“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang ada pada diri mereka ”
( QS. Ar-Ra’du /13 : 11)
Bahwa kita semua akan menghadapi masa depan adalah sebuah kepastian, sebagai mana kita semua akan menghadapi kematian. Yang tidak pasti adalah kenyataan masa depan macam mana yang akan kita dapati, seperti halnya juga kenyataan di mana dan dengan cara seperti apa kematian itu kita dapati? Banyak pengakuan orang sukses, bahwa posisi kesuksesan yang mereka jalani saat ini bukanlah sesuatu yang direncanakan dan “tidak nyambung jalurnya“ Sebagai contoh disekitar kita, bagaimana seorang lulusan IAIN nyambungnya ke Duta Besar (maaf meminjam contoh karier Bp Duta besar kita periode ini ) danmasih banyak contoh lainnya.
Kutipan ayat dari surat Ar Ra’d di atas tentu sangat popular dan akrab dengan kita semua. Para penceramah sangat sering menyampaikan ayat tersebut guna memotivasi jamaahnya hingga ayat tersebut bisa kita ucapkan sangat cair bahkan hapal diluar kepala , Permasalahannya adalah karena begitu hapalnya bahkan diluar kepala kita jadi tidak sempat memahami dan mengaplikasikannya dalam kehidupan.
Penulis kedepankan ayat tersebut tidak dalam tujuan untuk membuka diskusi seputar takdir, tapi lebih sebagai landasan berpikir, mendudukkan pemahaman kita bahwa Allah dengan gamblang memberikan peluang kepada hambaNya untuk menentukan pilihan takdirnya. Artinya Allah telah memberikan kewenangan kepada makhluknya yang bernama manusia (Homo sapien) untuk berperan secara aktif menentukan masa depannya.
Pemahaman bahwa Allah telah memberikan kewenangan ini tidak berarti kita telah berada diluar area pemberlakuan sunatullah. Tentu kita telah memahami dengan baik bahwa Allah menggerakkan jagat raya ini dengan sunahNya, para ilmuwan mengenalnya sebagai hukum alam (natural of law) dan para filosof mengenalnya sebagai hukum kausalitas (sebab akibat). Jadi selama kita masih berada diwilayah dunia ini berarti kita berada dalam kawasan , medan hukum ini.
Hal lain yang mendukung dimungkinkannya kita mampu merealisaikan kewengan yang diserahkan Allah kepada kita (sebagai mana tersebut dalam ayat di atas ) adalah telah dibekaliNya kita dua modal yang luar biasa yang tidak pernah diberikan kepada makhluk lainnya (kecuali Jin kali ya) adalah akal dan agama. Dengan akal kita mampu merangkai aktivitas aksi –reaksi, sebab-akibat yang menguntungkan (baca nasib baik) dan dengan agama kita akan dituntun untuk mengarahkan aktivitas aksi-reaksi yang kita bangun sejalan dengan kehendak Allah sehingga kita diridhaiNya (baca bernasib baik di akhirat).
Pembaca Manhajuna yang semoga dirahmati Allah sampai alinea ini kita telah menyamakan pemahaman kita perihal duduk permasalahan yang hendak kita bahas berkaitan dengan judul artikel dan ayat yang kita jadikan rujukan dasar dalam tulisan ini.
Mari kita tengok sejenak surat As-Saff ayat 4, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti sauatu bangunan yang tersusun kokoh” . Ayat ini sering digunakan untuk memotivasi kepada kita betapa pentingnya (Allah mencintai) suatu pekerjaan atau usaha yang direncanakan , di manage dengan baik, rapi dan matang. Suatu kejahatan yang dirancang dengan baik akan sukses (masih segar di ingatan kita bagaimana seorang gayus yang bekerja dengan manajemen yang baik dalam mengkoordinasikan para mafia untuk membobol pajak dengan hasil yang sepektakuler, bahkan pemerintahpun saat ini kewalahan menaganinya), begitu pula dengan pekerjaan yang mulia yang tidak dirancang dengan baik tentu hasilnya jauh dari harapan. Betapa banyak rencana renovasi atau pembangunan masjid yang terbengkelai?)
Kisah kesuksesan nabi Yusuf dalam menangani ancaman krisis pangan di Mesir (berawal dari mimpi raja Fir’aun (Ramses II) yang ditakwilkannya sebagai ancaman krisis pangan akibat kemarau yang berkepanjangan (dalam Qs. Yusuf/12, ayat 43) adalah contoh yang baik betapa penting menyusun suatu rencana termasuk untuk masa depan. Dalam kisah ini digambarkan bagaimana nabi Yusuf membuat rencana program peningkatan produksi pangan (pertanian) dan bagaimana memanage paska panen sehingga mencukupi kebutuhan pangan rakya Mesir 7 tahun ke depan dalam kondisi dunia krisis pangan.
Pembaca Manhajuna yang budiman, bagaimana kita merancang masa depan ? Menurut para praktisi bisnis yang telah sukses dibidang ekonomi merancang membuat rencana itu pekerjaan gampang, yang tidak semua orang bisa adalah bagaimana mengeksekusi rencana tersebut mencadi action yang nyata. Mari kita introspeksi diri kita sendiri, berapa banyak rencana yang telah kita canangkan dan berapa benyak yang telah kita jalankan dengan baik sepanjang hidup kita? Wah bagaimana dong, di mana sebenarnya rahasianya? Apakah orang-orang yang telah meraih sukses selalu dengan rancangan yang matang dan hebat danmereka menjalankan rencananya dengan cermat dan ketat ? Jangan panik dan putus harapan dulu. Ikuti terus paragraph berikut ini.
Siapa yang tidak kenal Bob Sadino? Pengusaha sukses yang merangkak benar-benar dari bawah, dengan latar belakang pendidikan yang pas-pasan (SMA). Bob sadino menuturkan bahwa kesuksesannya dicapai tanpa rencan, semua mengalir saja seperti air……. !. Jadi pengusaha sukses ini tidak pernah membuat rencana yang luar biasa! Bagaimana bisa? Jangan salah! Memang beliau tidak membuat rencana yang luar biasa tapi beliau melakukan action yang luar biasa ! Bahkan Bob S. menyindir kebanyak orang, “kalau orang pinter itu kebanyakan mikir, habis-habisan memikirkan rencana, akibatnya nggak action-action .
Kisah singkat Bob S, setelah pulang dari rantau, bekerja dari Amsterdam dan Hamburg (sengaja pulang dan merintis usaha dari nol): sebagai tukang taxi, kuli bangunan, berkebun sayur, kemudian memelihara ayam, berjualan makanan olahan , jual telor dan jatuh bangun bahkan bahasa beliau jempalitan, membuka supermarket, akhirnya sukses seperti saat ini. Baca kisah sukses beliau sangat inspiratif.
Sedikit cuplikan menarik, simple dan sangat menginspirasi, dialog Ibu tukang kue dengan Bob S. yang saat itu tidak ada modal sama sekali tapi ingin memulai usaha. Bob Sadino: Wah saya lihat ibu banyak buat kue..tapi apa nggak lelah tuh Bu, jika harus menjualnya juga.
Tetangga: Ya lelah Mas, tapi demi menghidupi keluarga.
Bob Sadino : Gini aja, saya punya ide…Ibu nggak usah lagi jualan. Biar Ibu buat kuenya aja…nanti saya deh yang keliling-keliling buat jualin kue Ibu. Tapi bagian saya bisa diatur kan
Tetangga : boleh juga..tapi nanti kalau kejual sedikit. maaf Mas! Malah tekor saya bayar Mas Bob.
Bob Sadino : Ibu kan waktu ngejualnya dikit..kebanyakan malah buat kue. Kalau Ibu dan saya bagi-bagi tugas. Ibukan bisa buat kuenya lebih banyak…dan saya juga bisa ngejualnya lebih banyak karena waktunya lebih lama. Dicoba aja dulu seminggu ini…kalau nggak bagus. Ibu nggak usah bayar saya deh.
Tetangga : hmmmmmm…(baru mikir)
Tetangga : Ya boleh! mulai besok ya mas!!! Nah hebat kan, mampu memulai usaha tanpa sepersenpun modal.
