Manhajuna.com – Pada masa-masa awal dakwah Islam, Rasulullah salalllahu ‘alayhi wa sallam menawarkan Islam kepada berbagai kabilah dan delegasi, Rasulullah salalllahu ‘alayhi wa sallam juga menawarkannya kepada perorangan dan individu-individu. Di antara mereka ada yang menanggapinya secara baik-baik dan ada pula beberapa orang yang beriman selang beberapa saat setelah berlalunya musim haji. Diantara mereka yang Rasulullah tawarkan kepada Islam bukan dari penduduk Makkah adalah Iyas bin Mu’adz.
Dia seorang pemuda belia dari penduduk Yatsrib, yang datang ke Makkah bersama delegasi suku Aus, dalam rangka mengupayakan persekutuan dengan Quraisy untuk menghadapi kaum mereka dari suku Khazraj. Hal ini terjadi sebelum meletusnya perang Bu’ats pada permulaan tahun kesebelas kenabian, di mana bara permusuhan di antara kedua kabilah di Yatsrib ini sudah menyala. Sementara jumlah suku Aus lebih sedikit daripada Khazraj. Tatkala mengetahui kedatangan mereka, Rasulullah salalllahu ‘alayhi wa sallam datang menghampiri mereka dan menawarkan Islam. Beliau salalllahu ‘alayhi wa sallam berkata kepada mereka, “Maukah kalian mendapatkan yang lebih baik dari tujuan semula kalian kemari?” Mereka menjawab, “Ya, apa itu?”
Beliau salalllahu ‘alayhi wa sallam menjawab, “Aku adalah utusan Allah, Dia telah mengutusku kepada para hambaNya, untuk mengajak mereka beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu pun, dan Dia telah menurunkan al-Qur’an.” Kemudian beliau salalllahu ‘alayhi wa sallam menjelaskan kepada mereka tentang Islam dan membacakan al-Qur’an.
Iyas bin Mu’adz berkata, “Wahai kaumku! Demi Allah! Ini adalah lebih baik dari tujuan semula kalian kemari.” Lalu Abu al-Hasyar, Anas bin Rafi’ – salah seorang yang ikut dalam delegasi tersebut mengambil segenggam tanah berkerikil dan melemparkannya kewajah Iyas seraya berkata, “Menjauhlah dari kami, sungguh kami datang bukan untuk tujuan ini.” Iyas terdiam sedangkan Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam berdiri (meninggalkan mereka, pent). Selanjutnya mereka pun pulang ke Madinah tanpa menuai sukses untuk mengadakan pesekutuan dengan kaum Quraisy.
Tidak lama setelah mereka tiba di Yatsrib, Iyas meninggal dunia. Sebelum itu, dia senantiasa bertahlil, bertakbir, bertahmid dan bertasbih menjelang kematiannya. Mereka tidak meragukan bahwa dia mati dalam keadaan Islam.
Sumber: Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad salallahu ‘alayhi wa sallam dari Kelahiran Hingga Detik-detik Terakhir. Penulis: Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri. Penerjemah: Hanif Yahya, Lc. Penerbit: Darussalam.
(Manhajuna/IAN)