Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Hikmah / Agar Keberkahan Hujan Kita Raih
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Agar Keberkahan Hujan Kita Raih

Oleh: Ustadz Fir’adi Nasruddin, Lc.

» وَهُوَ الَّذِي أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِرًا نُخْرِجُ مِنْهُ حَبًّا مُتَرَاكِبًا »

“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau.” (QS. Al-An’am: 99).

Saudaraku,
Di antara anugerah teragung yang Allah hadirkan dalam hidup kita adalah curahan hujan yang menetes deras dari langit. Kita masih terkenang dengan apa yang kita alami beberapa bulan yang lalu dari terhimpitnya kehidupan dan kerontangnya bumi kita saat Allah menahan salah satu rahmat-Nya tersebut mengucur membasahi jiwa dan bumi ini.

Sehingga tidak sedikit di antara kita yang panik dan galau dengan kemarau panjang tersebut. Ada yang menghidupkan Sunnah Rasul yang telah banyak dilupakan umat, yakni shalat istisqa’. Dan ada sebagian lain yang mengharap turunnya hujan dengan melakukan ritual kesyirikan, takhayul, khurafat dan bid’ah, yang jauh dari petunjuk nubuwah. Seperti yang terjadi di Banyuwangi dan Malang, ada sebagian masyarakat menganggap bahwa untuk memanggil hujan, mereka perlu mengadakan sebuah ritual mantu kucing. Uniknya, dalam ritual tersebut 2 ekor kucing yang sudah dikawinkan diarak layaknya pernikahan manusia. dan seterusnya. Allahul musta’an.

Saudaraku,
Alhamdulillah saat ini kita berada di musim peng-hujan. Bahkan hujan menyapa kita setiap hari. Terkadang pagi, siang, sore, malam, dan bahkan dari pagi hingga malam hari. Namun, karunia Allah ini sering disambut oleh sebagian kita dengan warna keluh kesah yang lain. Jemuan pakaian yang tidak kering. Hajatan yang terganggu. Kuliner yang sepi. Jualan dawet yang bangkrut dan yang senada dengan itu.

Agar tetesan hujan mendatangkan keberkahan dalam hidup kita dan mengalirkan pahala di akherat sana, ada beberapa amalan yang perlu kita lakukan dalam hidup kita.

Pertama, mensyukuri nikmat pemberian-Nya berupa kucuran hujan.

Nabi s.a.w mencontohkan sebuah ucapan yang kita lafadzkan ketika turun hujan kepada kita,

» اللَّهُمَّ صَيِّباً ناَفِعاً «

“Ya Allah, (jadikan hujan ini) hujan yang membawa manfaat.” (HR. Bukhari, no. 1032 dan Nasa’i, no. 1524).

Ibnu Bathal mengomentari bacaan Nabi s.a.w di atas, ”Hadits ini mengandung anjuran untuk berdo’a ketika turun hujan agar kebaikan dan keberkahan semakin bertambah, begitu pula mengalirkan banyak manfaat dalam kehidupan.”

Kedua, hujan merupakan satu keadaan yang identik dengan keterkabulan do’a. Oleh karena itu perbanyak do’a dan zikir sewaktu hujan turun dari langit.

Nabi s.a.w menandaskan persoalan ini dengan sabdanya, “Gapailah ketajaman do’a dalam tiga keadaan: saat bertemu dua pasukan (berperang di jalan Allah), ketika shalat hendak ditunaikan dan kala hujan turun.” (HR. Baihaqi).

Ketiga, ketika hujan lebat, dan ada semacam kekhawatiran timbulnya mara bahaya menyapa kita, Nabi s.a.w mengajari kita sebuah bacaan:

» اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ «

“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan.” (HR. Bukhari, no. 1014).

Ibnul Qayyim dalam kitabnya “Zadul ma’ad” mengatakan, ”Ketika hujan semakin lebat, para sahabat meminta pada Nabi s.a.w supaya berdo’a agar cuaca kembali menjadi cerah. Akhirnya beliau membaca do’a di atas.”

Syekh Shalih as-Sadlan menegaskan bahwa do’a di atas dibaca ketika hujan semakin lebat atau ada perasaan khawatir jikalau hujan tersebut akan membawa dampak yang buruk.”

Keempat, mengambil berkah dari air hujan dan bukan menganggap bahwa air hujan itu menimbulkan penyakit.

Anas bin Malik r.a berkata, ”Kami pernah berhujan-hujanan bersama Rasulullah s.a.w. Lalu beliau menyingkap bajunya hingga terguyur hujan. Kemudian kami mengatakan, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan demikian?.” Kemudian Rasulullah s.a.w bersabda, “Karena hujan ini baru saja Allah ciptakan.” (HR. Muslim, no. 898).

Imam Nawawi menjelaskan dalam syarh shahih Muslim, “Hadits ini memberikan makna bahwa hujan itu adalah rahmat yaitu rahmat yang baru saja diciptakan Allah Ta’ala. Oleh karena itu, Nabi s.a.w mengambil berkah dari hujan tersebut.”

Saudaraku,
Para orang tua sering melakukan kesalahan dalam mendidik anak-anaknya. Di mana mereka melarang anak-anaknya bermain-main dalam guyuran air hujan. Dengan dalih, jika terkena air hujan akan terkena flu, demam dan penyakit lainnya.

Padahal air hujan justru mendatangkan barakah dan bukan penyakit. Bahkan Nabi s.a.w teladan para orang tua justru mengambil berkah dari kucuran hujan. Namun, tentunya kadar waktunya dibatasi. Tidak jor-joran membiarkan anak-anak berlama-lama dalam guyuran hujan hingga anak-anak menggigil kedinginan.

Kelima, dianjurkan berwudhu dengan air hujan

Yazid bin al-Hadi meriwayatkan, “Apabila air hujan yang deras mengalir, Nabi s.a.w mengatakan, ”Keluarlah kalian bersama kami menuju air ini yang telah dijadikan Allah sebagai alat untuk bersuci.” Kemudian kami bersuci dengan air tersebut dan memuji Allah atas nikmat ini.” (HR. Baihaqi).

Keenam, tidak mencela hujan, karena hal ini termasuk perilaku yang menyakiti Penciptanya.
Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah s.a.w bersabda, Allah Ta’ala berfirman, “Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti.” (HR. Bukhari, no. 4826 dan Muslim, no. 2246).

Ketujuh, berdo’a setelah turunnya hujan

Nabi s.a.w mengajari kita do’a, yang kita ucapkan setelah hujan berhenti menetes,

» مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ «

“Kita dikaruniai hujan karena anugerah dan rahmat Allah.” (HR. Bukhari, no. 846 dan Muslim, no. 71).

Hadits di atas yang mendasari sunnahnya mengucapkan ‘Muthirna bi fadhlillahi wa rahmatih’ (Kita dikaruniai hujan karena anugerah dan rahmat Allah) setelah turun hujan sebagai tanda syukur atas nikmat hujan yang diberikan

Saudaraku,
Mari kita gapai keberkahan dan keindahan hidup dengan melakukan berbagai amalan yang diperbuat Nabi s.a.w sebelum, sesaat dan sesudah turun hujan. Dan tentunya gumpalan pahala yang menggunung, menanti kita di sana. Di akherat sana. Amien. Wallahu a’lam bishawab.

(Manhajuna/GAA)

(Visited 720 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Rajab, Sya’ban dan Ramadhan

Manhajuna – Bulan rajab baru saja datang, dan berlalu tanpa terasa. Setelahnya adalah sya’ban, kemudian bulan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *