Oleh: Ahmad As-Sayyid
Alih bahasa: Kang Aher
Mereka yang berorientasi kerja membiarkan omongan hanya milik orang-orang berpangku tangan. Para pekerja keras meninggalkan perdebatan biar diurusi oleh orang-orang yang tak punya kegiatan. Mereka pilih fokus kepada pekerjaan karena berharap meraih cita.
Untuk itu mereka rela tidur hanya sejenak. Sebab, cita-cita yang hendak mereka raih begitu tingginya.
Dalam masa penuh kesulitan, mereka tetap berpegang teguh kepada agama. Hingga mereka pun bersedia menggenggam bara. Harapannya mendapatkan pahala lima puluh kali dari yang didapatkan oleh para sahabat Nabi.
Engkau akan dapati mereka, setiap kali kesulitan semakin bertambah, maka seiring dengan itu semakin bertambah pula etos kerja dan pengorbanan mereka. Juga semakin bertambah pula kesabaran dan harapan mereka. Mereka berharap ketika kelak dibangkitkan akan dihimpun bersama golongan auliya’ serta disatukan dengan para nabi ulul azmi.
Semakin meningkatnya tipu daya yang dilakukan oleh orang-orang yang berbuat makar, maka seiring itu pula keimanan dan kepasrahan mereka makin meningkat. “Dan ketika orang-orang mukmin melihat golongan-golongan (yang bersekutu) itu, mereka berkata, “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.” Benarlah Allah dan Rasul-Nya. Yang demikian itu menambah keimanan dan keislaman mereka.”
Mereka melihat semakin meningkatnya makar para musuh sebagai sunnah ilahiyah bagi lenyapnya kebatilan setelah mengalami puncaknya. “Di antara sunnatullah itu adalah jika Allah hendak memenangkan agama-Nya, maka dimuculkanlah orang yang menentang agama-Nya. Lantas Allah teguhkan kebenaran (al-haq) dengan kalimat-kalimat-Nya. Dia lemparkan kebenaran agar menimpa kebatilan, sehingga kebenaran itu menghancurkannya. Dan seketika itu kebatilan menjadi lenyap.” ( Al-Fatawa, Ibnu Taimiyah, 28/57)
Mereka melihat bahwa: “Di antara penyebab terbesar bagi kemenangan iman dan agama serta terangnya hakikat berita besar yang dibawa oleh para rasul adalah kemunculan manusia-manusia penentang mereka dari kalangan para pembuat kedustaan yang nyata.” ( Al-Jawab Ash-Shahih, Ibnu Taimiyah, 1/85).
Dalam kondisi apapun, sesungguhnya mereka itu dalam kenyamanan. Mereka rela kehilangan urusan keduniaaan. Yang penting mendapatkan keridhaan dari Ar-Rahman. Kedudukan di dunia ini tak begitu berarti bagi mereka.
Setiap kali jiwa mereka mengalami stagnasi, maka pandangan mereka dengan hasrat yang membara ingin membuka tirai agar dapat melihat telaga Nabi shallahu alaihi wa sallam. Dengan demikian, spirit mereka kembali bangkit menggerakkan jasmani mereka sehingga hampir-hampir saja membawanya terbang tinggi ke angkasa dengan leluasa. Mereka belum juga puas hati, sedangkan kerinduan masih terus menggelora sehingga mereka benar-benar dapat meneguk telaga itu.
Mereka tidak terpedaya oleh beragam pujian sehingga menyimpangkan mereka dari jalan yang mereka tempuh. Juga tidak terperdaya oleh berbagai cobaan sehingga menghalangi dari jalan yang mereka titi.
Hanya untuk Allah saja jiwa mereka, waktu mereka, hasrat mereka, serta kesudahan mereka. Allah memiliki hari di mana ketika itu mereka akan mengangkat kepala dan kemudian bertemu dengan Nabi shallahu alaihi wa sallam. Mereka pun sangat beruntung dengan lezatnya memandang Wajah Allah Yang Maha mulia, Pencipta mereka.
Sahdan. Sesungguhnya, demi Allah, saya tidaklah berada di waktu yang lebih dahsyat optimismenya dan lebih tinggi harapannya bagiku daripada hari ini. Meskipun saya sadar betul terhadap tragedi yang sekarang ini terjadi, dalamnya penderitaan, meningkatnya kejahatan, serta merajalelanya bahaya yang melanda.
Harapan itu ada tanda-tandanya. Optimisme itu ada ciri-cirinya. Cahaya itu ada petunjuk-petunjuknya. Nabi Ya’qub mendapati aroma Yusuf alahimas salam, padahal keduanya terhalang oleh jarak yang begitu jauhnya. Pancaran cahaya fajar adalah permulaan hari baru yang tidak dilihat oleh orang-orang yang tidur. Yang dapat melihatnya adalah orang-orang yang sudah terjaga dari tidurnya.
Betapa panjang derita dan kerugian orang-orang yang putus asa dan hanya duduk berpangku tangan saja saja ketika mereka melihat orang-orang yang terus bekerja. Lantas asok hari mereka menerima buah dari pekerjaannya.
Betapa dahsyat penyesalan orang-orang yang mundur, ketika melihat mereka yang teguh tegar segera sampai pada tujuan, setelah menempuh perjalanan yang panjang.
Oleh karena itu: Tetap teguhlah, teruslah bekerja, berkorbanlah dan bersabarlah! Dengan diterangi sinaran wahyu Ilahi dan mengambil petunjuk dari baginda Nabi. Sekarang bukan waktunya untuk berputus harapan!
(Manhajuna/IAN)