Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Wawasan / Biar Lelah Kerjamu Menjadi Pemberat Amal Timbanganmu (Bag.1)
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Biar Lelah Kerjamu Menjadi Pemberat Amal Timbanganmu (Bag.1)

etos 2

*Oleh: Erwin Nugroho ST, MM, CMRP.

Manhajuna -“Hadzihi  yadun la tamatsaha narun abada”, ‘Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya’. Sabda Rasulullah SAW tersebut diucapkan beliau sambil memegang dan mencium tangan Saad bin Muadz Al Anshari.

Sekembalinya Rasulullah SAW dari perang tabuk, beliau bertemu dengan Saad yang tangannya melepuh dan kulitnya hitam gosong terkena sengatan matahari.  “Kenapa tanganmu?” tanya beliau. “Karena aku mengolah tanah dengan cangkul ini untuk mencari nafkah bagi keluarga yang menjadi tanggunganku” Ujarnya.  Dan terjadilah kisah di atas ketika Rasulullah mencium tangan sahabat mulia Saad. Dalam riwayat lain beliau bersabda “Hadzihi yadun yuhibbuhullahu warasuuluhu”, “Inilah tangan yang dicintai Allah dan Rasul-Nya” (HR At Thabrani)

Sepenggal hadits di atas memberikan isyarat kepada kita bahwa ada 2 syarat yang akan mendatangkan cinta Allah dan Rasul-Nya. Pertama adalah berpayah-payah di dalam bekerja yang halal dan kedua adalah niat atau tujuan akhir yang baik dari pekerjaan tersebut.  Ketika kedua hal tersebut berpadu maka bekerja dalam Islam memiliki nilai yang sangat tinggi dan utama.

Bekerja dalam perspektif Akherat mempunyai dua sisi mata uang.  Ia bisa menjadi pemberat timbangan amal kita di hari perhitungan nanti atau bisa juga menjadi selainnya, yang malah akan menjauhkan kita dari Surga-Nya Allah SWT.

Sesuatu itu tidak selalu seperti kelihatannya. Secara dzahir, manusia akan melihat 2 orang yang sama sama bekerja keras, tetapi bisa berbeda nilainya di sisi Allah SWT. Bisa kita bayangkan ketika kita menghadap mahkamah Allah SWT dan kita mengira bahwa apa yang kita usahakan dengan segala kesulitan dan kelelahannya akan memberikan banyak pahala dan kebaikan, padahal di sisi Allah SWT hal tersebut malah mendatangkan keburukan . Alangkah sangat meruginya.

Sabda Rasulullah SAW, manusia teladan seluruh umat, di bawah ini mengokohkan hal tersebut. Bahwa bagi seseorang yang bekerja hanya ada 2 pilihan bagi dia, bekerja fi sabilillah atau fi sabili syaithon

Dari Ka’ab bin ‘Ujrah RA, ia berkata, “Ada seorang laki-laki lewat di hadapan Nabi SAW, maka para shahabat Rasulullah SAW melihat kuat dan sigapnya orang tersebut. Lalu para shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, alangkah baiknya seandainya orang ini ikut (berjuang) fi sabilillah”. Lalu Rasulullah SAW menjawab, “Jika ia keluar untuk bekerja mencarikan kebutuhan anaknya yang masih kecil, maka ia fi sabilillah. Jika ia keluar bekerja untuk mencarikan kebutuhan kedua orang tuanya yang sudah lanjut usia maka ia fi sabilillah. Jika ia keluar untuk bekerja mencari kebutuhannya sendiri agar terjaga kehormatannya, maka ia fi sabilillah. Tetapi jika ia keluar untuk bekerja karena riya’ (pamer) dan kesombongan maka ia di jalan syaithan”. [HR. Thabrani dan para sanadnya orang-orang shahih].

Hidup kita di dunia ini amat singkat hingga seakan akan kita merasa hidup di dunia hanya sebentar saja di waktu sore atau pagi hari. Alangkah bijaksananya jika waktu yang singkat ini kita pergunakan dengan sangat hati-hati .

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata, “Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil”

Seperti sifat dua sisi mata uang, salah satu cara terbaik untuk menghindarkan diri kita dari keburukan adalah dengan memanfaatkan waktu tersebut dengan sebanyak2nya kebaikan. Karena tidak akan pernah dapat bersatu antara kebaikan dan keburukan.

Demikian juga pada saat kita bekerja, pastilah kita berharap berlelah-lelahnya kita dalam bekerja, kita amat sangat mengharapkan keridhoan Allah SWT padanya. Untuk selalu menjaga kita untuk selalu dalam koridor kebaikan dalam bekerja, di bawah ini terdapat beberapa tips singkat yang bisa kita lakukan pada saat kita bekerja

  1. Selalu memperbaharui niat dalam bekerja

 Amal itu tergantung kepada niatnya. Ketika kita hendak memulai pagi kita dengan bekerja, perkuatlah niat kita bekerja semata-mata untuk Allah SWT dalam mencukupi kebutuhan diri dan keluarga.  Ketika datang perasaan bahwa kita lebih hebat dari orang lain dalam pekerjaan sehingga merendahkan mereka, maka halaulah jauh jauh perasaan tersebut dengan beristighfar.

