kepada Allah.”
ولٰكِنَّهَا عَن قَسْوَةِ القَلْبِ قَحْطُهَا فَيَا ضَيْعَةَ الأَعْمَارِ تَمْشِي سَبَهْلَلَا
“Akan tetapi, hati yang keras menyumbat air mata untuk menangis, tertutup oleh gumpalan dosa sehingga sulit mendapatnya siraman hidayah, jadi sulit menangis dan banyak tertawa, maka sungguh merugilah orang-orang yang membiarkan umurnya habis begitu saja.”
بِنَفْسِي مَنِ اسْتَهْدَى إِلَى اللهِ وَحْدَهُ وكانَ له القرآنُ شِرْبًا ًوَمَغْسِلَا
“Maka, mintalah petunjuk hanya kepada Allah, dan cucilah gumpalan dosa yang menyelimuti hati dengan Al-Qur’an, karena sungguh hanya Al-Qur’an yang bisa menyiram dan menyucikan hati.”
Sudah berapa lama mata kita tidak meneteskan air mata ketika baca Qur’an? Dalam sujud? Dalam shalat? Ketika menghafal?
Mungkin diantara sebab air mata sulit mengalir, karena hati kita sudah kering, dia diselimuti dosa yang tebal, dia sangat butuh disiram dan dibersihkan dengan Al-Qur’an.
Letakkan Al-Quran di hatimu, kawan. Mushaf boleh hilang, tetapi Al-Quran yang ada di hatimu, jangan biarkan dia pergi, berjanjilah.
Penulis : Muhammad Ammar Al-Amudi
Manhajuna Ilmu dan Inspirasi Islam