Oleh Janwar Nurdin
Radiasi adalah pemancaran dan perambatan gelombang yang membawa tenaga melalui ruang atau antara, misalnya pemancaran dan perambatan gelombang elektromagnetik, gelombang bunyi. Dalam bahasa sederhananya, radiasi bisa juga disebut penyinaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa radiasi bukan hanya radiasi nuklir, tetapi juga radiasi lain seperti gelombang radio, gelombang televisi, pancaran sinar matahari dan lain-lain. Banyak orang beranggapan bahwa kata radiasi hanya terkait dengan reaktor nuklir atau bom atom. Krisis Nuklir di Jepang yang diawali oleh bencana alam dan secara beruntun menyebabkan gagalnya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi telah membangkitkan ingatan banyak orang pada bencana akibat radiasi nuklir. Meskipun dalam Skala Kejadian Nuklir Internasional (The International Nuclear Event Scale, INES) ledakan di PLTN tersebut dinyatakan sama dengan kecelakaan PLTN Chernobyl di Ukraina 25 tahun lalu namun jumlah paparan radiasi zat radioaktifnya lebih sedikit.
Yang tidak banyak diketahui sesungguhnya adalah bahwa alam di sekitar kita juga merupakan pemancar radiasi, bahkan merupakan sumber radiasi satu-satunya bagi orang yang tidak bekerja dengan reaktor nuklir atau tidak terkena radiasi dari tindakan medis. Bahkan tanpa kita sadari tubuh kita sesungguhya juga terkena radiasi setiap hari. Sumber radiasi alami bersumber dari benda langit dalam tata surya dalam bentuk partikel berenergi tinggi (radiasi kosmis), sinar matahari, unsur radioaktif pada kulit bumi yang sudah ada sejak adanya bumi, serta makanan, minuman dan udara yang kita hirup. Bahkan tubuh manusia juga mengandung zat radioaktif, yaitu karbon-14, potasium-40, dan polonioum-210.
Radiasi benda-benda langit
Tak seorangpun penghuni bumi yang luput dari guyuran radiasi ini meskipun jumlahnya berbeda-beda berdasarkan lokasi dan ketinggiannya. Karena medan magnet bumi mempengaruhi radiasi ini, maka orang di kutub menerima lebih banyak daripada yang ada di katulistiwa. Selain itu orang yang berada di lokasi yang lebih tinggi akan menerima radiasi yang lebih besar karena semakin tipis lapisan udara yang dapat bertindak sebagai penahan radiasi. Jadi, orang yang berada di puncak gunung akan menerima radiasi yang lebih banyak daripada yang di permukaan laut. Begitupula orang yang bepergian dengan pesawat terbang juga menerima lebih banyak radiasi.
Radiasi dari kerak bumi
Bahan radioaktif utama yang ada dalam kerak bumi adalah Kalium-40, Rubidium-87, unsur turunan dari Uranium-238 dan turunan Thorium-232. Besarnya radiasi dari kerak bumi ini berbeda-beda karena konsentrasi unsur-unsur di tiap lokasi berbeda, tetapi biasanya tidak terlalu berbeda jauh. Penelitian di Perancis, Jerman, Italia, Jepang dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa kira-kira 95 persen populasi manusia tinggal di daerah dengan tingkat radiasi rerata dari bumi antara 0,3–0,6 milisievert (mSv ) per tahun. Sekitar 3 persen populasi dunia menerima dosis 1 mSv per tahun atau lebih.
Radiasi dari dalam tubuh
Manusia juga menerima pancaran radiasi dari dalam tubuhnya sendiri. Unsur radioaktif ini kebanyakan berasal dari sumber kerak bumi yang masuk melalui udara yang dihirup, air yang diminum ataupun makanan. Bahkan, air mengandung larutan uranium radioaktif dan thorium. Namun, jumlahnya sangat kecil. Unsur yang meradiasi manusia dari dalam ini kebanyakan berupa tritium, Carbon-14, Kalium-40, Timah Hitam (Pb-210) dan Polonium-210. Radiasi internal ini umumnya merupakan 11% total radiasi yang diterima seseorang.
Penduduk di tempat paling utara di bumi menerima radiasi internal dari Polonium-210 kira-kira 35 kali nilai rata-rata dari daging kijang yang mereka makan. Penduduk di daerah Australia Barat yang kaya dengan uranium menerima radiasi internal kira-kira 75 kali nilai rata-rata dari daging domba, kangguru dan ternak yang mereka konsumsi.
Seseorang yang ada di dalam gedung atau rumah dapat menerima radiasi dari sumber yang ada dalam bahan bangunan. Sumber radiasi yang terutama di sini adalah radon yang merupakan gas turunan peluruhan Uranium-238 dan Thorium-232. Yang berbahaya dari gas radon ini adalah anak turunannya yang akhirnya menjadi timah hitam yang stabil. Di daerah yang beriklim dingin, konsentrasi radon di dalam rumah bisa lebih tinggi daripada di luar, akan tetapi di daerah tropis konsentrasi di dalam maupun di luar bisa sama (karena kondisi rumah yang terbuka). Radiasi yang diterima dari radon ini kira-kira 50% dari total radiasi yang diterima dari alam.
Selain berasal dari alam, radiasi juga bersumber dari produk-produk teknologi buatan manusia sendiri di antaranya berasal dari penggunaan radiasi untuk dunia kedokteran, sisa uji coba bom atom dan PLTN, hasil pembakaran batu bara, hingga penggunaan produk-produk teknologi yang memancarkan radiasi. Jumlah paparan radiasi non-alami ini berbeda pada tiap orang, tergantung interaksinya dengan tempat, jenis pekerjaan, hingga penggunaan benda-benda yang bersifat radiatif.
Tingkat radiasi dari penggunaan produk teknologi ini umumnya rendah. Untuk sumber radiasi non-alami, jenis paparan tertinggi berasal dari penggunaan alat-alat kedokteran yakni sebesar 0,4 mSv per tahun. Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) menetapkan dosis radiasi buatan bagi masyarakat umum adalah 1 mSv per tahun. Hal itu dimaksudkan untuk keamanan manusia.
Radiasi dari tindakan medik
Dalam bidang kedokteran radiasi digunakan sebagai alat pemeriksaan (diagnosis) maupun penyembuhan (terapi). Pemindai sinar-X atau Roentgen merupakan alat diagnosis yang paling banyak dikenal dan dosis radiasi yang diterima dari roentgen ini merupakan dosis tunggal (sekaligus) terbesar yang diterima dari radiasi buatan manusia. Tindakan medik ini menyumbang 96% paparan rata-rata radiasi buatan pada manusia sehingga jumlah dan jenis sinar-X yang diterima harus dibatasi. Mesin pemindai sinar-X, mammografi dan CT (Computerized Axial Tomography) Scanner meningkatkan dosis radiasi buatan pada manusia. Untuk kepentingan tindakan medik yang menggunakan cobalt-60, dinding kamar tempat penggunaan zat radioaktif jenis ini harus memiliki ketebalan khusus.
Dalam sekali penyinaran sinar-X ke dada, seseorang dapat menerima dosis radiasi total sejumlah 35-90 hari jumlah radiasi yang diterima dari alam. Penyinaran sinar-X untuk pemeriksaan gigi memberikan dosis total kira-kira 3 hari jumlah radiasi yang diterima dari alam. Penyinaran radiasi untuk penyembuhan kanker nilai dosisnya kira-kira ribuan kali dari yang diterima dari alam. Meskipun dosis radiasi yang diterima dari kedokteran ini cukup tinggi, orang masih mau menerimanya karena nilai manfaatnya jauh lebih besar daripada resikonya.
Radiasi dari reaktor nuklir
Banyak orang beranggapan bahwa tinggal di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir akan menyebabkan terkena radiasi yang tinggi. Meskipun di dalam reaktor terdapat banyak sekali unsur radioaktif, tetapi sistem keselamatan reaktor membuat jumlah lepasan radiasi ke lingkungan sangat kecil. Dalam kondisi normal, seseorang yang tinggal di radius 1-6 km dari reaktor menerima radiasi tambahan tak lebih daripada 0,005 milisievert per tahun. Nilai ini jauh lebih kecil daripada yang diterima dari alam (kira-kira 2 milisievert per tahun) atau 1/400 nilai radiasi dari alam.
Radiasi yang dipancarakan dari PLTN juga lebih kecil daripada radiasi dari pembangkit listrik berbahan bakar batubara maupun minyak. Radiasi yang diterima orang per orang di sekitar PLT Batubara bisa 3 kali lebih tinggi daripada yang diterima dari PLTN.
Kasus Kegagalan PLTN
Terkait kasus gagalnya PLTN Fukushima Daiichi di Jepang, tingkat radiasi akibat ledakan hidrogen yang disertai pelepasan sejumlah zat radioaktif mencapai 3,1 mSv per jam pada Senin (14/3/2011) dan meningkat menjadi 400 mSv per jam pada Rabu paginya.
Pada hari yang sama, tingkat radiasi zat radioaktif ini saat tiba di Tokyo yang berjarak sekitar 250 kilometer tinggal 0,000809 mSv per jam. Paparan radiasi sebesar 0,000809 mSv per jam itu tidak dapat diartikan setara dengan 7,1 mSv dalam setahun. Penyebabnya, tingkat radiasi sumber terus berubah, arah angin yang membawa udara yang tercemar zat radioaktif juga tidak sama. Jika gerak angin turun, zat radioaktif pun ikut turun. Hujan juga membuat zat radioaktif tersebut jatuh ke tanah. Selain itu, manusia tidak mungkin terpapar 24 jam dan 365 hari terus-menerus dengan zat radioaktif. Saat di dalam rumah, potensi manusia terpapar radiasi kecil karena sebagian zat radioaktif tidak mampu menembus tembok biasa.
Oleh karena itu, masyarakat di Indonesia tak perlu khawatir secara berlebihan dengan dampak radiasi dari PLTN Fukushima Daiichi. Selain letak Indonesia cukup jauh, alam telah memiliki sejumlah mekanisme sendiri untuk mengurangi tingkat radiasi dari ledakan di PLTN itu.