  1. Memohon perlindungan kepada Allah ketika berangkat bekerja

Ketika keluar rumah saat akan bekerja hendaklah kita memaksakan diri untuk merutinkan dzikir: Bismillahi tawakkaltu ‘alallah laa hawla wa laa quwwata illa billah (Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya). Ketika seorang muslim membaca dzikir tersebut, niscaya setan pun akan menyingkir darinya sehingga memudahkan kita untuk selalu berada dalam koridor kebaikan saat bekerja

Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seseorang keluar rumah, lalu dia mengucapkan “Bismillahi tawakkaltu ‘alallah, laa hawla wa laa quwwata illa billah” (Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya), maka dikatakan ketika itu: “Engkau akan diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga”. Setan pun akan menyingkir darinya. Setan yang lain akan mengatakan: “Bagaimana mungkin engkau bisa mengganggu seseorang yang telah mendapatkan petunjuk, kecukupan dan penjagaan?!” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi.) 

  1. Memperhatikan kehalalan dan keberkahan tempat bekerja

Saat kita bekerja, umumnya sebuah perusahaan akan memiliki proses bisnis dan kode etik berbisnis menjalankan perusahaan. Sebagai pekerja, kita harus jeli melihat apakah proses bisnis atau kode etik tersebut sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

Sebuah niat baik harus dibarengi dengan proses yang baik pula. Semestinya dalam bekerja, seseorang haruslah memperhatikan apakah yang dikerjakannya tersebut memberikan kemaslahatan serta tidak merugikan bagi orang lain. Ketika kita melihat bahwa tempat kita bekerja dalam proses bisnisnya berlaku curang dan mendzalimi pihak lain hendaklah kita menjauhinya semampu kita.

Sabda Rasulullah SAW “Tidak bergeser kaki seorang hamba sehingga ia akan ditanya tentang empat perkara (yaitu):(1) Tentang umurnya untuk apa ia habiskan?; (2) Tentang ilmunya untuk apa ia amalkan?; (3)Tentang hartanya darimana ia dapatkan dan kemana ia belanjakan?; dan  (4) Tentang badannya untuk apa ia gunakan?. (Sunan At-Tirmidzî).

  1. Bersungguh-sungguh dan memberikan yang terbaik saat bekerja

Curahkanlah waktu dan kontribusi baik pemikiran dan tenaga terbaik yang kita punya saat bekerja. Sesaat setelah kita menandatangi kontrak kerja, di saat itulah komitmen kita dalam menjaga amanah perjanjian kita dengan perusahaan diuji.

Ketika kita bekerja sebisa mungkin hindarkanlah sifat ‘hitung-hitungan’dengan perusahaan, lakukanlah yang terbaik yang bisa kita lakukan bahkan jika itu melebihi dari apa yang diharapkan dan menjadi kewajiban kita. Amanah yang telah dipercayakan kepada kita harus kita jaga dengan segenap jiwa raga kita karena kelak ia akan ditanya di mahkamah Allah SWT.

Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli).  Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang  mujahid di jalan Allah Azza wajalla. (HR. Ahmad). 

  1. Perluas pergaulan dan menjaga silaturahmi

 Sebuah perusahaan umumnya terdiri dari berbagai macam suku dan bangsa. Bagi teman-teman yang bekerja di luar negeri misalnya, ‘’Culture Shock’’ atau penyesuaian diri dengan budaya kerja dan kolega menjadi tantangan tersendiri.

”Siapa yang ingin rezekinya diperluas dan umurnya panjang maka hendaknya ia bersilaturrahmi.” (HR. Bukhari)

 Ketika kita bergaul dengan pelanggan, teman kerja, atasan maupun bawahan kita, hendaklah kita selalu bersifat asertif dan menjalin hubungan baik. Selalu bersifat positif ketika berhubungan dengan orang lain, niscaya akan menularkan energi positif pula terhadap orang tersebut dalam sepenuh harinya saat bekerja. Kemampuan interpersonal yang baik itu perlu dilatih sehingga rekan kerja atau pelanggan akan merasa nyaman bekerja sama dengan kita.

Begitu juga dengan ilmu yang kita miliki, seyogyanya kita selalu membagi ilmu kita kepada rekan kerja kita.  Karena tabiat ilmu adalah ketika dibagi maka ia akan bertambah. Janganlah pernah merasa takut tersaingi ketika kita berbagi ilmu kepada orang lain, karena percayalah bahwa rezeki itu tidak akan pernah tertukar.

Bersambung ke bag.2

(Manhajuna/ED/AA**)

Tentang Penulis

Erwin Nugroho ST, MM, CMRP.

Latar belakang pendidikan penulis adalah  di bidang Teknik Mesin dan Manajemen Operasional dari Universitas Indonesia serta anggota dari asosiasi profesional di bidangnya. Penulis adalah seorang profesional yang telah bekerja di beberapa perusahaan dalam dan luar negeri dalam 15 tahun terakhir. Delapan (8) tahun terakhir dihabiskannya di perusahaan Join Venture Multinasional berlokasi di Qatar, Timur tengah yang karyawannya terdiri dari 66 kebangsaan. Selain bekerja beliau juga memiliki hobi mengajar baik di sekolah formal maupun informal dalam bidang mata pelajaran umum maupun bidang keIslaman. Beliau juga sempat menjadi Key Note speaker dan pembicara pada forum bidang keahlian beliau pada konferensi untuk perusahaan-perusahaan di wilayah Timur Tengah. Beliau juga dikenal aktif di berbagai organisasi dan institusi keIslaman  sejak usia sekolah hingga saat ini.

(Visited 1.010 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Rajab, Sya’ban dan Ramadhan

Manhajuna – Bulan rajab baru saja datang, dan berlalu tanpa terasa. Setelahnya adalah sya’ban, kemudian bulan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *