Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Kajian / Meraih Keindahan Hidup, Bebekal Hati Yang Sehat
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Meraih Keindahan Hidup, Bebekal Hati Yang Sehat

Oleh Ust. Fir’adi Nasrudin, Lc.

» إِنَّ الْقُلُوبَ تَصْدَأُ كَمَا يَصْدَأُ الْحَدِيدُ، قِيْلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا جَلَاؤُهَا ؟ قَالَ: تِلَاوَةُ الْقُرْآنِ وَذِكْرُ الْمَوْتِ «

“Sesungguhnya hati (manusia) dapat berkarat sebagaimana berkaratnya besi.” Ditanyakan (oleh sahabat), “Ya Rasulullah apa obat hati yang berkarat itu?.” Beliau menjawab, “Membaca al Qur’an dan mengingat kematian.” (HR. Baihaqi dalam syu’abil iman).

Saudaraku,
Peran hati bagi seluruh anggota sangat vital. Ibnul Qayyim mengibaratkan hati bagaikan raja bagi seluruh prajuritnya. Semua bekerja berdasarkan perintahnya. Semua tunduk kepadanya. Tak satu pun yang membantahnya.

Karena bisikan hati, kita dapat beramal dengan istiqamah dan dengannya pula kita bisa futur, lemah dan menyeleweng dari jalan yang lurus.

Rasulullah saw bersabda, “Ketahuilah! di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, maka baik pulalah seluruh anggota tubuh. Dan apabila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh anggota tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari & Muslim).

Saudaraku,
Pernahkah kita melihat hati kita dengan kaca mata bathin. Seperti apakah hati kita. Hati yang sehat, sakit atau bahkan mati?.

Berbahagialah, jika kita memiliki hati yang sehat. Karena dengannya kita akan selamat dunia dan akherat.

Allah Ta’ala berfirman, “Adalah hari, yang mana harta dan anak-anak tidak bermanfaat lagi, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan membawa hati yang selamat.” (QS. As-Syu’ara: 88-89).

Saudaraku,
Jika kita memiliki hati yang sehat, maka kebaikannya bukan hanya kita yang merasakannya. Tapi dapat dinikmati oleh orang-orang di sekitar kita.

Apa pun yang menimpa kita. Apa pun profesi kita. Seberat apa pun beban yang kita pikul. Selama kita mempunyai hati yang sehat, insya Allah kita akan diselimuti kelapangan, ketenangan, ketenteraman, kesejukan, dan indahnya hidup di dunia ini. Cahaya kebeningan hati memancar terang dan membuncah serta memperelok aktivitas yang kita lakukan. Dalam keseharian kita.

Dengan hati yang sehat dan jernih, wajah kita tampak berbinar. Keceriaan memancar. Sejernih tetesan embun pagi. Seriang sinar mentari pagi yang menyembul di ufuq timur. Senyuman tulus hadir mempesona. Langkah pun terasa ringan untuk diayunkan.

Kala berbicara, kata-kata yang keluar dari bibir kita indah dan jauh dari kata melukai perasaan orang lain. Terhindar dari ucapan yang menyombongkan diri. Terbebas dari kata-kata riya dan ingin dipuji manusia.

Setiap butir kata yang keluar dari lisan orang yang berhati bersih dan sehat telah tertata dengan baik. Sarat dengan hikmah, penuh dengan makna, dan menyiratkan faedah serta manfaat. Tutur katanya bernilai, berisi, berbobot dan berharga. Karena kata-kata yang terucap, memantul dari ungkapan hati yang paling dalam. Jauh dari kepura-puraan dan pamrih duniawi. Bukan kata-kata politik atau bahasa politis.

Pengaruh hati sehat terhadap tubuh kita. Detak jantung terpelihara. Tekanan darah normal. Ketegangan menyingkir. Badan terasa lebih segar dan fit. Sehingga lebih mudah berbagi kebaikan kepada sesama. Lebih ringan memberi warna keshalihan kepada orang lain.

Saudaraku,
Dengan hati yang jernih dan sehat, pikiran kita menjadi jernih pula. Tiada waktu untuk memikirkan dosa, maksiat, kejelekan dan keburukan. Tiada ruang untuk menzalimi orang lain. Tiada tempat untuk berburuk sangka kepada tetangga. Apalagi hasud, dendam dan membicarakan aib mereka. Tiada detik untuk berbuat hal yang sia-sia. Yang ada di benak adalah memanfaatkan waktu untuk meraih kebahagiaan hidup di sini dan di sana. Duniawi dan ukhrawi. Sekarang dan masa depan.

Dengan hati yang bersih dan sehat, keindahan akhlak terhadap sesama terjalin. Lahir sosok yang bersahaja. Rendah hati dan santun. Kata-katanya terukur. Sepak terjangnya terarah. Wajar jika semua orang terpikat dan kesemsem dengannya. Seperti itulah pribadi Nabi dan para sahabatnya yang terbaik.

Dengan hati yang bersih dan jiwa yang bening, hablun minallah dan hablun minan nas berjalan beriringan. Hubungan vertikal dengan yang di atas mesra. Demikian pula hubungan horizontal dengan yang di bumi juga sangat harmonis.

Saudaraku,
Ada pertanyaan yang menggelayut di dalam benak kita, seperti apakah sosok yang memiliki hati yang sehat itu?

Mari kita renungkan beberapa jawaban dari salafus shalih. Yang dirangkum oleh syekh Abdul Hamid Al Bilali dalam kitabnya ‘Al mushaffa min shifati ad du’at.’

Sa’id bin Musayyib berkata,”Hati yang sehat adalah hati seorang mukmin. Karena tiada pemilik hati yang sakit kecuali kafir dan munafiq.”

Abu Utsman al Sayadi berkata, “Hati yang kering dari amalan bid’ah dan tenang dengan perbuatan sunnah.”

Hasan Basri berkata, “Hati yang selamat dari tipu daya harta dan tak terpedaya oleh ujian anak keturunan.”

Al Junaid bertutur, “Sehat secara etimologi berarti terbebas dari kotoran. Sedangkan hati yang sehat artinya hati yang bersih dari virus lantaran takut kepada Allah.”

Adh Dhakkak berkata, “Hati yang sehat adalah hati yang tulus ikhlas.”

Kesimpulannya, mukmin pemilik hati yang sehat adalah orang yang memiliki hati yang bersih dari tipu daya harta, tak silau dengan gemerlapnya dunia dan tak terpesona dengan keindahannya. Terjauhkan dari praktek bid’ah dan selalu dekat dengan pengamalan sunnah. Serta takut kepada Allah.

Adapun tanda sehatnya hati adalah saat kita mensikapi dunia ini, ibarat orang asing yang mengambil kebutuhannya, lalu kembali kepada negerinya.

Rasulullah saw pernah berpesan kepada Abdullah bin Umar, “Di dunia ini, hendaknya engkau hidup layaknya orang asing, atau orang yang lewat di tempat persinggahan.” (HR. Bukhari).

Saudaraku,
Ada beberapa kiat, agar kita dapat memelihara kebersihan hati dan kesehatan bathin. Di antaranya:

• Menjauhi perbuatan syirik, sekecil, seringan dan sesederhana apapun jua. Syekh Abdul Qadir Jaelani pernah mengingatkan kita, “Siapa yang meyakini selain Allah dapat mendatangkan manfaat dan mudharat, maka dia bukanlah hamba Allah..”.

• Waspada terhadap bujuk rayu dan tipu daya dunia. Karena kita sadar bahwa dunia bukanlah tempat tinggal kita. Tapi sejatinya dunia merupakan tempat yang akan kita tinggalkan.

• Tidak bergaul dengan orang yang lemah semangat dalam mendaki puncak ubudiyah. Penebar bid’ah dan membenci sunnah nabinya.

• Tidak banyak tertawa dan canda yang melampaui batas. Hasan Basri berkata, “Wahai bani Adam, kurangi canda tawamu. Karena banyak tertawa akan mematikan hati, menghilangkan sinar di wajah, meruntuhkan kewibawaan dan menjatuhkan kehormatanmu di hadapan manusia.”

• Sedikit mengkonsumsi makanan. Imam Syafi’i berkata, “Aku tidak pernah makan dengan kenyang sejak enam belas tahun yang lalu. Sebab kenyang akan menambah berat badan, mengeraskan hati, menghilangkan ketajaman pandangan, membuat mata mengantuk dan melemahkan semangat ibadah.”

• Banyak membaca al Qur’an. Sebab al Qur’an adalah pelita hidup kita. Penawar dan obat penyakit hati kita. Papan petunjuk jalan kita menuju surga. Ruh penggerak perjuangan kita. Dan yang senada dengan itu.

• Berzikir dan mengingat kematian. Zikir bagi hati ibarat air bagi ikan. Mungkinkah ikan akan bertahan hidup jika berpisah dengan air?. Sedangkan mengingat mati menjadi urgen, agar kita tidak lupa dengan masa depan kita di akherat sana. Dan agar kita selalu ingat bahwa kematian pada dasarnya merupakan awal dari kehidupan kita yang sesungguhnya.

Saudaraku,
Hanya dengan hati yang sehat, kita akan selamat sampai tujuan. Ketika harta, keluarga, jabatan, kedudukan, popularitas dan kolega tidak ada manfaat dan gunanya bagi kita. Terkecuali jika kita mampu menghadap-Nya kelak dengan membawa hati yang bersih. Hati yang sehat.

Ya Rabbi, karuniakanlah kepada kami hati yang bersih, jiwa yang bening dan qalbu yang sehat. Amien.

Metro, 22 Agustus 2013

(Visited 1.039 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Tahun Baru = Jatah Usia Kita Semakin Berkurang

Oleh: Ustadz Fir’adi Nasruddin, Lc » يا مُحَمَّدُ، عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ ، وَأَحْبِبْ مَنْ أَحْبَبْتَ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *