Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Hikmah / Syetan Hanyalah “Supporter” !
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Syetan Hanyalah “Supporter” !

Oleh: Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri, MA

Manhajuna – Melalui sarana bulan suci Ramadhan, kita juga bisa berevaluasi, berintrospeksi, dan bercermin diri, untuk melihat hakekat jiwa dan hati kita apa adanya, tanpa campur tangan syetan penggoda dan pengganggu utama, yang – berdasarkan hadits muttafaq ‘alaih– dirantai dan dibelenggu alias dinon aktifkan perannya selama Ramadhan saja.

Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda (yang artinya) : “Apabila bulan Ramadhan tiba, maka pintu-pintu Surga dibuka selebar-lebarnya, pintu-pintu Neraka ditutup serapat-rapatnya dan syetan-syetan dibelenggu sekuat-kuatnya” (HR Muttafaq ‘Alaih). Nah, dengan demikian, salah satu keistimewaan khusus bulan mulia Ramadhan, yang tidak terdapat pada bulan lainnya, adalah dibelenggu dan dirantainya syetan-syetan selama bulan puasa tersebut. Sehingga tidak bisa dengan bebas dan leluasa lagi menjalankan peran utamanya – seperti biasanya – sebagai pengganggu, penggoda, pengajak, pensupport dan pembisik kejahatan bagi manusia. Dan, sekali lagi, ini hanya berlaku khusus selama bulan suci Ramadhan saja. Sungguh sebuah keistimewaan yang luar biasa, yang harus dioptimalkan pemanfaatannya oleh setiap insan beriman dan bertaqwa.

Tentu banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil serta petik dari hadits diatas. Antara lain adalah bahwa, jika kita renungkan dengan cermat dan seksama is kandungan hadits tersebut, lalu kita padukan dengan fakta dan realita yang terjadi didalam kehidupan manusia, maka kita akan tersadarkan tentang kekeliruan persepsi kita selama ini tentang kapasitas peran dan fungsi syetan dalam menyesatkan manusia.

Banyak diantara kita selama ini memahami secara salah bahwa, peran dan posisi syetan dalam penyesatan sangatlah dominan. Segala bentuk kejahatan, kesesatan, kemaksiatan dan keburukan yang ada dalam perilaku manusia, selalu dialamatkan kepada syetan sebagai biangnya. Syetan selalu dijadikan sebagai kambing hitam. Kita tidak mungkin memungkiri adanya peran syetan disana. Kita semua sepakat bahwa, syetan adalah makhluk yang jahat dan busuk, serta bahwa ia adalah salah satu faktor penyebab setiap kejahatan. Karena memang Allah Ta’ala – berdasarkan hikmah-Nya – telah menciptakan syetan dan menetapkannya khusus untuk kekufuran, kebusukan dan kejahatan. Tapi yang harus kita luruskan adalah persepsi salah bahwa, syetan adalah satu-satunya sumber kejahatan, dan bahwa ia adalah segala-galanya dalam setiap kekufuran, kesesatan, kejahatan dan kemaksiatan yang terjadi dalam kehidupan manusia.

Seandainya pemahaman itu benar, maka semestinya selama Ramadhan tidak ada lagi kekufuran, kejahatan dan kemaksiatan. Karena – seperti penegasan hadits shahih diatas – syetan sedang dirantai dan dibelenggu, atau dengan kata lain sedang dinon aktifkan perannya dalam bulan Ramadhan seperti yang akan datang sebentar lagi. Tapi faktanya, ternyata sebalik dari itu. Kekufuran tetap ada. Kesyirikan tetap merajalela. Kejahatan tetap terjadi dimana-mana. Dan kemaksiatan tidak pula kunjung sirna! Itu berarti syetan bukanlah satu-satunya biang kejahatan. Dan bahkan ia bukanlah merupakan pemeran atau pemain utama! Berarti ada pemeran atau pemain lain. Ya, pemeran atau pemain lain itulah yang justru sebenarnya merupakan pemeran utama atau pemain inti dalam setiap kesesatan manusia. Dan pemeran utama atau pemain inti itu tidak lain adalah diri dan jiwa manusia itu sendiri. Sementara itu, syetan – baik syetan asli maupun yang ‘niru-niru syetan’ dalam kejahatannya, dari golongan manusia dan jin – sebenarnya hanyalah merupakan pemeran pembantu atau pendukung saja. Bahkan ibarat permainan bola, ia hanyalah sebatas ‘supporter’, atau bahkan sekadar penyebar undangan saja, dan bukan pemain apalagi pemain inti. Inilah hakikat yang ditegaskan oleh Al-Qur’an (lihat misalnya QS Ibrahim : 22) dan Al-Hadits, yang didukung oleh fakta dan realita. Namun tidak banyak orang yang memahaminya secara benar.

“Dan berkatalah syetan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepada kalian tetapi aku menyalahinya. Sama sekali tidak ada kekuasaan bagiku terhadap kalian. Melainkan aku (hanya mampu sekadar) menyeru kalian, lalu kalian mematuhi seruanku. Oleh sebab itu, janganlah kalian mencerca (menyalahkan) aku, akan tetapi cercalah (salahkanlah) diri kalian sendiri (mengapa kalian mau mengikutiku dan memenuhi ajakannku!). Aku sekali-kali tidak dapat menolong kalian dan kalianpun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatan kalian mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang dzalim itu mendapat siksaan yang pedih” (QS. Ibrahim [14]: 22).

Jadi peran dan kemampuan syetan dalam setiap keburukan, kejahatan dan kemaksiatan apapun, hanyalah sekadar mengajak, menyeru dan menyebar undangan saja. Ia tidak memiliki kemampuan atau kekuasaan sama sekali untuk memaksa. Memang ia mempunyai seribu satu cara ajakan, bentuk godaan, dan teknik rayuan, yang disertai oleh beragam bujukan, pengelabuan dan tipu muslihat. Namun jika manusia beriman dan bertaqwa yang diajak, digoda, dirayu dan ditipu, berpembentengan diri yang kuat, sehingga menolak ajakan, godaan, rayuan dan tipu muslihatnya tersebut, maka syetanpun menjadi tidak berdaya apa-apa! Disinilah maka Allah berfirman (yang artinya): “Sesungguhnya tipu daya syetan itu lemah” (QS. An-Nisaa’ [4]: 76).

Sesungguhnya Allah Ta’ala telah menciptakan dan memberikan didalam setiap jiwa manusia dua potensi sekaligus secara seimbang dan adil. Yakni potensi baik , yang dibahasakan di dalam Al-Qur’an dengan potensi taqwa (taqwaha), dan potensi buruk/jahat, yang disebut dengan potensi fujur (fujuraha). Tinggal setiap manusia sendirilah setelah itu yang menentukan dan memilih untuk memenangkan potensi baik atau potensi buruk. Maka pilihan manapun yang ia pilih – iman atau kufur, taat atau maksiat, baik atau jahat dan seterusnya – adalah pilihan dia sendiri, yang atas dasar itulah Allah akan meminta pertanggungjawabannya di Akhirat kelak (lihat QS Asy-Syams : 7 – 10). Oleh karena itu, jika seseorang memilih jalan kekufuran, kamaksiatan dan kejahatan, maka dirinya sendirilah yang menjadi pemeran utama dan pemain inti dalam hal itu. Adapun syetan, seperti yang telah disebutkan diatas, hanyalah sebatas sebagai pemeran pembantu, pendukung, pengajak, penyebar undangan, dan ‘supporter’ belaka !

Hakekat inilah antara lain yang diingatkan dan disadarkan oleh hadits diatas, dan tentu juga oleh setiap momentum kehadiran bulan suci Ramadham. Oleh karenanya, selama bulan puasa seperti yang segera tiba, dimana syetan-syetan dinonaktifkan perannya, setiap kita dihadapkan dengan diri sendiri untuk melihat kondisi jiwa dan keadaan hatinya apa adanya, tanpa campur tangan syetan durjana. Sehingga ketika masih tetap ada kecenderungan buruk atau prilaku maksiat dan jahat dalam diri kita selama Ramadhan, maka jangan lagi berdalih dengan melibatkan, menuduh membawa-bawa nama syetan. Tidak ada lagi peran syetan disana. Melainkan itu semua murni dari pengaruh an-nasful ammarah bissu’ (nafsu pendorong kejahatan) (QS. Yusuf [12]: 53), atau minimal dari faktoran-nafsul musawwilah (nafsu penipu daya) (QS. Yusuf [12]: 83) dalam diri kita. Jadi, kesimpulannya, berarti kita harus sadar sesadar-sadarnya bahwa, itulah hakikat jiwa dan kondisi hati kita apa adanya, yang harus dilakukan mujahadah (upaya keras dan sungguh-sungguh) dalam men-tazkiyah-nya (mensucikannya).Wallahul Musta’an!

(Manhajuna/GAA)

(Visited 591 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Rajab, Sya’ban dan Ramadhan

Manhajuna – Bulan rajab baru saja datang, dan berlalu tanpa terasa. Setelahnya adalah sya’ban, kemudian bulan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *