Alih Bahasa: Ustadz Alih bahasa: Ahmad Mudzoffar
Gegara pola pikir yang melenceng dan standar-standar yang keliru, banyak orang berkeyakinan bahwa, orang lain selalu lebih bahagia darinya..!! Dan bahwa, dia diuji dalam hidupnya lebih banyak daripada selainnya..!! Atau bahwa, dia tak seberuntung orang lain yang bisa menikmati banyak kebaikan dan kelebihan..!!
Padahal saat memandang kehidupan semua orang dengan satu cara pandang secara realistis dan logis, akan langsung kita temukan fakta bahwa, ternyata mereka itu sebenarnya mirip-mirip saja dalam kehidupan mereka semua. Kecuali hanya ada beberapa perbedaan yang sedikit saja diantara mereka…
Misalnya saja, realita (hidup) menyatakan bahwa:
Ada orang yang sehat fisik, tapi tidak memiliki harta..
Ada yang punya harta, tapi malah tidak bisa bahagia..
Ada yang punya keturunan, tapi tidak diberi karunia kesalehan dan sikap bakti mereka..
Ada yang dikaruniai bakti mereka, tapi dia justru hidup dengan masa lalu yang penuh derita keyatiman dan kepedihan..
Ada lagi yang punya pangkat dan jabatan, tapi tetap tidak bisa hidup tenang secara psikis dan sosial..
Dan bahkan mungkin ada yang memiliki semua kenikmatan di atas, namun di saat yang sama justru diuji dengan kedengkian, kebencian dan gangguan dari orang-orang di sekelilingnya..
Begitu pula di dalam aspek kehidupan berumah tangga misalnya..
Boleh jadi engkau, wahai suami, adalah orang yang baik, namun justru diuji dengan seorang istri yang abai dan buruk sikap.. (Atau sebaliknya seorang istri yang baik, namun diuji dengan suami yang buruk)..
Mungkin juga engkau seorang yang bijak, tapi sidia justru bersifat sebaliknya..
Begitupun boleh jadi, engkau wahai sang istri, suamimu seorang penyayang, namun berperangai temperamental..
Atau mungkin dia sangat baik akhlaknya, tapi (secara finansial) fakir..
Atau bisa jadi pula dia seorang yang beragama dan saleh, namun sangat kaku dan kasar dalam hal cinta serta perasaan..
Jadi poin intinya, kita semua sejatinya mirip-mirip saja dengan kemiripan yang sangat banyak dalam hal ujian-ujian hidup duniawi. Hanya saja dengan bentuk dan wujud yang beragam serta berbeda-beda..
Mungkin saja, di saat yang sama, kita masih punya kemampuan untuk memperbaiki kondisi-kondisi (tidak menguntungkan) dan kekurangan-kekurangan tersebut. Atau boleh jadi pula, kemampuan itu justru berada di luar jangkauan kita ..
Namun yang jelas-jelas berada di tangan kita dan mampu kita lakukan (selama kita mau) adalah sebagai berikut misalnya:
Pertama, bersabar dan ridha dengan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dimana di dalamnya tersedia pahala yang besar dan kebaikan yang luas di satu sisi. Di sisi lain padanya pula terdapat kebahagiaan dan kegembiraan duniawi..
Kedua, lalu di tangan kita juga ada karunia Allah yang berupa kemampuan untuk beramal saleh (sesuai kondisi masing-masing) yang tentu akan bermanfaat bagi kita di akherat kelak, dan dengannya kita bisa mencapai derajat tertinggi di Surga.. Dimana justru karunia inilah yang paling penting dan menjadi titik inti sasaran kecemburuan sekaligus kerugian dan kompetisi (di kalangan orang-orang beriman)..
Inilah neraca yang benar..
Inilah faktor pembeda hakiki yang harus menjadi fokus perhatian terbesar dan pemikiran terbanyak kita… Dan bukan faktor-faktor pembeda duniawi yang pasti lenyap itu.. Betapapun banyak coraknya dan tampak hebat kemegahannya..
(Manhajuna/IAN)