- Bismillah… Saya mau twit menanggapi kultwit @sahaL_AS “Imam Ghazali ttg Pemimpin Kafir yg Adil”. By @sahal_AS cc @abdullahhaidir1 Semoga Allah berkahi.
- Twit @Sahal_AS adalah tanggapan dari tulisan saya di manhajuna.com, Sumber Ungkapan “Pemimpin Kafir Yang Adil Lebih Baik Dari Pemimpin Muslim Yang Zalim”
- Tulisan saya tersebut mengulas sumber pernyataan yang beredar akhir-akhir ini bahwa pemimpin kafir yang adil lebih baik dari pemimpin muslim yang zalim.
- Intinya, itu adalah ucapan ulama syiah; Ali Ath-Thawus yang justeru bersumber dari buku orang syiah sendiri.
- Disamping pernyataan tersebut bermasalah, yang berat lagi banyak orang memahaminya bahwa itu adalah perkataan Ali bin Abi Thalib.
- Karena yang beredar disebutkan sebagai perkataan Ali ra. Sehingga masyarakat menangkap, itu adalah Ali bin Abi Thalib, padahal bukan.
- Bahkan tidak sedikit yang terang-terangan menyatakan bahwa itu adalah ucapan Ali bin Abi Thalib. Padahal beliau tidak mengatakan demikian.
- Apalagi pernyataan ini secara masif disebarkan berbarengan dengan isu pilkada DKI. You know lah, kemana arah yang ingin dituju.
- Seakan ingin menggiring alam bawah sadar masyarakat untuk jangan percaya kepada pemimpin muslim, semuanya maling dan korup. Sementara calon non muslim yang mereka jagokan sudah dipastikan orang bersih, tidak korup…. Walaupun kasus Sumber Waras membayang-bayang..
- Lalu terjadilah sedikit dialog saya dengan sahal seperti ini… Saya minta dia buktikan kalau Ghazali bicara seperti itu.
- Sampai akhirnya keluarlah kultwit @Sahal_AS di atas. Ternyata dia tidak dapat membuktikan bahwa Al-Ghazali mengucapkan redaksi serupa.
- Dia malah menuding bahwa saya berpendapat orang kafir tidak mungkin bisa adil. Padahal saya tidak pernah mengatakan demikian dalam tulisan saya.
- Bahkan beberapa saat sebelumnya saya sudah ngetwit bahwa bisa saja orang kafir adil dalam tataran sosial dan realitas.
- Tapi dalam perspektif keimanan, mereka tidak mungkin adil, karena kesyirikan adalah kezaliman bahkan kezaliman paling besar. Itu kata Al-Qur’an…
- Kalau sekedar bikin tudingan sepihak, saya juga bisa, misalnya bilang bahwa bagi sahal, cuma Ahok yang bisa adil, lawan Ahok adalah zalim.
- Adapun ucapan @sahal_AS bahwa saya benci syiah, Iya! Bagaimana saya tidak benci dengan orang yang membenci ibunda saya dan ibunda orang beriman;
- Bagaimana saya tidak benci kepada orang-orang yang membenci mereka yang sangat dicintai Rasulullah? Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dan lainnya, Radhiyallahu ‘anhum.
- Kalau @sahal_AS tidak suka kepada orang yang tidak suka sama Ahok, mengapa saya tidak boleh tidak suka kepada orang yang membenci Abu Bakar dan Aisyah?
- Kalau @sahal_AS boleh anti wahabi, mengapa saya tidak boleh anti syiah?
- Terkait keraguan @sahal_AS bahwa ungkapan tersebut berasal dari tokoh syiah seraya dia meragukan fakta sejarahnya, silahkan dianalisa.
- Yang jelas saya dapatkan itu di buku kaum syiah dan bahkan mereka jadikan rujukan. Ali Ath-Thawus sendiri diagung-agungkan oleh kalangan syiah.
- Bahkan hingga kini, sejak tulisan saya diposting, belum saya dapatkan dari orang syiah yang membantah kalau itu ucapan tokoh syiah.
- Eh justeru malah @sahal_AS pasang badan dan cawe-cawe membantahnya. Ente bukan syiah, kan?
- Soal apa perlunya Hulagu Khan minta fatwa kepada para ulama, padahal dia kafir dan zalim? Bisa sekali.
- Dia ingin mendapatkan legitimasi dari para ulama agar diterima masyarakat Baghdad. Bahwa walaupun kafir, tapi dia adil…..menurutnya.
- Sekarang pun ada penguasa yang membantai ribuan rakyatnya dan disorot oleh media dunia, lalu dia tampil seakan-akan menjadi juru selamat…
- Lalu tanpa merasa berdosa sama sekali dia berlagak kayak orang paling bersih. Bahkan ada pula ulama yang mengangguk-anggukkan kepalanya…
- Di negeri ini juga ada, pemimpin daerah yang bicaranya sangat kotor dan menjijikkan, lalu ada orang yang berkomentar, dia pemimpin berakhlak 🙂
- Kini kita bicarakan tentang ucapan Al-Ghazali yang dikutip oleh @Sahal_AS. Ternyata dugaan saya meleset.
- Ternyata yang ada adalah interpretasi @sahaL_AS atas ucapan Al-Ghazali yang disimpulkan sama dengan ucapan Ali Ath-Thawus di atas…
- Kalau sudah ranah interpretasi sih, bisa-bisa saja… Jangankan Al-Ghazali, ayat-ayat Al-Qur’an saja bisa diinterpretasikan macam-macam sesuai selera (hawa nafsu).
- Terkait kitab Al-Ghazali yang dirujuk Sahal, yaitu At-Tibrul Masbuk Fi Nashihatil Muluk… Ada hal menarik bagaimana ‘pandainya’ beliau..
- Kitab ini substansinya adalah nasehat untuk para penguasa dan pejabat terkait tanggung jawab dan amanah mereka. Pesannya sangat bagus..
- Di dalamnya disebutkan sifat-sifat yang harus dimiliki pemimpin. Banyak ayat, hadits, dan kisah-kisah yang menarik untuk menjelaskan apa yang beliau sampaikan.
- Tapi sayangnya Sahal tidak utuh menjelaskan kitab ini. Moga bukan kesengajaan. Sebab kalau ada kesengajaan, itu manipulasi namanya..
- Memang, Al-Ghazali berbicara sangat dalam pada masalah sifat adil bagi seorang pemimpin dalam kitab tersebut. Tapi….. Ada tapinya nih… 🙂
- Tapi, sebelum bicara soal keadilan, Al-Ghazali telah berbicara tentang keimanan. Silahkan cek daftar isinya. paham kan? 🙂
- Di dalamnya Al-Ghazali menyebutkan beberapa prinsip aqidah yang merupakan pokok keimanan, seperti tentang sifat-sifat Allah, hari akhir, dan Rasulullah saw.
- Maka saya berkesimpulan, bahwa nasehat Al-Ghazali ini ditujukan kepada penguasa muslim yang mengingatkan mereka prinsip keimanan sebelum keadilan.
- Bahkan ketika mulai membahas prinsip keadilan, Al-Ghazali mengawalinya dengan mengatakan, bahwa siapa yang tidak menunaikan amanah kekuasaan, akan sengsara yang tidak ada lagi kesengsaraan sesudahnya kecuali kufur kepada Allah…
- Maksudnya adalah kezaliman menyebabkan kesengsaraan yang sangat berat, namun puncak kesengsaraan adalah kufur kepada Allah. Inilah iman.
- Mengapa @sahal_AS tidak sebutkan masalah prinsip keimanan ini? Wallahu a’lam, saya ga berani interpretasi terlalu jauh.
- Tapi begitulah, jangankan terhadap Al-Ghazali, terhadap Al-Qur’an saja dia bisa diskriminatif, pilih-pilih ayat yang dia suka. Yang tidak suka, ga disebut-sebut..
- Saya masih ingat bagaimana gagahnya sahal mengutip ayat surat Al-Maidah: 6. “Untuk tiap umat di antara kalian, kami berikan jalan dan aturan.”
- Lalu menggiring opini yang mengesankan bahwa semua agama dari Allah… dan berikutnya, orang akan berkesimpulan, karena semua dari Allah, semua benar.
- Sementara, dia tidak pernah kutip surat Ali Imran: 19 dan 85 yang jelas-jelas menunjukkan bahwa hanya Islam agama yang benar dan selainnya tidak diterima.
- Begitulah orang kalau ada maunya, yang suka dia ambil, yang ga suka dia umpetin. Ini juga terjadi kepada Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah…
- @Sahal_AS tak canggung-canggung mengutip ucapan Ibnu Taimiyah “Allah akan menolong negeri adil yang kafir dan tidak menolong negeri zalim yang beriman.”
- Padahal You Know Lah pandangan kaum liberal terhadap Ibnu Taimiyah bermacam-macam julukannya; Mbahnya wahabi, radikal, ekstrim… ngga ada baiknya deh.
- Semua demi mendukung teori mereka. Tak apa comot sana sini, dioplos-oplos…
- Adapun perkataan Al-Ghazali yang mengutip hadits “Kekuasaan akan langgeng bersama kekufuran, tapi tidak langgeng bersama kezaliman.”
- Pertama hadits ini harus dilihat dulu derajatnya, shahih atau tidak… Saya malah menduga ini bukan hadits… Cari sana-sini ga dapet…
- Al-Ghazali, tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada beliau, memang sering dikritik tidak selektif dalam menyebutkan riwayat-riwayat dalam kitab-kitabnya.
- Okelah, kita pahami saja apakah ungkapan ini sama maknanya dengan ungkapan bahwa pemimpin kafir yang adil lebih baik dari pemimpin muslim yang zalim.
- Saya malah melihat tidak ada kaitannya sama sekali. Inti dari perkataan tersebut adalah bahwa sebab-sebab kauni, jika terpenuhi, hasilnya akan sesuai.
- Dalam masalah ini tidak dilihat apakah beriman atau tidak, kafir atau mukmin, Allah akan berikan sesuai dengan sebab-sebab kauninya..
- Contoh, ingin pinter, ya belajar. Apakah beriman atau kafir. Beriman, kalau ngga belajar, ya bodoh. Kafir, jika belajar, ya pinter.
- Tapi jangan lalu disimpulkan, ga penting soal iman, yang penting belajar agar pinter. Atau kufur tidak masalah, yang penting belajar agar pinter.
- Begitu juga soal kekuasaan. Walaupun penguasanya beriman, kalau dia zalim maka kekuasaannya akan runtuh.
- Sebaliknya, walaupun pemimpinnya kafir, tapi dia adil, maka kekuasaannya akan langgeng.
- Tapi jgn lalu disimpulkan, ga penting iman dalam masalah kepemimpinan, yang penting adil. Atau tidak masalah pemimpin kafir, yang penting adil.
- Jadi kesimpulan saya, sahal setengah “mencatut” ungkapan Al-Ghazali, tidak utuh. Kesimpulan yang ditarik pun tidak nyambung…
- Adapun dua hadits berikutnya yang dikutip sahal, juga tidak ada dasarnya.
- Hadits Nabi bahwa aku dilahirkan pada masa pemimpin yang adil, Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman mengatakan bahwa riwayat tersebut diriwayatkan oleh orang-orang yang bodoh terhadap Rasulullah saw. Al-Albani mengatakan hadits itu ngga ada dasarnya.
- Begitu juga dengan hadits ketiga…. Ngga ada dasarnya…. Tolong mas @sahal_AS cek lagi status hadits tersebut… beliau kan pinter ilmu hadits..
- Udah ya tweeps… Sampai disini… Semoga Allah berikan kita pemahaman yang utuh dan pandai menata hati untuk tunduk terhadap ajaran-Nya…
(Manhajuna/GAA)
Ust. Abdullah Haidir, Lc.
Pembina at Manhajuna.com
Alumni Syariah LIPIA ini adalah pengasuh utama manhajuna.com. Setelah 15 tahun menjadi Penerjemah dan Penyuluh Agama (Da'i) di Kantor Jaliyat Sulay, Riyadh, beliau memutuskan pulang mengabdikan diri di tanah air. Kini selain tetap aktif menulis dan ceramah di berbagai kesempatan, ustadz humoris asal Depok ini juga tergabung dalam mengelola Sharia Cunsulting Center.
Latest posts by Ust. Abdullah Haidir, Lc. (see all)
(Visited 5.295 times, 1 visits today)