Oleh: Ustadz Drs. DH. Al Yusni
Manhajuna.com – Kondisi apapun yang kita alami apakah status dan derajat sosial yang rendah ataukah kemiskinan janganlah menjadi penghalang belajar. Sedikitnya bekal tidak menghalangi perjalanan. Itu pula yang terjadi pada Sufyan Ats-Tsaury (ulama generasi tabi’ tabi’in) rahimahullah. Ia menjadi tokoh bangsa Arab. Seorang fakih dan ahli hadits. Digelari dengan amirul muknin fil hadits (pemimpin orang-orang yang beriman dalam masalah hadits) tentu menggambarkan betapa tinggi kedudukannya.
Sufyan berkisah, “Saat aku mulai belajar, aku mengadu (kepada Allah), ‘Ya Rabb, aku harus memiliki penghasilan. Sementara ilmu itu pergi dan menghilang. Apakah aku bekerja mencari penghasilan saja? Aku memohon kepada Allah kecukupan”.
Sufyan Ats-Taury adalah seorang yang miskin dan belajar butuh modal. Fokus belajar, membuatnya tidak punya harta untuk belajar. Tapi jika belajar sambil bekerja, ilmu yang didapatkan hanya setengah-setengah, tidak optimal. Kemudian Allah ﷻ memberikan jalan keluar dan mengabulkan doanya. Doa tulus untuk mempelajari agama-Nya.
Ibunya berjanji menanggung keperluannya belajar. “Wahai anakku, belajarlah! Aku yang akan mencukupkanmu dari hasil usaha tenunanku ini”, kata ibunya (Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya. 6/370).
Dengan usaha menenun, ibunya membelikan buku dan mencukupi kebutuhannya dalam belajar. Tidak hanya mendanai Sufyan, ibunya juga selalu memberi semangat dan menasihatinya agar terus giat memperoleh ilmu.
Ibunya mengatakan, “Anakku, jika engkau menulis 10 huruf, perhatikan… apakah ada pada dirimu perasaan semakin takut (kepada Allah), semakin lembut, dan semakin tenang. Jika engkau tidak merasakannya, ketahuilah apa yang kau pelajari memudharatkanmu. Tidak bermanfaat untukmu.” (Ibnul Jauzi dalam Sifatu Shafwah, 3/189).
Nasihat ibu Sufyan juga sangat layak kita jadikan renungan. Introspeksi diri yang mungkin jarang kita lakukan. Sudahkah ibadah kita makin giat, akhlak semakin baik, dan rasa takut serta tawakal kepada Allah SWT. kian kuat, setelah kita belajar?
Ibu Sufyan menjadikan 10 huruf, hanya 10 huruf, untuk introspeksi sejauh mana pengaruh ilmu untuk dirinya.
Dengan lantaran ibunya, Sufyan Ats-Tsaury menjadi Sufyan Ats-Tsaury yang kita tahu. Seorang pemimpin dalam ilmu dan imam dalam agama.
(Manhajuna/GAA)