Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Hikmah / Ajaibnya Doa Seorang Ayah
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Ajaibnya Doa Seorang Ayah

Oleh: Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri, MA

Manhajuna – Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya bahwa, doa ayah ibu untuk anaknya, berupa doa baik ataupun doa buruk, adalah termasuk doa yang mustajab. Dan kisah berikut ini, disamping merupakan salah satu pembuktian akan kebenaran hadits Nabi SAW, sekaligus menjadi pelajaran berharga dan peringatan penting bagi setiap orang tua, agar tidak gampang mengeluarkan kata-kata negatif terhadap anaknya, karena bisa menjadi doa buruk yang terkabulkan atas anak kesayangan, meskipun semula ucapan tersebut tidak benar-benar diniatkan sebagai doa yang serius!

Dengan wajah penuh kesedihan dan penyesalan, seorang ayah bertutur:
Aku dulu punya seorang anak laki-laki yang telah memasuki usia remaja. Aku sangat membanggakan dan menyayangi anakku tersebut. Karena ia termasuk anak yang baik dan berbakti kepada orang tua. Nah, kisahku ini berawal pada suatu malam, saat kami sekeluarga sudah bersiap-siap untuk istirahat dan tidur, ketika tiba-tiba anak kesayanganku yang kuceritakan itu mendatangiku seraya berkata: Ayah, aku sudah jenuh belajar, maka aku mohon izin untuk keluar jalan-jalan sebentar barang setengah jam saja, lalu aku akan langsung pulang lagi setelahnya. Tapi aku menjawab dengan mengatakan kepadanya: Jangan anakku, ini ‘kan sudah malam, orang-orang sudah pada tidur, dan kamu sendiri ‘kan juga sudah memakai baju tidur!
Ia masih berusaha memperoleh izinku sehingga berkata lagi: Aku akan keluar sebentar saja kok, Ayah, untuk sekadar refreshing demi mengusir kejenuhan belajar. Dan aku akan tetap mengenakan jubah tidurku ini, karena memang aku juga tidak ingin pergi jauh atau lama. Begitu ucapnya, mencoba untuk mempengaruhiku agar mengizinkannya. Tapi aku tetap bersikukuh melarang dan mencegahnya keluar. Dan karena ia seorang anak yang patuh, maka iapun lalu ngeloyor pergi meninggalkanku, meskipun mungkin saja tetap dengan menyimpan rasa kecewa atas penolakanku.

Sesaat kemudian, begitu melihat putranya tampak bermuka masam dan cemberut, ibunyapun bertanya: Ada apa denganmu? Ia lalu menjawab: Aku barusan minta izin pada Ayak untuk keluar jalan-jalan sebentar, tapi beliau tidak mau memberiku izin! Sesudah itu istriku yang gantian mendatangiku sambil berkata: Anak kita ‘kan anak yang berbakti dan baik, biarlah dia pergi sebentar, toh dia berjanji akan langsung kembali lagi secepatnya! Dan dengan tekanan-tekanan dari ibunya, akhirnya akupun terpaksa mengatakan: Ya sudah biarkan dia pergi…! Namun, dan ini yang aku sesali, tanpa sadar dan tanpa sengaja, aku juga mengucapkan kata-kata spontan yang berisi doa buruk atasnya. Yakni aku keceplosan berucap: … Semoga saja Allah tidak memulangkannya! Ya, memang aku katakana doa itu, namun tentu saja sama sekali aku tidak sungguh-sungguh dalam mengatakannya. Sepertinya ucapan itu keluar begitu saja dari mulutku. Dan tanpa kusadari bahwa, pintu langit sewaktu-waktu terbuka bagi doa siapa saja dan doa apa saja!

Sejurus setelah itu anakkupun benar-benar pergi, sampai berlalu satu jam… lalu satu setengan jam … dan dua jam, tapi ternyata dia belum juga kembali. Bahkan sampai waktu adzan subuh berkumandang, putraku tetap belum pulang. Sehingga, karena saking khawatirnya, saat itu hatiku bak tertikam tombak. Aku langsung ingat dan sangat khawatir, jangan-jangan ini gara-gara doa buruk atasnya yang kuucapkan tanpa niat itu!

Akhirnya akupun melapor ke kantor kepolisian terdekat. Mereka mencoba menghubungi berbagai pihak dan instansi terkait. Sampai akhirnya didapat informasi bahwa, pada malam itu telah terjadi sejumlah kecelakaan lalu lintas, dan ada beberapa korban yang meninggal. Para petugas lalu menyuruhku untuk pergi ke rumah sakit. Maka secepat kilat akupun meluncur kesana. Dan begitu sampai, aku langsung dibawa menuju kamar mayat. Dan la haula wala quwwata illa billah, wa hasbunallahu wa ni’mal wakil, ternyata kekhawatiranku benar-benar terjadi. Pandangan mataku serta merta tertuju ke arah anak kesayanganku yang telah terbujur kaku diantara mayat-mayat korban kecelakaan maut malam itu! Dan tetap masih dengan baju tidur yang dikenakannya saat meninggalkan rumah dengan niat jalan-jalan itu. Ia adalah korban yang terakhir wafat.

Akhirnya kami keluarkan jasadnya dari dalam mesin pendingin di kamar mayat RS tersebut, dan langsung membawanya pulang. Selanjutnya, singkat kata, kami shalatkan, lalu kami makamkan. Dan semua itu aku lakukan dan lewati dengan kondisi hati yang seakan remuk redam, perasaan yang berkecamuk tidak karuan, dan penyesalan yang tiada tara. Meskipun aku sadar bahwa, inilah taqdir. Namun aku tetap merasa yakin bahwa, akulah penyebab semuanya. Aku tidak hati-hati, sehingga keceplosan berdoa buruk terhadapnya, dan doaku terkabul!
Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un!

(Manhajuna/GAA)

(Visited 1.743 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Rajab, Sya’ban dan Ramadhan

Manhajuna – Bulan rajab baru saja datang, dan berlalu tanpa terasa. Setelahnya adalah sya’ban, kemudian bulan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *