Hijri Calendar by Alhabib
Beranda / Hikmah / Anak-anaknya Dimana?
>> Sponsorship/Donasi Website Manhajuna <<

Anak-anaknya Dimana?

Oleh: Muhammad Al-Fadhil
Alih bahasa: Muthahhir Arif

Suatu hari saya ke rumah sakit untuk kontrol kesehatan.

Saya melihat di ruang tunggu ada seorang pasien yang sudah sangat tua yang duduk di kursi roda, ditemani pembantunya yang kelihatannya orang India.

Saya ingin menggambarkan bagaimana cara orang tua itu duduk..?

Semua yang menunjukkan kelemahan sebagai orang tua renta ada padanya! Sampai-sampai kepalanya terayun dan tertunduk sampai di kedua kakinya.
Lalu aku bertanya ke perawat: “Siapa yang menemani orang tua ini?” Lalu dijawab, “yang menemaninya sopir ini“. Yaa Allah.. di manakah putra putrinya? Bukankah umurnya dan kekuatannya sudah dihabiskan untuk mereka?

***

Suatu ketika Umar bin Khattab RA mendapati orang tua Yahudi di jalan, lalu beliau bertanya tentang orang tersebut, orang-orang berkata: itu adalah orang yang hidupnya melarat. Lalu Umar pun memerintahkan untuk memberikan makanan padanya dan menafkahinya.

Saudaraku, Wahai para anak yang punya orang tua!

Ini adalah seorang Yahudi! Sedangkan ayah kita seorang Muslim !
Merekalah yang melahirkan kita di dunia dan mereka letih lantaran kita..!! Orang tua kita sedih atas kesedihan kita !

Akankah kita terus dilalaikan dengan berbagai kesibukan? Masihkah kita bermalas-malasan untuk berbakti pada orang tua kita? Pantaskah kita bersenang-senang sementara orang tua kita membutuhkan perhatian kita?

Masuk akalkah bahwa kita tidur enak dan tidak sempat mengantar orang tua kita untuk berobat? Saat beliau sudah sedemikian lemah secara fisik dan jiwa ?

Sungguh, itu bukan tertidur! Namun, itu menunjukkan lemahnya agama, karena hati dan perasaan yang telah mati, itu kehinaan yang menjijikkan..!

Marilah kita hidup bersama nya!
Bukankah orang tua bersama kita saat kita masih kecil dan lemah? Lalu pada saat orang tua kita sudah lemah dan makin sepuh, tidak punya hak sesuap nasi, pakaian, dan tempat tinggal ??!

Pantaskah kita mencampakkannya di bawah kasih sayang orang lain (India) yang kadang menyayanginya dan terkadang tidak memperdulikannya ? Lalu kita mengharapkan petunjuk dari Allah? Mengharapkan kesuksesan dalam hidup, kebahagiaan dan ketenangan ?

Kita juga berharap anak-anak kita menjadi patuh pada kita? Sungguh itu terlalu jauh !

Silakan hidup sesukamu bersama dengan teman, bersama istrimu, dengan semua bentuk fasilitas.
Maka demi Allah! Kalian tidak akan memperolehnya! Baik itu pikiran yang tenang, hati yang tenang, bahkan kalian tidak akan mendapatkan satu langkah yang diberkahi dalam hidupmu selama anda seperti ini, masih durhaka kepada kedua orang tua dan mengingkari kebaikan mereka !

Maka segeralah kembali kepada Tuhanmu, mohon ampunlah anda dari dosa besar ini !

Semoga Allah menerima taubat kita, dan mengampuni dosa-dosa kita pada masa lalu.

(Visited 113 times, 1 visits today)

Beri Komentar (via FB)

http://bursanurulfikri.com/

Lihat Juga:

ETIKA MENDENGAR, KAEDAH ‘8-M’ (Tafsir Qurtubi 11/176)

Bersama Buya (Dr.) Ahmad Asri Lubis (غفر الله له ولوالديه وللمؤنين). Menurut Imam Qurtubi, Ibnu …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *