Oleh: Ust. Abdullah Haidir, Lc.
Setelah kita bicarakan ttg #ziarahkubur, sedikit saya ingin bicarakan ttg bagaimana seharusnya kita memperlakukan kuburan…
Secara garis besar, Islam melarang kita untuk melecehkan kuburan dan mengagung-agungkannya sedemikian rupa…
Artinya, kuburan tetaplah dihormati. Karenanya, dlm Islam tidak boleh kuburan diinjak, duduki, atau dibongkar begitu saja…
(Masih ingat waktu kecil, disamping rumah nenek di Kampung Melayu ada pekuburan; ada yg main layang2, angon kambing, pacaran bahkan main gaple’.. 🙂 )
Bahkan disunahkan dalam Islam, jika memasuki area pekuburan agar kita melepaskan alas kaki . Tentu jika tidak khawatir tertusuk duri atau semacamnya
Di sisi lain, kuburan hendaknya tidak boleh diperlakukan berlebihan. Islam menghendaki kuburan sebagai pengingat manusia akan akhirat dn kematian
Karenanya dia dilarang dibangun, diplester, diberi lampu, atau bahkan dilarang didirikan masjid di atasnya…
Ajaran spt ini, bukan ajaran Wahabi, tapi ajaran Rasulullah saw. Bahkan dalam kitab2 fiqih Syafii akan sering kita dptkan hal spt ini…
Misalnya dlm kitab Al-Muhazzab karangan Imam Asy-Syaerazi yg menjadi salah satu rujukan Mazhab Syafii, bab Janaiz. Pengarang dengan jelas mengtakan hal tsb terhadap kuburan
Ini teksnya dari kitab Al-Muhazzab, Kitab Al-Janaiz, bab Fi Taswiyatil Qabr:
ويكره أن يجصص القبر وأن يبنى عليه أو يعقد أو يكتب عليه لما روى جابر قال نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم أن يجصص القبر وأن يبنى عليه أو يعقد وأن يكتب عليه ولان ذلك من الزينة
Disamping, bagi ahli kubur, yang mrk butuhkan kini bukan bangunan mewah, atau perkara dunia, tapi doa dan ampunan yg dipanjatkan orang yg hidup
Orang mati seperti kt Abu Bakar Ash-Shiddiq, spt org tenggelam. Dia tak akan bahagia jika dilemparkan sekilo emas. Yg dibutuhkan hanyalah seutas tambang..
Begitulah… keinginan kita utk membahagiakan yg telah dikubur, jgn diukur dengan ukuran dunia. Tapi hendaknya diketahui apa yang mrk butuhkan…
Demikianlah Islam memperlakukan kuburan. Meskipun tidak boleh dilecehkan, namun tidak diperlakukan berlebihan.
Kuburan cukup ditimbun dgn tanah galiannya, bagus kalau ditutup dengan kerikil, lalu disiram air. Dan letakkan tanda di bagian kepala..
Memperbagus kuburan, apalagi membangunnya secara permanen, lalu meneranginya, akan menjadi celah pelanggaran, dr yg ringan hingga berat..
Begitu memang alurnya, jika yang satu dilanggar, maka pelanggaran berikutnya akan menyusul, dan hakekat pesan yg pertama akan hilang..
Kenyataannya, sejak dulu hingga sekarang, kuburan sering menjadi sumber penyimpangan. Tentu bukn krn kuburannya, tp pengmlan yg keliru..
Karena itu Rasulullah saw sejak awal wanti2 agar perlakun kita thd kuburan tidak melebih batas dr batas yg telah bliau tetapkan..
Maka beliau marah sekali dan melaknat ketika mendengar Org Yahudi menjadikan kuburan nabinya sebagai masjid… (Muttafaq alaih)
Di sisi lain, hal ini menguatkan sebuah kesimpulan bahwa kuburan bukanlah tempat yang dikhususkan utk beribadah…
Sebab, kecaman Rasulullah saw thd org Yahudi yg menjadi kuburan para nabinya sebagi masjid, ada dua pemahaman…
Pemahaman pertama, mereka mendirikan masjid di atas kuburan para nabinya…
Pemahaman kedua, mereka menjadikan kuburan nabinya sebagai tempat khusus untuk beribadah…
Masih ingatkan ttg hadits 5 keutamaan Rasulullah saw dibanding nabi2 sebelumnya?; Di antaranya beliau mengatakan….
“Dijadikan bumi bagiku sbg masjid dan alat bersuci.” Maksudnya adalah bhw pd masa Rasulullah saw beribadah dpt dimana saja di atas bumi.
Jadi masjid dlm hadits itu tidak dimaknai sebagai bangunan, akan tetapi sebagai tempat ibadah….
Kesimpulan bahwa kuburan bukan tempat yang dikhususkan utk beribadah diperkuat dg beberapa hadits lain…
Di antaranya Nabi saw bersabda, “Bumi itu seluruhnya masjid, kecuali kuburan dan WC.” (HR. Abu Daud, dll)
Juga hadits Rasulullah saw, “Jangan duduk di atas kuburan dan jangan shalat kepadanya..” (HR. Muslim)
Atau hadits ini, “Jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan. Karena setan akan lari dari rumah yg di dalmnya dibacakan surat AlBaqarah” (Muslim)
Hadits ini memberikan isyarat bhw rumah yg di dalamnya tidak dibacakan Al-Quran (dlm riwayat lain tdk dilakukan shalat), maka dia spt kuburan.
Maka kesimpulan kebalikannya adalah, bahwa kuburan asalnya bukan tempat untuk ibadah semacam shalat dan baca Al-Quran…
Langkah terbaik thd kuburan adalah, dibiarkan apa adanya lalu diziarahi untuk mengingat kematian, menyampaikan salam kepada ahli kubur dan mendoakan yg dikubur… sederhana saja…. wallahua’lam…
Riyadh, 1434 H.
(AFS/Manhajuna)