Oleh: Ustadz Abdullah Haidir, Lc
Kecewa sering dialami dalam kehidupan setiap manusia. Ada yang kecewa studinya gagal, ada yang kecewa tidak dapat menikahi gadis pujaannya, dan ada juga yang kecewa karena capresnya ngga terpilih. Kekecewaan tentu saja kondisi yang tidak disukai setiap orang. Karenanya kecewa sering berbanding lurus dengan tindakan negatif seseorang; bisa marah-marah tak karuan, menghardik, memutuskan hubungan, hingga gantung diri.
Namun sebagai seorang muslim, kekecewaan tidak harus selalu identik dengan tindakan negatif. Karena jika kekecewaan adalah bagian yang tidak dapat kita hindari dari kehidupan, maka tidak ada gunanya jika kita sekedar meratapi kekecewaan tersebut, tapi justru kita dituntut bagaimana mengelolalnya hingga hal tersebut mendatangkan kebaikan pada diri kita.
Nyatanya kekecewaan mendidik kita berbagai hal, di antaranya:
- Kita dilatih untuk memiliki self control (kontrol diri) yang kuat,
- Kita dituntut untuk semakin memahami realita yang ada untuk kemudian menentukan langkah antisipatif dimasa mendatang,
- Kitapun diajarkan untuk tidak memandang sesuatu dari satu sisi saja, karena ternyata banyak sisi lain yang selama ini terhalang dari pandangan kita namun sesungguhnya memiliki potensi tertentu.
- Lebih dari itu, dengan motivasi keimanan, kekecewaan membuat kita lebih khusyu’ mohon kepada Allah untuk mengobati kekecewaan tersebut.
Dalam sejarah para Nabi, ada Nabi Yunus alaihissalam yang kecewa dengan umatnya yang tidak juga beriman setelah dia bersungguh-sungguh menyampaikan dakwah kepada mereka untuk beribadah kepada Allah semata. Maka dia lampiaskan kekecewaannya tersebut dengan meninggalkan penduduk negeri itu. Padahal sepeninggal dia, penduduk negeri tersebut kemudian bertaubat dan beribadah dengan baik kepada Allah. Adapun Nabi Yunus akhirnya Allah uji dengan dimakan ikan hiu yang membawanya ke dasar lautan. Maka Nabi Yunus menyesali sikapnya dan mohon ampun kepada Allah. Hal tersebut kemudian diabadikan dalam Al-Quran,
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ (سورة الأنبياء: ٨٧)
“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya: 87)
Karena itu, tindakan negatif dari kekecewaan yang kita hadapi dapat dirubah dengan tindakan positif manakala kita kelola dengan baik. Jadi, jangan terlalu kecewa dengan kekecewaan anda, karena hal itu akan membuat anda semakin kecewa. Nikmatilah keindahan hidup ini dengan sikap positif dalam berbagai kondisi.
Baca Juga: Bagaimana Bersikap Saat Dilanda Kecewa
(Manhajuna/IAN)