Berikut penulis cuplikkan kaidah-kaidah sukses yang lahir dari pengalaman Bob Sadino :
- Yang penting, adalah action dan berusaha total, dalam menggeluti apa saja.
- Menurutnya, uang adalah prioritas nomor sekian, yang penting adalah kemauan, komitmen tinggi, dan selalu bisa mencipta
- Kelemahan banyak orang adalah terlalu banyak berpikir membuat rencana
sehingga tidak segera melangkah
- Padahal, intinya sebenarnya sederhana saja, lakukan dan selalu dengarkan saran dan keluhan pelanggan
- Sukses itu bukan teori. Namun didapat dari perjuangan dan kerja keras, serta dilandasi keyakinan kuat untuk mewujudkan cita-cita
* Setiap orang bisa sukses asal mau membayar ”harga” dengan perjuangan tanpa henti.
* Jangan memelihara “ motivasi orang gagal , yang selalu mengeluh saja dengan keadaan, yang ada dibenaknya hanya pesimis, kesulitan dan kegagalan.
Berbeda dengan Bob.S, Bang Ical, panggilan akrab Abu Rizal Barkri, menempatkan perencanaan detil pada prioritas ke dua setelah memproduk pikiran atau ide besar yang ia sebut sebagai “ mimpi” , kita harus berani bermimpi menjadi orang sukses. Menurut Bang Ical berdo’a sangat penting tapi berdoa saja tanpa perencanaan yang baik tidak membawa hasil yang baik. Bagai mana tentang keluhan sebagian besar orang yang mengeluhkan tidak ada modal? Uang bisa kita datangkan bila kita punya ide besar yang visibel . Dengan memaparkan ide tersebut kita bisa gandeng partner (pemilik modal) dan jangan persoalkan bila partner meminta bagi hasil yang lebih besar. Di saat yang sulit biasanya sahabat-sahabat kita, rekan-rekan kita semua lari. Maka j angan sekali-kalai menampakkan bahwa diri kita terpuruk. Ia mengutip nasihat bapaknya, jangan biarkan dirimu berada di tempat yang gelap, karena di tempat gelap bayanganpun akan meninggalkanmu. Segera bangkit bila jatuh hadapi masalah dan jangan lari.
Pembaca Manhajuna yang setia, kedua paparan singkat di atas hanyalah ilustrasi, gambaran kesuksesan masa depan dapat diraih baik dengan rencana atau tidak dengan rencana, namun dari kedua pendekatan tersebut ada harga yang tidak bisa ditawar yakni, tetapkan kehendak, kerjakan dengan sungguh-sungguh (totalitas), pantang menyerah sertai dengan keyakinan yang tinggi akan kesusesan masa depan kita.
Tidak pernah ada yang tahu bakal jadi apa kita atau anak kita beberapa waktu yang akan datang. Yang bisa kita lakukan adalah menyiapkan diri kita atau anak kita untuk menangkap peluang yang bertebaran di sekitar kita. Banyak sekali peluang yang menghampiri kita namun kita tidak siap menangkapnya, kita tidak punya instrumennya, kita tidak memiliki mpersyaratan yang ditawarkan. Kecerdasan spiritual (keimanan), kognitip, social dan kecerdasan emosional adalah potensi dasar yang harus kita bekalkan kepada anak-anak dan atau diri kita.
Sekedar sharing bagi orang tua, sama-sama kita maklumi betapa kita memiliki kemampuan sangat terbatas dari berbagai segi untuk mengawal anak-anak kita dalam menyongsong masa depannya Ihtiar yang bisa kita lakukan misalnya memilihkan sekolah yang baik, tempat tinggal dengan lingkungan yang baik , selebihnya kita serahkan kepada Allah dengan keyakinan penuh bahwa Allah akan menyelamatkan dan membimbingny kepada pilihan masa depan yang terbaik dengan mahar kesalihan kita selaku orang tua yang mengemban amanah atas anak-anak atau keluarga kita. Wallahu a’lam., semoga bermanfaat.