Oleh: Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri, MA
Manhajuna.com – Baginda Sayyiduna Nabiyullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): “Barangsiapa berinfak ganda (dengan harta miliknya) di jalan Allah, maka ia akan dipanggil dari pintu-pintu Surga: Wahai hamba Allah! Sungguh ini lebih baik (baik sekali). Lalu barangsiapa termasuk ahli shalat, maka ia akan dipanggil (agar masuk Surga) dari pintu shalat. Barangsiapa termasuk ahli jihad, maka ia akan dipanggil (agar masuk Surga) dari pintu jihad. Barangsiapa termasuk ahli puasa, maka ia akan dipanggil (agar masuk Surga) dari pintu Ar-Rayyan. Barangsiapa termasuk ahli sedekah, maka iapun akan dipanggil (agar masuk Surga) dari pintu sedekah. Lalu Sahabat Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu berkata : Ya Rasulallah, adakah orang yang akan dipanggil dari semua pintu itu? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: Ya, ada, dan aku harap engkau adalah salah seorang diantara mereka”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Nah, jika faktor penentu dari pintu Surga yang mana seseorang akan dipanggil nantinya, adalah “keahlian”-nya selama hidup di dunia, maka pertanyaan pentingnya adalah: Lalu ahli apakah kita ini? Ya, apakah “keahlian” yang paling kita andalkan dan harapkan selama ini, sehingga dengannya kita pantas termasuk diantara hamba-hamba Allah yang akan dipanggil untuk masuk Surga dari salah satu diantara pintu-pintunya itu?
Tapi sebelumnya, “keahlian” apakah yang dimaksudkan itu? Apakah maksudnya penguasaan, pengetahuan dan kebisaan? Bukan. Bukan itu. Melainkan yang sudah jelas, sebagaimana tampak dari hadits diatas, adalah “keahlian” dalam menunaikan amal ibadah. Dimana kata “ahli” atau “keahlian” disitu berarti adanya kelebihan, keunggulan dan keistimewaan yang menonjol di bidang suatu amal ibadah tertentu. Yakni bila dibandingkan dengan amal-amal ibadah lainnya, atau bila dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh umumnya orang lain di bidang amal ibadah yang sama. Intinya, harus ada kelebihan, keunggulan dan keistimewaan tertentu yang menonjol. Sehingga seseorang disebut sebagai ahli sedekah misalnya, adalah karena sedekahlah amalnya selama ini yang paling istimewa, paling spesial dan paling menonjol dibanding amal-amalnya yang lain, atau dibanding sedekah orang lain pada umumnya. Demikian seterusnya.
Kemudian, sebagai pengingat, berikut adalah beberapa faktor atau indikator penanda yang bisa menjadi parameter untuk menengarai seseorang itu disebut ahli di bidang amal ibadah tertentu.
PERTAMA, terpenuhinya unsur sikap totalitas dalam melakukan suatu amal ibadah tertentu. Dimana hal itu biasanya dilatar belakangi oleh cocok atau “klik”-nya bidang amal ibadah tersebut dengan potensi, kemampuan, kecenderungan, pilihan, “mood” dan “selera” pelakunya.
KEDUA, atau terpenuhinya unsur tingkat mujahadah yang tinggi dan usaha keras yang istimewa dalam seseorang melakukan suatu amal tertentu. Baik hal itu karena besar dan beratnya tantangan yang menghadang di jalan amal tersebut. Atau karena lemahnya potensi dan terbatasnya kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengerjakan amal itu.
KETIGA, dan ini yang paling utama dan paling tinggi nilainya sebagai faktor penentu “keahlian” diatas, sekaligus tentu yang paling berat, yakni terpenuhinya unsur keistiqamahan dan keajegan dalam melakukan suatu amal ibadah tertentu sampai akhir hayat.
Jadi, ahli apakah Anda? Dan dari pintu Surga yang manakah Anda ingin dipanggil nantinya? Atau ingin dipanggil dari seluruh pintunya seperti Sayyidina Abu Bakar?
(Manhajuna/GAA)