Oleh Ust. Fir’adi Nasrudin, Lc.
Ashbahna wa ashbahal mulku lillah..
Alhamdulillah ala kulli hal..
Saudaraku,
Ada dua berita menarik pagi ini, yang seluruhnya terkait dengan sahabat-sahabat kita yang telah berjuang di Arab Saudi. Ungkapan yang lebih enak didengar daripada “pahlawan devisa”.
Pertama, Ust Abdullah Haidir, Lc.
Da’i di kantor dakwah Sulay, Riyadh. Sosok kyai yang selalu tampil muda dan tampak seperti 30 tahun. Merupakan penulis buku-buku Islami yang sangat produktif dan tema-tema yang diangkatnya pun sangat inspiratif. Di antara buku karyanya yang sangat spesial adalah ringkasan kisah nabi dan rasul, istri dan putri rasulullah.
Informasi akurat yang kami terima dari sumber yang valid, ust Abdullah Haidir, Lc masih akan mengabdikan diri untuk masyarakat Indonesia di Riyadh paling kurang tiga tahun ke depan. Walaupun ini bukan keputusan permanen. Artinya bisa berubah sesuai dengan tuntutan zaman dan masyarakat Riyadh.
Kabar menarik, dari ust idola masyarakat Riyadh dan al Wesal TV ini adalah puteri sulungnya; Rumaisha. Diterima di PT favorit; PNJ, Depok, dulu dikenal sebagai poltek UI. Hari ini ospek hari pertamanya.
Semoga keberkahan dan kebaikan menyelimuti ust Abdullah Haidir, Lc dan keluarganya. Orang tuanya semakin giat dan semangat berjuang di manapun mereka berada. Dan puteri sulungnya sukses menggapai cita dan asa. Amien.
Kedua, akh Henhen Suhendar.
Siapa sangka, yang dulu berjibaku dengan cat menge-cat di Riyadh. Dan bahkan sering beradu mulut dengan majikannya di sana.
Namun kini, setelah pulang exit ke Bandung sekitar tiga bulan lalu. Sekarang menjadi guru agama dan Bahasa Arab di SD favorit di kampung halamannya. Berbekal ijazah dan draf nilai dari jaliyat Rabwah Riyadh.
Masih basah dalam ingatan kita. Seperti apa sosok ust Henhen sewaktu pertama kali datang ke Riyadh. Al Qur’an yang masih terbata-bata. Bahasa Arab yang hanya tahu ‘naam’ dan ‘laa’. Kini lahir sosok yang standar tilawahnya. Hafalan yang melebihi kyai di kampungnya. Serta pemahaman dan pengamalan yang baik terhadap agama dan semangat dalam memperjuangkan nilai yang diyakininya.
Saudaraku,
Sekarang tergantung kita. Mau menjadi apa kita di masa mendatang? Menjadi pejuang agama-Nya atau menjadi pecundang.
Dua sosok di atas cukup menjadi rujukan bagi kita. Kita tak selamanya mengais rezki di negeri orang. Tak selamanya kita menjadi santri.
Kita harus merebak asa. Anak-anak kita harus lebih baik dari kita. Dari sisi pemahaman dan pengamalan agama. Perjuangannya dakwahnya. Ilmu dan semangatnya. Lebih tinggi kwalitas akademisinya. Dan setrusnya.
Sekarang kita boleh menjadi santri dan peserta didik. Tapi suatu saat kita laziam menjadi pendidik yang berkwalitas. Dan ust yang dibanggakan oleh semua. Dan terpenting mendapat kucuran rahmat, ridha dan barakah-Nya. Amien.
Alf mabruk tuk ust H. Abdullah Haidir, Lc dan akh H. Henhen Suhendar.