Oleh Ustadz Abdullah Haidir, Lc.
As’adallahu shobaahakum…semoga Allah bahagiakan Anda di pagi ini. Jangan tersandera oleh kekecewaan. Jadikan dia motivasi lakukan perbaikan…
Kekecewaan ibarat tikungan tajam bagi seorang pembalap. Di sana dia dapat terjungkal, atau justru menyalip lawan. Tergantung penyikapan…
Kekecewaan akan selalu menyapa. Sebagai isyarat, walau kita harus ikhtiar sekuat tenaga, tapi jangan menuntut segalanya harus sempurna…
Kecewa sering lahir dari espektasi dan pemujaan berlebihan. Selalulah bersikap wajar…..tapi jangan liberal…:)
Kecewa tak mungkin kita hindari. Tapi kita dapat hindari sikap dan ucapan tak terkendali.
Saat kita kecewa, banyak juga orang lain yang kecewa. Hanya saja, ada yang menatanya dengan tenang, ada yang melampiaskannya dengan berang.
Yang menyedihkan adalah kekecewaan berlebihan untuk hal-hal yang dia tidak tahu persis latar belakang masalahnya dan tidak terlibat langsung di dalamnya.
Sebagaimana kecewa, kemarahanpun sering menerpa. Jika memang harus terjadi, jangan mudah melampiaskannya. Ingat pesan nabi Muhammad salallahu ‘alayhi wa sallam,
مَنْ كَظَمَ غَيظاً، وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أنْ يُنْفِذَهُ، دَعَاهُ اللهُ سُبحَانَهُ وَتَعَالى عَلَى رُؤُوسِ الخَلائِقِ يَومَ القِيامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ مِنَ الحُورِ العِينِ مَا شَاءَ
“Siapa yang menahan amarah padahal dia mampu melampiaskannya, Allah akan panggil dia di hadapan makhluk-makhluknya yang mulia di hari kiamat, lalu dipersilahkan untuknya memilih bidadari yang dia suka.”
(HR. Abu Daud dan Tirmizi)
Jika ada saudara kita yang sedang marah dengan saudaranya, jangan ikut-ikutan marah. Jika mampu medamaikannya, bagus. Jika tidak, cukup doakan dan diam.
Sahabat akrab dari sahabat kita, layak kita akrabi. Sahabat yang sedang tidak akrab dengan sahabat kita, tidak mesti harus kita musuhi.
Jika begitu saja kita ikut memusuhi orang yang dimusuhi sahabat kita, boleh jadi di lain waktu mereka berbaikan sedangkan kita masih bermusuhan.
Jika Allah selamatkan kita dari sengketa yang terjadi di antara saudara-saudara kita, mestinya kita selamatkan sikap dan lidah kita dari sengketa tersebut.
Semoga hati kita selalu disatukan dalam cinta karena Allah, marah dan kecewa segera sirna berganti cinta, canda dan tawa…
(Manhajuna/IAN)