Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Kajian / Hadist / Agama adalah Nasehat
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Agama adalah Nasehat

عَنْ أَبِي رُقَـيَّةَ؛ تَمِيْم بنِ أَوْسٍ الدَّارِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ:  « الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: لِلَّهِ، وَلِكِتَابِهِ، وَلِرَسُوْلِهِ، وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ » [رواه مسلم]

Kosa Kata

أئمة (إمام) Pemimpin عامة Kalangan umum

Arti dan Kedudukan Hadits

Dari Abu Ruqoyah Tamim Ad-Daari , sesungguhnya Nabi salallahu ‘alayhi wa sallam bersabda,

“Agama adalah nasehat.” Kami berkata, “Kepada siapa?” Beliau bersabda, “Kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya dan kepada pemimpin kaum muslimin, dan seluruh kaum muslimin.”   (HR. Muslim) [1]

Hadits ini kedudukannya  sangat tinggi, karena merupakan poros Islam. Karena prinsip-prinsip Islam bersumber dari hadits ini.  [2]

Pemahaman Hadits

Ungkapan “Agama adalah nasehat” maksudnya adalah,  “Tiang agama dan penopangnya adalah nasehat.” Hadits ini sepadan dengan hadits Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam dalam masalah haji, “Al-Hajju ‘Arafah (Haji adalah Arafah),” yaitu pilar dan rukun yang paling utama dalam haji adalah wukuf di Arafah. [3]

Tarkib (susunan) Kalimat (الدين النصيحة) dalam hadits di atas terdiri dari mubtada’ khabar (Subyek dan Predikat) bukan sifat mausuf (yang disifati dan yang mensifati). Adapun kedua katanya berbentuk ma’rifah.[4] Menurut para ulama balaghah (sastra arab), susunan seperti itu berfungsi sebagai pengkhususan (hasr). Sehingga maknanya adalah: “Agama tidak lain merupakan nasehat.”  [5]

Nasehat (النصيحة) dari segi bahasa berasal dari kata نصح  artinya adalah: murni (خلص). Jika dikatakan ‘nashaha qalbuhu, artinya adalah hatinya bersih dari kebohongan, atau jika dikatakan nashahat  taubatuhu, maksudnya adalah taubatnya murni, tidak akan kembali  pada kemaksiatan semula (taubatan nashuha). [6]

Al-Khattabi berkata, “Nasehat adalah sebuah kata yang padat dan bermakna mengharapkan kebaikan bagi orang yang dinasehati.” [7]

Maksud nasehat kepada Allah adalah:

  • Beriman kepada-Nya dan membenarkan apa yang disampaikan melalui Kitab-Nya dan lisan Rasul-Nya.
  • Ikhlas dalam semua bentuk ibadah hanya kepada-Nya serta menafikan berbagai bentuk ibadah kepada selain-Nya.
  • Ta’at terhadap semua perintah-Nya dan menjauhkan larangan-Nya.
  • Mencintai apa yang Dia cintai dan membenci apa yang Dia benci.

Makna nasehat di sini adalah memurnikan (al-khulush) keimanan hanya kepada Allah Ta’ala, serta mensucikan diri seorang hamba (beriman kepada-Nya).  Hal tersebut telah disinggung dalam firman Allah Ta’ala surat At-Taubah: 91. [8]

Maksud nasehat kepada Kitab-Nya adalah:

  • Beriman kepadanya sebagai kalamullah yang diturunkan kepada Nabi-Nya dan membenarkan apa yang terdapat padanya.
  • Mengagungkannya, membacanya dengan baik dan benar serta kekhusyu’an.
  • Mempelajarinya dan mengamalkan semua ajaran yang ada di dalamnya serta membelanya dari berbagai penafsiran batil yang dilakukan oleh musuh-musuh Islam.

Maksud nasehat kepada Rasul-Nya adalah:

  • Membenarkan kerasulannya dan mengimani semua yang disampaikan.
  • Ta’at atas setiap perintahnya dan menjauhkan larangan-nya.
  • Membelanya dan ajarannya, mencintai orang yang mencintainya dan memusuhi orang yang memusuhinya.
  • Mencintai dan mengagungkannya serta menjadikannya sebagai teladan dalam kehidupan.

Nasehat kepada pemimpin muslim maksudnya adalah:

  • Membantu mereka dalam kebenaran.
  • Menaati perintahnya dan mengingatkannya dengan lembut.
  • Tidak boleh melakukan pemberontakan kepada mereka.
  • Mendoakan mereka.

Nasehat kepada kaum muslimin secara umum:

  • Memberi petunjuk untuk kebaikan mereka baik dunia maupun akhirat dan menolong mereka untuk itu.
  • Menutup aib dan cela yang ada pada mereka.
  • Mendatangkan kebaikan untuk mereka dan menolak bencana dari mereka.
  • Melakukan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar dengan cara yang bijak.
  • Menyukai terhadap mereka apa yang disukai dirinya sen-diri dan membenci terhadap mereka apa yang dibenci terhadap dirinya sendiri. [9]

Pelajaran yang Terdapat dalam Hadits

  1. Kehidupan beragama tidak lepas dari upaya saling nasehat menasehati, siapa pun orangnya dan apa pun kedudukannya.
  2. Tidak menerima nasehat atau enggan memberi nasehat, indikasi tidak lengkapnya pemahaman seseorang terhadap agamanya.
  3. Uslub (metode) penjelasan yang digunakan Rasulullah adalah memulai dari yang bersifat umum kemudian khusus dan dari yang paling penting kemudian berikut-nya. Pertama beliau jelaskan bahwa agama adalah nasehat, kemudian beliau jelaskan rinciannya. Urutan pertama yang beliau sebutkan adalah nasehat kepada Allah Ta’ala yang paling tinggi kedudukannya.
  4. Rasulullah salallahu ‘alayhi wa sallam juga menggunakan metode dialog untuk menyampaikan pesan-pesannya. Beliau tidak sungkan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang memang membutuhkan penjelasan.
  5. Perhatian yang besar dari para shahabat untuk menimba ilmu, mereka tidak meninggalkan sebuah hal yang masih membutuhkan penjelasan, kecuali hal tersebut mereka tanyakan.
  6. Hadits ini merupakan isyarat adanya kepemimpinan dalam masyarakat Islam. Yaitu adanya orang yang memimpin dan yang dipimpin. Dan pada masing-masing mereka memiliki hak dan kewajiban yang harus ditunaikan.

Tema Hadits dan Ayat Al-Quran Terkait

Dakwah dan Amar Ma’ruf Nahi munkar : Ali Imran (3): 104, Ali Imran (3): 110, Fushshilat (41): 33
Pentingnya selalu upaya untuk saling mengingat-kan : Adz-Dzariyat (51): 55, Al-A’la (87): 9
Bahaya meninggalkan nasehat : Al-Ma’idah (5): 78-79
Tuntutan memberikan  nasehat dengan tetap  menjaga adab-adabnya : An-Nahl (16): 84, Hud (11): 88, Al-Ma’idah (5): 92-99, Thaha (20): 42-44

Catatan Kaki:

  1. Shahih Muslim, Kitab Al-Iman, 95
  2. Syarah Muslim, Imam An-Nawawi, II/225
  3. Syarah Muslim, Imam An-Nawawi, II/226
  4. Biasanya mubtada’ dan khabar terdiri dari lafaz Ma’rifah (definitif) untuk mubtada’ dan Nakirah (indefinif) untuk khabarnya.
  5. Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah, hal. 135
  6. Al-Mu’jam Al-Wasith, item نصح.
  7. Syarh Shahih Muslim, II/615
  8. Al-Qawa’id wal Fawa’id minal Arba’in an-Nawawiyah, Nazhim Muhammad Sulthan, hal. 92
  9. Lihat Jami’ul Ulum wal Hikam, 143-145, Syarh Al-Arbain An-Nawawiyah: Ibnu Daqiq al-Ied, 90-95, Al-Wafie, hal: 42-45,

Sumber: Kajian Hadits Arba’in Nawawiyah, Imam An-Nawawi, Penyusun Abdullah Haidir, di Muraja’ah DR. Muinudinillah Basri, MA Fir’adi Nashruddin, Lc. Penerbit Kantor Dakwah Sulay Riyadh

(Manhajuna/IAN)

(Visited 979 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Natal Dan Toleransi

Oleh Ustadz Abdullah Haidir, Lc. Membaur, akrab, tolong menolong dalam bermasyarakat walau beda agama, tapi …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *