Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Hikmah / Allah Tahu Kita Sibuk
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Allah Tahu Kita Sibuk

Oleh: Ustadz Musyaffa Ahmad Rahim, MA.

Manhajuna.com – Sebagai seorang da’i, sudah seharusnyalah kita mempunyai hubungan yang kokoh kuat (quwwatush-shilah) dengan Allah SWT. Ada banyak sarana yang bisa kita jadikan sebagai pilihan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas hubungan tersebut.

Di dalam al-mustakhlash fi tazkiyatil anfus, Sa’id Hawa rahimahullah menyebutkan tiga belas sarana yang bisa kita jadikan sebagai wasilah untuk mendekatkan diri kita kepada Allah SWT, mulai dari shalat, zakat-infaq-sedekah, puasa, haji, tilawatul qur’an, zikrullah,tafakur alam, dan seterusnya.

Meskipun begitu, kita masih sering merasakan kekeringan rohani. Ini karena kita sangat jarang mengalirinya dengan siraman-siraman rohani berupa sarana-sarana tersebut, atau dalam istilah tekniknya, kita jarang men-charge aki dan baterai ruhani yang kita miliki dengan sarana-sarana islamiyah tadi.

Alasan yang kita kemukakan selalu sama dan klasik, yaitu: sibuk dan repot. Hal ini terjadi karena kita susah mengatur dan mendapatkan waktu senggang untuk menyiram dan mengisi rohani.

Terkadang, ketika sedang berkumpul dengan sesama teman pengajian, kita ingat bahwa ruhani kita sedang sangat kekeringan. Namun begitu keluar dari majelis ilmu, kita kembali lagi menjadi manusia-manusia yang sibuk.

Namun, perlu diingat bahwa dengan adanya kesibukan tidak berarti kita dapat meninggalkan langkah-langkah untuk melakukan siraman dan charge ruhani kita. Mari kita renungkan bersama firman Allah SWT berikut ini:

“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam, atau sepertiganya, dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Muzzammil: 20)

Ayat ini menjelaskan bahwa:

  1. Allah SWT mengetahui bahwa kemampuan kita dalam ber-qiyamullail berbeda-beda. Ada yang hampir mampu mencapai dua per tiga malam, ada yang mampu setengah malam, ada yang sepertiga malam.
  2. Allah SWT lah yang membuat ukuran-ukuran siang dan malam.
  3. Allah SWT mengetahui bahwa kita ini lemah dan tidak akan mampu memenuhi kewajiban itu (waktu ituqiyamullail setengah malam adalah kewajiban kaum muslimin)
  4. Allah SWT mengetahui bahwa di antara kita ada yang sakit, ada yang sibuk mencari ma’isyah, ada yang sibuk berperang fi sabilillah.

Meskipun mengetahui kesibukan kita, Dia tetap memerintahkan kita untuk:

  1. Membaca Al-Qur’an (bahkan diulang dua kali) sesuai dengan kemudahan kita.
  2. Menegakkan shalat.
  3. Membayar zakat.
  4. Memberikan pinjaman yang baik kepada Allah SWT (sedekah dan semacamnya).
  5. Banyak beristighfar.

Artinya, betapapun kesibukan melanda kita, kita tidak boleh melupakan tugas menyirami ruhani kita dan men-charge-nya dengan berbagai sarana yang ada.

Ada banyak cara yang ditawarkan oleh Islam agar kita tetap bisa mendapatkan kesempatan melakukan siraman dancharge ruhani kita. Di antaranya adalah:

1. Kita harus men-split waktu-waktu yang kita miliki agar menjadi berbagai macam saat, sehingga di hadapan kita akan muncul sederet waktu yang bisa kita daya gunakan.

Pada suatu hari, seorang sahabat yang bernama Hanzhalah bertemu Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.. Begitu bertemu Hanzhalah berkata, “Nafaqa Hanzhalah” (Hanzhalah menjadi munafik). Mendengar pernyataan seperti itu Abu Bakar kaget, lalu berkata, “Mengapa?” Hanzhalah berkata, “Kalau kita berada di majelis Nabi SAW seakan kita melihat dengan kepala kita sendiri suasana surga dan neraka, akan tetapi begitu bertemu anak-anak, kita lupa semua yang kita rasakan tadi.” Mendengar penjelasan itu Abu Bakar menjawab, “Kalau begitu sama dengan saya.” Singkat cerita, keduanya mendatangi Nabi SAW. Setelah keduanya menceritakan apa yang dirasakannya, Nabi SAW menjawab, “Akan tetapi, wahai Hanzhalah, sa-‘ah wa sa-‘ah.” Maksudnya, “Bagilah (split-lah) waktumu agar ada saat untuk ini dan ada saat untuk itu.” (HR. Muslim)

2. Kita harus pandai memanfaatkan serpihan-serpihan waktu yang kita miliki dan mendayagunakannya untuk penyiraman dan charge ruhani kita.

Pada suatu hari Rasulullah SAW memperingatkan bahaya memaksakan diri untuk memperbanyak ibadah. Beliau bersabda:

“Sesungguhnya agama ini mudah dan tidak ada yang memberat diri sendiri kecuali agama itu akan mengalahkannya. Karenanya, luruskan langkah dan kokohkan, berusahalah untuk selalu mendekati (target ideal), bergembiralah (jangan pesimis), dan meminta tolonglah dengan waktu pagi, waktu sore, dan sedikit malam.” (HR. Bukhari)

3. Terakhir, kita harus pandai-pandai membuat diversifikasi acara (keragaman acara) agar tidak cepat bosan. Ingatlah bahwa Rasulullah telah bersabda:

“Jangan begitu, laksakanlah pekerjaan sesuai dengan kemampuan kalian! Maka demi Allah, Allah SWT tidak bosan sehingga kalian bosan, dan agama yang paling Allah SWT sukai adalah agama yang pemeluknya kontinu dalam melaksanakannya.” (HR. Muttafaqun ‘alaih)

Semoga Allah SWT memberikan taufik, bimbingan, dan kekuatan kepada kita untuk istiqamah di atas jalan agamaNya. Aamiin!

(Manhajuna/GAA)

(Visited 1.197 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

Rajab, Sya’ban dan Ramadhan

Manhajuna – Bulan rajab baru saja datang, dan berlalu tanpa terasa. Setelahnya adalah sya’ban, kemudian bulan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *