Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Kolom / Khutbah Jum’at: Mewujudkan Negeri Yang Aman
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Khutbah Jum’at: Mewujudkan Negeri Yang Aman

Oleh Ustadz Abdullah Haidir, Lc.

musim_panas

الْحَمْدُ للهِ، الحَمْدُ للهِ الَّذِي أَنْعَمَنَا بالإِيمَانِ وَالأَمَانِ ، وَرَزَقَنَا بِالإِسْلاَمِ وَالسَّلاَمِ ، وَأَلْهَمَنَا بِالْهُدَى وَالْفُرْقَانِ  .  نَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَه، أَدَّى اْلأَمَانَة وَبَلَّغَ الرِّسَالَة وَنَصَحَ لِهَذِهِ الأُمَّة حَتَّى تَرَكَنَا عَلَى الْمَهَجَّةِ الْبَيْضَاء لَيْلًهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا إِلاَّ هَالِك . فَصَلَوَاتُ الله وَسَلاَمُهُ عَلَيه ، وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِين وَعَلَى أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِين ، وَعَلَى الصَّحَابَةِ والتَّابِعِين، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَان إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أَمَّا بَعْدُ

Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah, marilah kita nasehati diri kita untuk selalu menjaga dan menumbuhkan ketakwaan kita kepada Allah, sebagai sebaik-baik bekal dalam kehidupan dan sumber keamanan, baik di dunia maupun di akhirat.

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah…

Di antara nikmat terbesar dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa adalah lahirnya rasa aman di tengah masyarakat. Bahkan, nikmat ini sangat menentukan nikmat-nikmat lainnya. Bayangkan, apalah arti rumah besar, makanan berlimpah, kendaraan mewah dan segala fasilitas kehidupan lainnya kalau ternyata negeri tempat kita tinggal tidak aman, kacau dan tidak terkendali.

Bagaimana melahirkan rasa aman di tengah masyarakat? Bagaimana mewujudkan negeri yang aman?

Allah dan RasulNya memberikan kita beberapa resep yang jelas untuk mewujudkan negeri yang aman.

Pertama; Beriman kepada Allah dan tidak menyekutukannya

Allah Taala berfirman dalam surat Al-An’am ayat 82:

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Iman dan aman dalam bahasa Arab adalah satu akar kata, dan ternyata memang memiliki hubungan yang sangat erat, karena iman melahirkan keamanan.

Mengapa demikian?

Karena iman yang benar akan membentuk pribadi takwa yang taat dan patuh kepada Allah, dan ketakwaan akan mengundang penjagaan dan perlindungan Allah kepada hambaNya.

Rasulullah saw bersabda dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Tirmizi,

احْفَظِ اللَّهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللَّهَ تَجِدْهُ أمَامَكَ

“Jagalah Allah (maksudnya tunaikan kewajiban-kewajiban Allah dan tinggalkan larangan-laranganNya), maka Allah akan menjagama. Jagalah Allah, maka Dia akan berada di depanMu (menolong dan melindungi).” (HR. Tirmizi)

Di sisi lain, keimanan yang benar akan membentuk jiwa seseorang untuk selalu merasa terpantau dan dinilai oleh Allah Taala. Lalu dia meyakini bahwa setiap perbuatan, apapun perbuatannya, pasti akan ada balasannya, yang baik dengan kebaikan, yang buruk dengan keburukan.  Walau pun tak ada mata yg melihatnya, tidak ada atasan yang memonitornya, atau tidak ada aparat yang mengancamnya, sikap lakunya tetap terkontrol, karena dia yakin ada Allah yang maha melihat dan maha mengawasi dan akan membalas setiap perbuatannya.

Maka para hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah….. dalam kontek ajaran Islam, menginginkan keamanan dan ketentraman dalam kehidpan bermasyarakat  harus berbanding lurus dengan upaya menumbuhsuburkan nilai-nilai keimanan dalam sendi-sendi kehidupan, baik dalam  ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat hingga bernegara. Atau dari sudut pandang lain, upaya menumbuhkan keimanan di tengah masyarakat harus dinilai sebagai upaya yang erat kaitannya dalam menciptakan keamanan dan ketentraman dalam sebuah masyarkat, karena itu harus diapresiasi bukan dicurgai, dipermudah, bukan dipersulit.

Kedua; Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Jika kita sepakat bahwa nilai-nilai keimanan mutlak dibutuhkan untuk ciptakan keamanan, maka berikutnya, perkara penting untuk mewujudkannya adalah adanya amar ma’ruf nahi munkar. Sebab manusia bukanlah malaikat yang selalu taat dan patuh, potensi enggan berbuat kebaikan dan ingin berbuat pelanggaran akan selalu ada.

Di sinilah dibutuhkan amar ma’ruf nahi munkar, sebagai perangkat untuk memotivasi amal saleh, kebaikan dan hal-hal positif. Di sisi lain, menjadi perangkat yang dibutuhkan untuk memberikan peringatan, warning hingga ancaman bagi setiap kemunkaran dan  tindakan pelanggaran. Lebih khusus dalam hal ini adalah masalah mencegah kemunkaran.

Dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah saw mengumpamakan masalah ini dengan suatu kaum yang naik kapal laut, sebagian penumpang berada di atas, sebagian lagi berada di bawah. Lalu ada di antara penumpang di bawah yang ingin melubangi perahu dengan alasan tertentu, maka kata Rasulullah,

فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا، وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا، وَنَجَوْا جَمِيعًا

“Jika mereka biarkan apa yang dia inginkan, mereka akan binasa semua. Jika mereka ambil tindakan mencegahnya, maka mereka yang dibawah dan yang diatas akan selamat semuanya.” (HR. Bukhari)

Sepintas, kadang memang terasa berat atau bahkan kadang merasa tersinggung apabila ada orang yang memerintahkan kita akan suatu perbuatan atau melarang kita dari suatu perbuatan. Namun sejatinya, jika hal itu dilakukan dengan tulus, dan perbuatan tersebut memang nyata diperintahkan atau dilarang dalam syariat Islam, maka orang yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar, hakekatnya adalah orang yang cinta kepada kita dan hendak menolong kita agar selamat.

Dalam hadits riwayat Bukhari, Rasulullah saw bersabda,

انْصُرْ أخَاكَ ظَالِماً أَوْ مَظْلُوماً

“Tolonglah saudaramu baik dia berbuat zalim atau dizalimi.”

Maka salah seorang sahabat bertanya,

يَا رَسُولَ اللَّهِ ، أَنْصُرُهُ إِذَا كَانَ مَظْلُومًا أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا ، كَيْفَ أَنْصُرُهُ؟

“Wahai Rasulullah, aku akan menolongnya jika dia dizalimi, bagaimana halnya jika dia berbuat zalim, bagaimana aku menolongnya?”

Maka Rasulullah saw menjawab,

تَمْنَعُهُ مِنَ الظُّلْمِ فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ

“Engkau cegah dia dari kezaliman, maka itu berarti engkau menolongnya.” (HR. Bukhari)

Karena itu, sejatinya kita senang jika ada orang yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar, bahkan semestinya, kita sedikit banyak memiliki peran dan kontribusi dalam hal tersebut sesuai dengan kapasitas masing-masing dan sesuai dengan cara yang kita mampu.

Para hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah taala……

Faktor ketiga yang dapat mewujudkan keamanan dan ketentraman di tengah masyarakat adalah ditegakkannya keadilan untuk semua kalangan tanpa pandang bulu.

Merupakan perkara aksiomatis dan mudah dicerna siapapun juga, bahwa jika keadilan ditegakkan untuk semua lapisan dan kalangan, secara khusus oleh pemimpin dan pihak-pihak yang berwenang di sebuah negeri, maka keamanan akan segera terwujud. Tapi sebaliknya, jika keadilan hilang, hukum hanya berlaku pada sebagian pihak  namun tidak pada pihak lainnya, tajam ke bawah tumpul ke atas, maka cepat atau lambat, suka atau tidak suka, keamanan dan ketentraman itu akan sirna di tengah masyarakat.

Suatu kali, sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, ada seorang wanita dari suku makhzumiah yang mencuri. Suku Makhzumiah adalah suku terpandang di tengah bangsa Arab ketika itu. Orang-orang dari suku itu ingin membujuk Rasulullah saw agar tidak menjatuhkan hukum kepada wanita tersebut. Ketika mengetahui hal tersebut, dengan nada marah beliau bersabda;

يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّمَا هَلَكَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ، وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ

“Wahai manusia, sesungguhnya binasanya umat sebelum kalian adalah karena apabila yang mencuri adalah orang-orang mulia di antara mereka, mereka biarkan orang itu. Namun jika pencurinya adalah orang lemah, mereka jatuhkan hukuman terhadapnya.”

Kemudian Rasulullah saw menyatakan suatu ungkapannya yang agung,

وَايْمُ اللَّهِ، لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ، لَقَطَعْتُ يَدَهَا

“Demi Allah, seandainya Fatimah binti Muhamad mencuri, sungguh akan aku potong tangannya.”

Dalam kitab Tarikhul Khulafa dikisahkan bahwa suatu kali gubernur Khurasan mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdu Aziz yang terkenal dengan keadilannya. Gubernur Khurasan ini minta izin kepada sang Khalifah untuk mengambil tindakan keras karena dia anggap rakyat di negeri ini berperangai buruk, menurutnya merkea hanya cocok dihadapi dengan pedang dan pecut. Apa jawab sang khalifah? Dengan singkat beliau menjawab,

كَذَبْتَ، بَلْ يُصْلِحُهُمُ الْعَدْلُ وَالْحَقُّ، فَابْسُطْ ذَلِكَ فِيهِمْ، وَالسَّلاَم.

“Engkau dusta (maksudnya, jika engkau mengatakan bahwa rakyatmu hanya bisa diatur dengan pecut dan pedang, maka engkau dusta), mereka justeru dapat diperbaiki dengan keadilan dan kebenaran. Wujudkan hal itu di hadapan mereka. Wassalam” (Tarikhul Khulafa, 1/181)

Karena itu, khalifah Umar bin Khattab, seorang pemimpin yang terkenal keadilannya, dapat tidur nenyak dan tenang di bawah pohon rindang tanpa didampingi para pengawal, bukan di istana dan bukan di  benteng yang kokoh. Hal mana sempat membuat heran Hurmuzan, utusan penguasa Persia saat datang ke Madinah dan melihat pemandangan seperti itu. Namun dia segera menemukan sebabnya; yaitu keadilan sang pemimpin, maka dia mengungkapkan kata-katanya yang sangat terkenal,

حَكَمْتَ ، فَعَدَلْتَ ، فَـأَمِنْتَ ، فَنِمْتَ يَا عُمَر

“Engkau berkuasa, lalu engkau adil, maka engkau merasa aman dan dapat tidur nyenyak wahai Umar.”

 

أقُولُ قَوْلي هَذَا   وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ   لي وَلَكُمْ،   فَاسْتغْفِرُوهُ   يَغْفِرْ لَكُمْ    إِنهُ هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ،  وَادْعُوهُ يَسْتجِبْ لَكُمْ   إِنهُ هُوَ البَرُّ الكَرِيْمُ..

________________________________________

 

الحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِينَ، يَذكُرُ مَنْ ذَكَرَهُ وَدَعَاهُ، وَيُعطِي المَزِيدَ مَنْ شَكَرَهُ وَرَجَاهُ، وَأشْهَدُ أَن لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ، إِمَامُ الذَّاكِرِينَ، وَسَيِّدُ المُستَغْفِرِينَ؛ r وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَعَلَى كُلِّ مَنِ اسْـتَنَّ بِسُنَّتِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ أَمَّا بَعْدُ،

Para hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah Taala.

Setiap kita sebagai orang beriman dan anggota masyarakat hendaknya punya kesadaran masing-masing untuk menciptakan keamanan di tengah masyarakat, dimulai dengan menanamkan nilai-nilai keimanan dalam diri, lalu menebarkannya di tengah keluarga dan  masyarakat dan kemudian meningkat dengan berupaya membantu dan berkontribusi bagi terwujudnya pemerintahan dan kepemimpinan adil yang dilandasi keimanan kepada Allah, sesuai dengan kapasitas masing-masing serta dengan berbagai cara dan sarana yang memungkinkan dan dibenarkan.

Semoga Allah berikan kita iman yang kuat serta keamanan dalam diri kita dan terhadap negeri kita, serta dijauhkan dari fitnah dan kejahatan orang-orang jahat. Begitupula negeri kita dan negeri-negeri Islam, semoga dijauhkan dari malapetaka dan dijauhkan dari orang-orang yang ingin menebar kerusakan di muka bumi.

هَذَا وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى إِمَامِ الْمُرْسَلِينَ، وَقَائِدِ الْغُرِّ الْمُحَجَّلِينَ، فَقَدْ أَمَرَكُمُ اللهُ تَعَالَى بِالصَّلاةِ وَالسَّلامِ عَلَيْهِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ حَيْثُ قَالَ عَزَّ قَائِلاً عَلِيمًا:  إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا .

اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلَّمْتَ عَلَى سَيِّدِنا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيمَ، فِي العَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِينَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِينَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ، وَعَنْ المُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ، وَالمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدُّعَاءِ.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُومًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُومًا، وَلا تَدَعْ فِينَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُومًا.

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلامَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ.

اللهم آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ وُلاَةَ أَمْرِنَا وَوَفِّقْهُم لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى ، اللهُمَّ وَلِّ عَلَينَا خِيَارَنَا وَلاَ تُوَلِّ عَلَيْنَا شِرَارَنَا ، اللَّهُمَّ لاَ تُسَلِّط عَلَيْنَا مَن لاَ يَخَافُكَ فِينَا وَلاَ يَرْحَمُنَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِين

اللَّهُمَّ أَدِمْ نِعْمَةَ الأَمْنِ وَالاِسْتِقْرَارِ فِي بِلاَدِنَا وَبِلاَدِ الْمُسْلِمِين اللهم مَنْ أَرَادَنَا وَبِلاَد الْمُسْلِمِينَ بِسُوءٍ فَأَشْغِلْهُ بِنَفْسِهِ وَاجْعَلْ كَيْدَهُ فِي نَحْرِهِ يَا حَيُّ يَا قَيُّوم يا سَمِيعَ الدُّعاَء

اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاءِ وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَرْزَاقِنَا يَا ذَا الجَلالِ وَالإِكْرَامِ.  رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى سَيدِنَا مُحَمدٍ وعَلَى آله وصَحْبِهِ وَسَلِّمْ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِين

عِبَادَ الله ….

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ….. فاذكر الله يذكركم واشكروا على نعمه يزدكم ولذكر الله أكبر والله يعلم ما تصنعون …..أقم الصلاة

(Manhajuna/AFS)

Ust. Abdullah Haidir, Lc.

Pembina at Manhajuna.com
Alumni Syariah LIPIA ini adalah pengasuh utama manhajuna.com. Setelah 15 tahun menjadi Penerjemah dan Penyuluh Agama (Da'i) di Kantor Jaliyat Sulay, Riyadh, beliau memutuskan pulang mengabdikan diri di tanah air. Kini selain tetap aktif menulis dan ceramah di berbagai kesempatan, ustadz humoris asal Depok ini juga tergabung dalam mengelola Sharia Cunsulting Center.
(Visited 1.627 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Tentang Qadha, Fidyah dan Kafarat Dalam Puasa

Oleh Ustadz Abdullah Haidir, Lc. Dalam masalah puasa, ada masalah qadha, fidyah dan kafarat. Bagaimana …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *